Anda di halaman 1dari 25

Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun oleh:
Alfarisi Syukron Lillah, S.Ked 0408422124197
Prasetya Dwi Anugrah, S.Ked 0408422124159
Peksi Saphira Miradalita, S.Ked 0408422124196

Pembimbing:
dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L,FICS

KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat:
BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun oleh:
Alfarisi Syukron Lillah, S.Ked 0408422124197
Prasetya Dwi Anugrah, S.Ked 0408422124159
Peksi Saphira Miradalita, S.Ked 0408422124196

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya periode 24 Mei – 9 Juni 2021.

Palembang, Mei 2021


Pembimbing

dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L,FICS

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Benda Asing Esofagus” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini
ditujukan untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Bagian Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Adelien, Sp.T.H.T.K.L,FICS selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan bimbingan dan masukan sehingga referat ini dapat selesai. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Demikianlah penulisan referat ini, semoga bermanfaat.

Palembang, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus..................................................................3
2.1.1 Anatomi Esofagus.................................................................................3
2.1.2 Fisiologi Esofagus.................................................................................4
2.2 Benda Asing Esofagus.................................................................................5
2.2.1 Definisi..................................................................................................5
2.2.2 Epidemiologi.........................................................................................5
2.2.3 Etiologi..................................................................................................6
2.2.4 Faktor Risiko.........................................................................................7
2.2.5 Klasifikasi Benda Asing........................................................................7
2.2.6 Patofisiologi..........................................................................................8
2.2.7 Manifestasi Klinis.................................................................................9
2.2.8 Diagnosis Banding................................................................................10
2.2.9 Penegakan Diagnosis............................................................................10
2.2.9.1 Anamnesis......................................................................................10
2.2.9.2 Pemeriksaan Fisik..........................................................................11
2.2.9.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................12
2.2.10 Tatalaksana..........................................................................................13
2.2.11 Edukasi dan Penegahan.......................................................................14
2.2.12 Komplikasi..........................................................................................14
2.2.13 Prognosis.............................................................................................15
2.2.14 SKDI...................................................................................................15

BAB III KESIMPULAN.................................................................................16

iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Gross Anatomy Esofagus...............................................................3


Gambar 2. Klasifikasi benda asing yang tertelan menurut European Society of
Gastrointestinal Endoscopy (ESGE)..............................................................8

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul


atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Peristiwa ini merupakan suatu kasus
kedaruratan medis. Segala kalangan usia dapat tertelan benda asing di
esofagus.1

Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan


kejadian klinis yang menjadi masalah utama pada anak usia 6 bulan
sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada orang dewasa dengan gangguan
psikiatris, retardasi mental dan gangguan perkembangan.1

Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk


dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring
yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, fase
oral pada anak cenderung sering memasukkan benda-benda yang ada
disekitarnya kedalam mulut. Suatu penelitian pada 262 kasus benda asing
esofagus pada orang dewasa, ditemukan 92% merupakan kesengajaan
untuk menelan benda asing, dan 82% diantaranya memiliki gangguan
psikiatrik. Beberapa pekerjaan juga memiliki resiko terhadap kasus ini,
penjahit dan tukang kayu merupakan dua pekerjaan yang memiliki resiko
paling besar, karena pada saat bekerja mereka menahan atau memegang
kancing baju dan jarum pada mulutnya1,2

1
Gejala klinis benda asing di esofagus yang terbanyak berupa
keluhan odinofagi dan diikuti dengan keluhan lain seperti sukar menelan,
rasa tersedak, muntah, perubahan suara, atau bisa terjadi tanpa adanya
keluhan (asimptomatis).1 Penanganan benda asing di esofagus tergantung
dari beberapa faktor diantaranya yaitu; lokasi dari benda asing, ukuran dari
benda asing,dan lamanya benda asing berada didalam esofagus. Rigid
esofagoskop merupakan pilihan pertama untuk penanganan benda asing di
esofagus. Pasca ekstraksi benda asing di esofagus untuk mengatasi trauma
pada mukosa esofagus dapat kita lakukan terapi konservatif berupa
pemasangan nasogastric tube, antibiotika spektrum luas, kortikosteroid dan
analgetik untuk 1 minggu pasca tindakan operatif.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus


2.1.1 Anatomi Esofagus
Esophagus merupakan tuba muskular dengan panjang 9- 10 inci (25 cm) dan
diameter 1 inci (2,54 cm). Saat lahir panjang esofagus bervariasi antara 8
dan 10 cm dan kira-kira 19 cm pada usia 15 tahun. Esofagus berasal dari
laringofaringeal area vertebrae C6 melewati diagfragma (hiatus esofagus)
pada area sekitar vetebreae thoraks 10 dan membuka kearah lambung.
Esophagus adalahsaluran berotot yang lurus dan memanjang diantara faring
dan lambung. Esofagus memiliki 3 konstriksi dalam proses vertikal, sebagai
berikut: 1.Tempat penyempitan pertama adalah pada 15 cm dari gigi
insisivus atas, di mana esofagus dimulai pada sfingter kriko faringeal; ini
adalah bagian tersempit dari esofagus dan sekitar sesuai dengan vertebra C6.
Tempat penyempitan kedua adalah pada 23 cm dari gigi insisivus atas, di
mana ia dilintasi oleh arkus aorta dan kiri bronkus utama. Tempat
penyempitan ketiga adalah 40 cm dari gigi insisivus atas, di mana ia
menembus diafragma; Lower Esophageal Sphincter(LES) terletak pada
tingkat ini4

3
Gambar 1. Gross Anatomy Esofagus3

2.1.2 Fisiologi Esofagus

4
Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut: 1)
Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, 2)
Upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan,
3) Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat
respirasi, 4) Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam
nasofaring dan laring, 5) Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut
untuk mendorong bolus makanan ke lambung 6) Usaha untuk
membersihkan kembali esofagus4

Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara


keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan. Menelan dibagi
menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung
sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bo lus dari mulut melalui faring
untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus
diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang
lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus
dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau
masuk ke trakea4

Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan


tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. Kontraksi m.levator
palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lida h diperluas,
palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan
terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas.
Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus
fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus
makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. Uvula terangkat dan
menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung atau
nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung. Makan
dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat
pita suara di pintu masuk laring atau glottis3,4

5
Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring,
m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh
epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan
m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian aliran
udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan, sehingga
bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas4

Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena


valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus. Tahap esofagus
dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang
peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus,
mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke
lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik
untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol
oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus.Sewaktu
gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus
melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung.
Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter
gastroesofagus kembali berkontraksi3,4

2.2. Benda Asing Esofagus


2.2.1 Definisi

Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja.1
2.2.2 Epidemiologi

6
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan karakteristik
pasien benda asing esofagus di Poliklinik THT-KL Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah dari tahun 2013-2015 adalah sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki (61,9%), berada dalam kategori umur anak-anak
(52,4%), lokasi tersering pada crycopharingeal pada tingkat vertebra C6
(85,7%), dan jenis benda asing terbanyak berupa tulang (47,6%)1

Mati lemas karena sumbatan jalan napas (suffocation) akibat


tertelan atau teraspirasi benda asing merupakan penyebab ke tiga kematian
mendadak pada anak di bawah umur 1 tahun dan penyebab kematian ke
empat pada anak berusia 1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi
tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda asing di esofagus sering
ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esofagus. Benda asing yang
bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal esofagus, biasanya di
otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan
psofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter kardio-esofagus. 1
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring
dan di esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau
infeksi lokal. Pada orang dewasa, benda asing yang tersangkut dapat
berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna, seperti biji buah-
buahan, gigi palsu, tulang ikan atau potongan daging yang melekat pada
tulang. lnsidens benda asing berupa batu baterai (disc battery) 500 - 900
kasus tiap tahun di Amerika Serikat3

2.2.3 Etiologi

7
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus
dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara
lain, anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel
trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor predisposisi antara
lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik,
koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.
Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau
pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensalion)
dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis. Faktor
predisposisi lain ialah adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu penyakit esofagitis refluks,
stihur pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau
lambung, cara mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kunang baik
pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).3

2.2.4 Faktor Risiko


Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar
untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter
laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun,
fase oral pada anak cenderung sering memasukkan benda-benda yang ada
disekitarnya kedalam mulut. Penelitian pada 262 kasus benda asing
esofagus pada orang dewasa, 92% merupakan kesengajaan untuk menelan
benda asing, dan 82% diantaranya memiliki gangguan psikiatrik. Beberapa
pekerjaan juga memiliki resiko terhadap kasus ini, penjahit dan tukang
kayu merupakan dua pekerjaan yang memiliki resiko paling besar, karena
pada saat bekerja mereka menahan atau memegang kancing baju dan
jarum pada mulutnya1

2.2.5 Klasifikasi Benda Asing


Berdasakan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan:5,6

8
a. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari
benda padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat
organik, seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-
tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang), dan zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi
palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair
yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu
cairan dengan pH 7,4.
b. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium
dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
Menurut European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE),
klasifikasi benda asing terbagi menurut tipe bendanya, seperti yang
tercantum pada gambar 1.7

Gambar 2. Klasifikasi benda asing yang tertelan menurut European


Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE).7

2.2.6 Patofisiologi
Benda asing dapat impaksi pada seluruh bagian esofagus. Lokasi
impaksi yang paling sering pada penyempitan fisiologis maupun patologis
esofagus. Penyempitan fisiologis esofagus terdapat pada sfingter esofagus
bagian atas (UES) yang meliputi otot cricopharyngeus, esofagus tengah

9
tempat esofagus melintasi lengkung aorta, dan sfingter esofagus bagian
bawah (LES). Pada anak-anak, sekitar 74% benda asing terperangkap di
tingkat UES. Pada orang dewasa, sekitar 68% penghalang terjadi di
esofagus bagian distal yang berhubungan dengan kelainan patologis.8
Benda asing dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi adalah
baterai kancing (juga disebut baterai "cakram" atau "koin"), magnet yang
banyak, dan benda tajam. Jika baterai kancing impaksi di esofagus, maka
arus listrik terbentuk antara kutub positif dan negatif. Arus ini dapat
menyebabkan cedera termal serta menghasilkan ion hidroksida dengan
peningkatan pH lokal yang cepat mengakibatkan cedera basa kaustik.
Cedera dimulai dalam 15 menit dan dapat menyebabkan perforasi dalam
beberapa jam. Komplikasi dapat berupa nekrosis mukosa esofagus
terlokalisasi dan pembentukan striktur kronis. Komplikasi yang lebih
serius melibatkan perforasi esofagus dan erosi ke dalam struktur yang
berdekatan seperti mediastinum, trakea, atau struktur vaskular. Meskipun
sebuah magnet tunggal, kecil, dan halus biasanya akan lewat tanpa
komplikasi, magnet yang banyak dapat menimbulkan komplikasi. Jaringan
dapat terperangkap di antara magnet yang menyebabkan tekanan iskemia,
perforasi, pembentukan fistula, obstruksi atau volvulus. Benda tajam yang
tersangkut di esofagus juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami
perforasi dan perlu segera diangkat.8,9

2.2.7 Manifestasi Klinis


Gejala yang paling umum adalah sensasi benda asing atau
kesulitan menelan (disfagia). Gejala biasanya berkembang dalam hitungan
menit hingga jam. Benda asing di esofagus bagian atas lebih akurat
dilokalisasi oleh pasien. Namun, impaksi di bagian tengah atau bawah
esofagus dapat digambarkan sebagai ketidaknyamanan yang tidak jelas,
sakit atau nyeri dada. Gejala lain termasuk hipersalivasi, kepenuhan
retrosternal, regurgitasi, tersedak, cegukan, dan muntah. Jika pasien
melaporkan nyeri saat menelan (odynophagia), ini mungkin menunjukkan
masalah yang lebih serius seperti luka atau perforasi esofagus.8

10
Pada pemeriksaan, pasien mungkin tampak cemas dan tidak
nyaman saat menelan. Jika pasien tidak dapat menelan ludah, hal ini
menandakan obstruksi lengkap memerlukan perawatan yang lebih
mendesak. Bayi, anakanak yang lebih kecil, tunanetra atau narapidana
mungkin tidak dapat atau tidak mau memberikan anamnesis mengenai
gejala. Dalam situasi ini, diperlukan indeks kecurigaan yang tinggi. Untuk
bayi dan anak kecil, gejala mungkin termasuk tersedak, kurang makan atau
mengeluarkan air liur. Selain itu, benda asing esofagus mungkin menekan
trakea yang menyebabkan gejala pernapasan seperti mengi, batuk, dispnea,
atau stridor.8

2.2.8 Diagnosis Banding


Abrasi esofagus dapat menyebabkan sensasi benda asing yang tertinggal
setelah lewatnya benda asing. Jika pasien stabil dan mentolerir intake
secara oral, pasien dapat dinilai kembali dalam 12 sampai 24 jam, dan jika
gejala berlanjut, maka CT scan atau endoskopi mungkin diperlukan.
Kondisi lain yang mungkin menyebabkan sensasi benda asing tanpa
kehadiran benda asing yaitu:8
1. Infeksi seperti akibat Candida, virus herpes simpleks (herpes
simplex virus/HPV), atau cytomegalovirus (CMV)
2. Esofagitis (refluks asam lambung, pill esophagitis, esophagitis
eosinofilik)
3. Esophageal spasm
4. Globus pharyngeus (globus hidterikus) adalah sensasi benjolan
atau benda asing di tenggorokan dengan etiologi yang tidak pasti

2.2.9 Penegakan Diagnosis


2.2.9.1 Anamnesis
Gejala sumbatan akibat benda esofagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah
berada di daerah penyempitan esofagus yang normal dan patologis),
komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing

11
tertelan. Gejala permulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri di
daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda
asing tersangkut di esofagus bagian distal timbul rasa tidak enak di daerah
substernal atau nyeri punggung.9
Gejala disfagia bervariasi tergantung , pada ukuran benda asing.
Disfagia lebih berat bila telaj terjadi edema mukosa yang memperberat
sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esofagus yang persisten. Gejala
lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau ludah,
hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispnea, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea oleh benda asing.9

2.2.9.2 Pemeriksaan Fisik


Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat
edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan
perforasi akut, didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher
dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah prekordial atau
interskapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau
bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan
pneumotoraks jarang terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi
tindakan endoskopi.9,10
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh
aspirasi ludah atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan
ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses leher atau tanda enfisema
subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan.
Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal
krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran napas dengan
stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior (trachea-
esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan
pneumonia, bronkiektasis dan abses paru.9,10

2.2.9.3 Pemeriksaan Penunjang

12
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior
dan lateral, harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda
asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui
lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan
esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda asing sudah pindah
ke bagian distal. Letak uang logam umumnya koronal, maka hasil foto
rontgen servikal/ torakal pada posisi PA akan dijumpai bayangan
radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada pasien lateral berupa garis
radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebralis. Benda asing seperti
tulang, kulit telur dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal
dalam esofagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda
asing radiolusen seperti plastic, aluminimum dan lain-lain, dapat diketahui
dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan
esofagus bagian proksimal.9,10
Foto rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi
esofagus dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks,
pyotoraks, mediastinitis, serta aspirasi pneumonia. Foto rontgen leher
posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laris
tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan
atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.9
Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan
pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk blaminer.
Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti
daging dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus
dengan kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen
ikan memperlihatkan “filling defect persistent”. Pemeriksaan esofagus
dengan kontras sebaiknya tidak dilakukan pada benda asing radioopak
karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras, sehingga
akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Risiko lain adalah
terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras barium lebih baik daripada
zat kotnras larut di air (water soluble contrast), seperti gastrografin, karena
sifatnya kurang toksis terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras,

13
sedangkan gastrofragin berisfat mengiritasi paru. Oleh karena itu
pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak-anak.9
Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran pnenyangatan
(enhancement) pada daerah pinggir benda asing. CT Scan esofagus dapat
menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. MRI dapat
menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus.
Bagaimanapun juga, tanpa bukti radiologik, belum dapat menyingkirkan
adanya benda asing di esofagus.9
Pemeriksaan endoskopi bertujuan untuk melihat langsung benda
asing di dalam lumen esofagus serta sekaligus untuk tindakan ekstraksi
benda asing tersebut menggunakan cunam yang sesuai. Setelah
pengangkatan benda asing, pemeriksaan endoskopik ulang harus dilakukan
untuk memastikan tidak ada benda asing lainm dab untuk mengamati
keadaan mukosa esofagus apakah ada kerusakan atau proses peradangan.10

2.2.10 Tatalaksana
Benda asing di dalam esofagus biasanya diangkat menggunakan cunam de
ngan panduan endoskopi. Apabila benda asing ini tidak berhasil dikeluarka
n dengan esofagoskopi, maka harus dikeluarkan dengan pembedahan beru
pa servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi bergantung pada lokasi bend
a asing tersebut. Jika dicurigai ada perforasi, segera dilakukan pemasanga
n pipa nasogaster untuk saluran makanan. Pasien diberikan antibiotik sela
ma 7-10 hari. Keadaan khusus yaitu jika benda asing berupa baterai gepen
g, hal ini merupakan keadaan gawat darurat, dan harus cepat dikeluarkan d
alam waktu kurang dari 4 jam. Hal terpenting adalah benda asing esofagus
harus dikeluarkan dalam waktu 24 jam, karena pengobatan yang tertunda
menurunkan kemungkinan keberhasilan pengangkatan dan meningkatkan r
isiko komplikasi termasuk risiko perforasi.9

2.2.11 Edukasi dan Pencegahan


Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya benda asin
g ke dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri. Pencegaha
n yang dapat dilakukan yaitu:10

14
1. Benda yang berpotensi tertelan misalnya koin, baterai, kancing, ma
gnet, dan silet harus dijauhkan dari jangkauan atau letakkan di tem
pat yang aman.
2. Pengawasan yang ketat terhadap kelompok yang berisiko tinggi se
perti anak- anak, pasien dengan disabilitas intelektual, penderita ski
zofrnia, dan narapidana.
3. Tidak menggigit benda-benda yang bukan makanan menggunakan
mulut.
4. Orang dengan gigi palsu atau orang usia lanjut dengan keadaan gig
i yang buruk harus dievaluasi secara berkala.
5. Edukasi tentang tatacara makan yang benar dapat mencegah bebera
pa kasus.

2.2.12 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari benda asing di esofagus diantaranyaa
adalah obstruksi jalan napas yang diakibatkan oleh kompresi trakea oleh
benda asing, atau edema laring terutama pada bayi dan anak-anak. Dapat
juga terjadi periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya muncul di
daerah leher, perforasi akibat benda tajam yang menyebabkan radang pada
dinding esofagus, menjadi mediastinitis, perikarditis, atau empyema yang
mungkin bisa mengenai aorta dan menyebabkan hal yang fatal. Jarang
ditemukan fistula trakeoesofageal dan dapat terjadi ulserasi dan strikur
akibat proses pengambilan benda asing.11

2.2.13 Prognosis
Delapan puluh persen hingga 90% benda asing yang tertelan akan keluar
secara spontan dalam waktu 3 hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera
esofagus akibat baterai cakram memerlukan tindak lanjut jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencari komplikasi terkait erosi atau perforasi
dan striktur esofagus. Orang dewasa dengan dampak makanan memiliki
kelainan 85% hingga 90% dan akan membutuhkan evaluasi dan
pengobatan kelainan yang mendasari. Diperkirakan 1500 kematian terjadi

15
setiap tahun dari benda asing di saluran gastrointestinal (GI) bagian
atas.8,12

2.2.11 SKDI
Kompetensi Benda Asing Esofagus: 3B Gawat Darurat. Dokter
mampumembuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
dan menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.13

16
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing esofagus adalah benda-benda yang tersangkut dan terjepit di


esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Benda-benda ini bisa berupa benda tajam, tumpul, atau makanan. Benda
asing dalam esofagus dapat menimpa semua usia terutama pada anak-anak
dan orang tua. Masalah yang timbul karena benda asing esofagus dapat
dibagi berdasarkan usia yaitu anak dan dewasa. Pada anak dapat
disebabkan oleh anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web,
fistula trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Gejala sumbatan
benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis
dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik, dan endoskopik. Benda
asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahardika P. KARAKTERISTIK PASIEN BENDA ASING ESOFAGUS


DI RSUP SANGLAH DARI TAHUN 2013-2015. Jurnal Medika
Udayana. 2020;9(2):1-2.
2. Magalhães-Costa P, Carvalho L, Rodrigues J, Túlio M, Marques S, Carmo
J et al. Endoscopic Management of Foreign Bodies in the Upper
Gastrointestinal Tract: An Evidence-Based Review Article. GE Portuguese
Journal of Gastroenterology. 2016;23(3):142-152.
3. Fitri F, Triola S. Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus.
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr M Djamil Padang. 2016
4. Hedianto T, Herawati S. Diagnosis dan Pentalaksanaan Spasme Esofagus
Difusa. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2016
5. Blanco-Rodríguez G, Teyssier-Morales G, Penchyna-Grub J, Madriñan
Rivas JE, Rivas-Rivera IA, Trujillo-Ponce De León A, et al.Characteristics
and outcomes of Foreign body ingestion In children. Arch Argent Pediatr.
2018;116(4):256–61.
6. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology : A Step-by-step
Learning Guide. new ed. 2017. 124–126.
7. Birk M, Bauerfeind P, Deprez PH, Häfner M, Hartmann D, Hassan C, et
al. Removal of foreign bodies in the upper gastrointestinal tract in adults:
European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical
Guideline. Endoscopy. 2016;48(5):489–96.
8. Schaefer J, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. In: StatPearls [Serial
dalam internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publising; 2020. [Disitasi
29 Mei 2021]. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB
K482131/#_NBK482131_pubdet_
9. Mangunkusumo, E., Soetjipto, D., Buku Ajar Ilmu Telinga Hidung
Tenggorok, Jakarta: EGC.2020

18
10. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. Dalam : Soepardi A. Efianty,
Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti D. Ratna, Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2017.
11. Dhingra P, et all. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and Neck
Surgery 7th Ed. 2018. p. 395-398.
12. Munter D. Gastrointestinal Foreign Bodies. In: Medscape [Serial dalam
internet]. Medscape; 2018. [Disitasi 29 Mei 2021]. Tersedia di
https://emedicine.medscape.com/article/776566-overview#a2.
13. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Nasional Pendidik Profesi Dokter
Indonesia. 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai