Anda di halaman 1dari 27

Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Oleh:
Anisa Fitri, S.Ked 04084822124167
Aprillya Permata Sari, S.Ked 04084822124105
Ikhsan Nurhaliq Hanafi, S.Ked 04084822124109
Tria Monica, S.Ked 04084822124023

Pembimbing:
dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K)., M.Kes., FICS

KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul:
BENDA ASING ESOFAGUS

Oleh:

Anisa Fitri, S.Ked 04084822124167


Aprillya Permata Sari, S.Ked 04084822124105
Ikhsan Nurhaliq Hanafi, S.Ked 04084822124109
Tria Monica, S.Ked 04084822124023

Pembimbing:
dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K)., M.Kes., FICS

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik KSM THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode 10-27
Juni 2021.

Palembang, Juni 2021


Pembimbing

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K)., M.Kes., FICS

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Benda Asing Esofagus”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas referat
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya
pada KSM THT-KL RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.
(K)., M.Kes., FICS selaku pembimbing yang telah banyak membimbing dalam
penulisan dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu
hingga selesainya referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki kekurangan dan
kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan referat di masa mendatang. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
pembaca.

Palembang, Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus ....................................................2
2.1.1 Anatomi Esofagus.........................................................................2
2.1.2 Fisiologi Esofagus .......................................................................4
2.2 Benda Asing Esofagus.....................................................................7
2.2.1 Definisi..........................................................................................7
2.2.2 Epidemiologi.................................................................................7
2.2.3 Etiologi .........................................................................................7
2.2.4 Faktor Resiko................................................................................8
2.2.5 Klasifikasi Benda Asing................................................................8
2.2.6 Patofisiologi..................................................................................9
2.2.7 Manifestasi Klinis.......................................................................10
2.2.8 Diagnosis.....................................................................................10
2.2.9 Diagnosis Banding .................................................................12
2.2.10 Tatalaksana.................................................................................13
2.2.11 Komplikasi..................................................................................16
2.2.12 Edukasi dan Pencegahan.............................................................17
2.2.13 Prognosis ...................................................................................17
2.2.14 SKDI ……..................................................................................18
BAB III KESIMPULAN....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing esophagus merupakan salah satu kegawat daruratan bidang


THT-KL yang tersering dan dapat ditemukan pada semua usia di seluruh dunia
adalah tertelan benda asing. Benda asing yang tertelan biasanya dapat tersangkut
pada orofaring, hipofaring atau esofagus.1 Pada esofagus, benda asing biasanya
tersangkut pada daerah penyempitan fisiologis dan yang terbanyak adalah pada
penyempitan fisiologis bagian atas yaitu jalan masuk ke esofagus setinggi otot
krikofaringeus.2
Pasien dengan benda asing di esofagus yang dirawat di RSUP Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015,
dilaporkan terdapat sebanyak 43 pasien dengan benda asing di esofagus dengan
rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan 3:2. Jenis benda asing terbanyak
adalah uang logam 44,1% dan diikuti gigi palsu 25,5% yang terdiri dari gigi palsu
berkawat sebanyak 6 kasus dan gigi palsu tanpa kawat sebanyak 5 kasus.3
Kasus benda asing esophagus di Amerika Serikat sejumlah 1500-1600
kasus dengan insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi akibat
adanya benda asing pada esofagus. Gejala yang timbul dapat berupa rasa tercekik
(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), disfagia dan muntah.4
Jenis benda asing yang sering tertelan adalah benda-benda yang sering
dijumpai di rumah seperti uang logam, mainan dan magnet sementara impaksi
makanan merupakan kasus yang sering dijumpai pada orang dewasa dengan
prevalensi 13 per 100.000 jiwa.5 Sekitar 80% benda asing dapat melewati traktus
digestivus tanpa masalah, 10-20% kasus membutuhkan tindakan non operatif dan
<1% kasus memerlukan tindakan pembedahan.3

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus


2.1.1 Anatomi Esofagus
Esophagus merupakan tabung muskular yang memiliki panjang
sekitar 10 inci (25 cm), terbentang dari faring sampai ke gaster. Esophagus
mulai dari leher setinggi kartilago cricoidea dan berjalan turun di garis
tengah belakang trakea. Di dalam thoraks, esophagus berjalan ke bawah
melalui mediastinum dan masuk rongga abdomen dengan menembus
diafragma setinggi vertebra thoracica X. Esophagus berjalan singkat
sekitar ½ inci (1,25 cm) sebelum masuk ke gaster sisi kanan.6,7

Gambar 1. Anatomi Esofagus6


Esofagus memiliki tujuh titik penyempitan yang dapat dilihat dengan
menggunakan esofagoskopi atau barium passage graphy. Empat
penyempitan klasik ditemukan pada hampir semua orang, sedangkan tiga
penyempitan lainnya ditemukan pada kondisi medis tertentu.6,7

vi
Tempat penyempitan pertama adalah pada 15 cm dari gigi insisivus
atas, di mana esofagus dimulai pada sfingter krikofaringeal dan bagian ini
merupakan bagian tersempit dari esofagus. Penyempitan pertama dibentuk
oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata
dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah yang disebut dengan
sfingter esofagus bagian atas. Tempat penyempitan kedua adalah pada 23
cm dari gigi insisivus atas, di mana ia dilintasi oleh arkus aorta dan kiri
bronkus utama. Tempat penyempitan ketiga adalah 40 cm dari gigi
insisivus atas, di mana ia menembus diafragma; Lower Esophageal
Sphincter (LES) terletak pada tingkat ini. Penyempitan ketiga terletak pada
titik persimpangan esofagus dan bronkus utama kiri dan terletak pada
tingkat vertebra dorsal ke-5. Penyempitan terakhir (dan penyempitan klasik
ke-4), sfingter esofagus bagian bawah, dibentuk oleh hiatus esofagus yang
berasal dari crus kanan diafragma dan terletak di tingkat vertikal dorsal ke-
11 dengan panjang 1–1,5 cm dan lebar1,5–1,8 cm. Sfingter bagian bawah
berperan dalam mekanisme antireflux. Saat seseorang tidak makan, 10
lumen esofagus ditutup di atas sfingter esofagus bagian bawah. Esofagus
terutama median dan vertikal, tetapi memiliki tiga lekukan kecil yang
terletak di leher, di belakang bronkus kiri, dan pada bifurkasi trakea.8

vii
Gambar 2. Anatomi esophagus7

2.1.2 Fisiologi Esofagus (Proses Menelan)


Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan
atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan rangkaian
gerakan otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan voluntar
lidah dan diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan
esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang
terdapat dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat
pada medula oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls
berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf
kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, iaring, dan
esofagus.9
Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi
terjadi dalam tiga fase oral, faringeal, dan esofageal. Pada fase oral,
makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke
belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah.
Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks
menelan.9

viii
Pada fase phringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan
menutup glotis, mencegah tnakanan memasuki trakea. Kontraksi otot
konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke
faring bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis
di atas orifisium Iaring akam melindungi saluran pernapasan, tetapi
terutama untuk menutup glotis sehingga mencegah makanan memasuki
trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara voluntar
menarik napas dan menelan dalam waktu yang sama.9
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat
iiu,gelombang jieristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke
otot krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang
peristaltik terus berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju
sfingter esofagus bagian distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter
distal ini sejenak sehingga memungkinkan bolus masuk ke dalam
lambung. Gelombang peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2
sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung
dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus aorta, timbul
gelombang peristaltik sekunderbila gelombang primer gagal
mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh
peregangan esofagus oleh sisa partikel partikel makanan.9
Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan
cairan melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus
bagian bawah. Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor
penting yang mempermudah transpor dalam esofagus bagian bawah, tetapi
adanya gerakan peris taldk memungkinkan seseorang untuk minum air
sambil berdiri terbalik dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar
angkasa dengan gravitasi nol.9

ix
Gambar 3. Gerakan Peristaltik Menelan10
Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang
mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini
mencerminkan tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas
dan bawah merupakan daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini
berfungsi untuk mencegah aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan
menurun bila masing-masing sfingter relaksasi sewaktu menelan dan
kemudian meningkat bila gelombang peristaltik melewatinya.9

Gambar 4. Proses Menelan10

x
2.2 Benda Asing Esofagus
2.2.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus
makanan atau benda yang tajam, tumpul, maupun agen korosif yang
tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat
menyebabkan perlukaan esofagus.4

2.2.2 Epidemiologi
Jenis benda asing adalah benda benda yang sering dijumpai di
rumah seperti uang logam, mainan, magnet. Sementara pada orang
dewasa, impaksi makanan merupakan jenis benda asing yang sering
dijumpai pada orang dewasa, diperkirakan prevalensi 13 per 100.000.
Terdapat 1500-1600 insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang
terjadi karena adanya benda asing pada esofagus di Amerika Serikat.11
Penderita dengan keluhan tertelan benda asing yang datang di
RSUP Mohammad Husein Palembang selama periode Januari 2013
sampai dengan Desember 2015 sebanyak 43 pasien dengan rasio jenis
kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia termuda adalah 4 bulan
dan tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun. Jenis
benda asing terbanyak adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5% yang
terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6 kasus, gigi palsu tak berkawat
sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan sebanyak 7
kasus.12

2.2.3 Etiologi
Esofagus adalah tempat yang paling umum untuk terjadinya benda
asing akut atau impaksi makanan di saluran pencernaan, dan 80 hingga
90% benda yang tertelan dan mencapai lambung dapat keluar tanpa
intervensi.13
Ada berbagai macam benda yang dapat tertelan, umumnya benda
asing yang tertelan tidak sengaja adalah bolus makanan (kebanyakan
daging), tulang ikan atau ayam, gigi palsu, dan koin. Jenis benda asing

xi
yang tertelan bervariasi antar wilayah dan budaya yang berbeda. Misalnya,
di Cina selatan, tulang ikan adalah benda asing yang paling umum dalam
impaksi esofagus.13
Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk
atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile
sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa. Beberapa
penyebab tersangkutnya benda asing di esofagus yaitu striktur (37%),
keganasan (10%), cincin esophageal (6%), dan akalasia (2%). Berdasarkan
data yang ada, frekuensi tertelan benda asing sangat bervariasi. Benda
asing yang paling sering tertelan oleh orang dewasa adalah tulang ikan (9-
45%), tulang (8-40%), gigi palsu (4-18%).14

2.2.4 Faktor Resiko


Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk
dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring
yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, fase
oral pada anak cenderung sering memasukkan benda-benda yang ada
disekitarnya kedalam mulut. Penelitian pada 262 kasus benda asing
esofagus pada orang dewasa, 92% merupakan kesengajaan untuk menelan
benda asing, dan 82% diantaranya memiliki gangguan psikiatrik. Beberapa
pekerjaan juga memiliki resiko terhadap kasus ini, penjahit dan tukang
kayu merupakan dua pekerjaan yang memiliki resiko paling besar, karena
pada saat bekerja mereka menahan atau memegang kancing baju dan
jarum pada mulutnya.15

2.2.5 Klasifikasi Benda Asing


Menurut European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE),
klasifikasi benda asing yang tertelan terbagi menurut tipe bendanya,
yaitu:16
1. Benda tumpul
Contoh benda asing tumpul yaitu benda bulat seperti koin, kancing,
mainan, baterai, dan magnet.

xii
2. Benda berujung tajam
Contoh benda berujung tajam yaitu benda tajam seperti jarum, tusuk
gigi, tulang, peniti, potongan kaca, dan benda tajam irregular seperti
sebagian gigi palsu dan pisau cukur.
3. Benda Panjang
Contoh benda panjang yaitu benda panjang lunak seperti tali dan
kawat, dan benda Panjang keras seperti sikat gigi, alat makan, obeng,
pena dan pensil.
4. Bolus makanan
Bolus makanan yang impaksi dapat dengan atau tanpa tulang.

2.2.6 Patofisiologi
Benda asing dapat impaksi pada seluruh bagian esofagus. Lokasi
impaksi yang paling sering pada penyempitan fisiologis maupun patologis
esofagus. Penyempitan fisiologis esofagus terdapat pada sfingter esofagus
bagian atas (UES) yang meliputi otot cricopharyngeus, esofagus tengah
tempat esofagus melintasi lengkung aorta, dan sfingter esofagus bagian
bawah (LES). Pada anak-anak, sekitar 74% benda asing terperangkap di
tingkat UES. Pada orang dewasa, sekitar 68% penghalang terjadi di
esofagus bagian distal yang berhubungan dengan kelainan patologis.13
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda
asing, radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali
mempunyai toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema
dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi pada anak-anak. Benda tajam
yang tersangkut di esofagus juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami
perforasi dan perlu segera diangkat. Kemungkinan komplikasi lain
termasuk cedera lokal pada mukosa, seperti abrasi, laserasi, nekrosis, dan
pembentukan striktur. Komplikasi serius lainnya termasuk cedera di luar
esophagus, seperti obstruksi jalan napas, perforasi esofagus, fistula

xiii
trakeoesofageal, cedera vaskular (misalnya, fistula aortoesofageal), abses
retrofaring, mediastinitis, perikarditis, atau cedera pita suara.13

2.2.7 Manifestasi Klinis


Gejala paling sering dari benda asing esofagus adalah disfagia.
Gejala umumnya timbul dalam beberapa menit hingga beberapa jam
setelah tertelan benda asing. Esofagus dipersarafi dengan baik di bagian
proksimal, sehingga pasien biasanya dapat secara akurat melokalisasi
benda asing yang ada di orofaring atau sepertiga atas esofagus. Namun,
goresan atau abrasi pada esofagus dapat menimbulkan sensasi benda asing
yang persisten. Benda asing esofagus bagian atas sering menyebabkan
gagging atau muntah. Apabila benda asing berada di esofagus bagian dua
pertiga bawah, gejala yang timbul berupa rasa tidak nyaman, rasa penuh,
atau nyeri yang tidak terlokalisasi. Pada anak-anak, koin yang tersangkut
di esofagus bagian bawah mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas
hingga upaya makan dilakukan. Gejala lain yang dapat timbul, yaitu
hipersalivasi, choking, dan cegukan. Jika pasien mengeluh nyeri menelan
(odinofagia), kemungkinan terdapat masalah yang lebih serius seperti
laserasi atau perforasi esofagus.13,17

2.2.8 Diagnosis
Diagnosis benda asing esofagus dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
yang paling penting adalah riwayat tertelan benda asing. Benda asing
esofagus biasanya merupakan kondisi akut, terutama pada orang dewasa
yang memiliki riwayat tertelan benda asing yang jelas. Anak-anak juga
biasanya dapat mengingat adanya riwayat tertelan benda asing, tetapi
beberapa diantaranya memiliki riwayat atau gejala yang tidak jelas. Pada
anamnesis ditanyakan waktu tertelan, bentuk dan ukuran objek, serta
keluhan yang dialami sekarang.13,17

xiv
Pada pasien benda asing esofagus, temuan pemeriksaan fisik sering
kali normal, kecuali jika terdapat obstruksi total. Pemeriksaan fisik awal
harus fokus pada patensi jalan napas, tanda-tanda vital, kemampuan
pasien untuk menangani sekresi oral, dan tanda-tanda komplikasi. Pada
pemeriksaan, pasien mungkin tampak cemas dan tidak nyaman saat
menelan. Apabila terjadi obstruksi total, pasien terlihat tidak dapat
menelan air liur. Pada bayi atau anak kecil, gejala yang mungkin meliputi
tersedak, makan yang buruk, mengeluarkan air liur, atau iritabilitas.
Benda asing esofagus juga dapat menekan trakea sehingga menyebabkan
gejala pernapasan seperti mengi, batuk, dispneu, atau stridor. Meskipun
pasien mungkin asimptomatik pada pertemuan awal, apabila ada batuk
atau tersedak sementara maka harus dicurigai adanya benda asing
esofagus. Pemeriksaan fisik orofaring, leher, sistem pernapasan, sistem
jantung, dan abdomen sangat penting dalam evaluasi potensi komplikasi.
Tanda komplikasi dapat berupa hematemesis; suara napas abnormal; rasa
tidak nyaman di leher, dada, atau abdomen; dan adanya udara
subkutan.13,17
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus aspirasi benda
asing esofagus adalah pemeriksaan radiologis dan endoskopi. Rontgen
rutin biasanya merupakan pemeriksaan penunjang pertama yang
dilakukan apabila ada kecurigaan benda asing esofagus. Pemeriksaan ini
akan membantu menentukan objek, lokasi, dan kemungkinan komplikasi.
Rontgen dada PA dan lateral biasanya sudah cukup, tetapi rontgen leher
dan perut mungkin diperlukan tergantung pada keadaan klinis pasien.
Benda datar seperti koin, tutup botol, atau baterai cakram biasanya
berorientasi pada bidang koronal jika benda tersebut bersarang di
esofagus dan tampak bulat pada tampilan PA. Jika ditemukan objek
seperti koin melingkar pada x-ray, objek tersebut perlu ditinjau dengan
cermat untuk mencari tampilan halo atau cincin ganda yang
mengidentifikasinya sebagai kutub baterai. Makanan, plastik, kayu, dan
aluminium tidak radioopak, sehingga tidak terlihat pada rontgen rutin.

xv
Tulang dan kaca dapat atau juga tidak dapat terlihat dengan rontgen. Jika
tidak ada yang terlihat pada rontgen rutin, tetapi kecurigaan adanya
benda asing tetap tinggi, maka dilakukan endoskopi atau CT scan. CT
scan memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi benda asing serta
berguna untuk mendeteksi komplikasi seperti perforasi.13

A B

C D

Gambar 5. Pemeriksaan Penunjang Benda Asing Esofagus. A. Rontgen


thoraks PA terdapat benda asing (koin) setinggi otot cricopharyngeus. B.
Rontgen leher lateral terdapat tulang ikan pada ujung proksimal esofagus. C.
Benda asing esofagus berupa tulang ikan pada pemeriksaan
nasopharyngoscopy. D. Benda asing esofagus berupa serpihan tulang ayam
pada pemeriksaan CT scan.17

2.2.9 Diagnosis Banding

xvi
Benda asing esofagus dapat didiagnosis banding dengan abrasi
esofagus. Abrasi esofagus dapat menyebabkan sensasi benda asing yang
tertinggal setelah benda asing melewatinya. Jika pasien stabil dan dapat
mentoleransi asupan oral, maka pasien dapat dinilai ulang dalam 12 hingga
24 jam. Jika gejala berlanjut dapat dilakukan CT scan atau endoskopi.
Kondisi lain yang menyebabkan adanya sensasi benda asing tanpa
kehadiran benda asing, yaitu:13
a. Infeksi akibat Candida, Herpes Simplex Virus (HSV), atau
Cytomegalovirus (CMV)
b. Esofagitis (refluks asam, pil esophagitis, esofagitis eosinofilik)
c. Spasme esofagus
d. Globus pharyngeus (globus hystericus), merupakan sensasi benjolan
atau benda asing di tenggorokan dengan etiologi yang tidak pasti.

2.2.10 Tatalaksana
Benda asing yang tertelan dapat melewati saluran pencernaan tanpa
kesulitan sehingga terapi konservatif dapat dilakukan. Pada beberapa kasus
benda asing tumpul, pendek (panjang < 6 cm), dan kecil (diameter < 2,5
cm) akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa
kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu
mengobservasi fesesnya sampai benda asing tersebut keluar. Benda asing
esofagus tanpa memandang bentuknya harus diangkat dengan visualisasi
langsung sesegera mungkin. 10-20% kasus benda asing esofagus harus
dikeluarkan dengan cara ekstraksi dan 1-2% kasus membutuhkan tindakan
pembedahan.14,20
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan endoskopi yaitu
esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda
asing tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan
esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan yaitu
servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing
tersebut. Esofagoskopi terdiri atas dua tipe. Tipe satu adalah pipa

xvii
logam rigid dengan suatu lumen berbentuk oval di mana dapat digunakan
untuk melihat langsung gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi
dan pengeluaran benda asing. Esofagoskopi rigid juga dapat melindungi
esofagus dari bagian tajam ada benda asing. Tipe kedua adalah
esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat
gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk
biopsi dan pengeluaran benda asing.21,22

Gambar 6. Alat esofagoskopi.21


Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus.
Sejak tindakan endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan,
pembedahan hanya dilakukan untuk indikasi-indikasi tertentu. Tindakan
pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang
tidak dapat diatasi dengan tindakan endoskopi. Apabila didapatkan adanya
tanda-tanda perforasi, ekstraksi dilakukan dalam 1-3 jam. Tindakan
pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang
tidak dapat diatasi dengan endoskopi.8,18,19
Esofagoskopi relatif invasif dan mahal, namun terdapat dua metode
lain yang telah diteliti dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing
dari esofagus dan mungkin lebih hemat biaya bila dilakukan dengan tepat.
Foto toraks harus dilakukan sebelum pelaksanaan kedua prosedur
tersebut, karena benda asing di esofagus dapat lewat dengan spontan.
Kedua metode ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman
dan dilakukan pada anak-anak yang sebelumnya sehat yang menelan
benda tumpul kurang dari 24 jam, umumnya pada anak-anak yang tertelan
koin.23
a. Metode dengan kateter foley. Benda asing tumpul dapat dikeluarkan

xviii
dengan menggunakan kateter foley. Pasien dibaringkan pada meja
fluoroskopi dengan posisi kepala direndahkan (head-down position),
kemudian kateter dimasukkan sampai ke bagian distal benda asing.
Kateter kemudian digembungkan dan ditarik secara perlahan, lalu
ambil dan tarik benda asing dengan kateter tersebut. Pada beberapa
kasus, benda asing lepas dan masuk ke lambung. Proses ini
sebaiknya dilakukan dengan pantauan fluoroskopi.23

Gambar 7. Metode kateter foley.23


b. Metode Businasi (Bougienage method). Benda asing yang tumpul
dapat diteruskan ke lambung dengan menggunakan sebuah busi
(bougie). Anak dalam posisi duduk tegak, dan instrumen yang telah
diberi pelumas dimasukkan perlahan ke dalam esofagus, dan
menyebabkan benda asing terlepas. Benda asing tersebut diharapkan
dapat melewati sisa saluran pencernaan. Metode ini tidak dapat
dilakukan pada anak-anak yang memiliki abnormalitas pada saluran
pencernaannya.23
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat,
namun pengeluaran uang logam tersebut harus dilakukan sesegera
mungkin dengan persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk
mencegah komplikasi. Benda asing baterai bundar (disk/button battery) di
esofagus merupakan benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko
perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu ± 4 jam setelah
tertelan akibat nekrosis esofagus.24,25

xix
Dengan asumsi jalan napas stabil dan tidak ada komplikasi yang
berkembang, pengobatan dan penatalaksanaan dipandu oleh jenis benda
asing, lokasi, derajat obstruksi, dan durasi. Pengangkatan endoskopi adalah
prosedur pilihan dan berhasil lebih dari 90% kasus dengan tingkat
komplikasi kurang dari 5%. Penatalaksanaan endoskopi dapat dibagi
menjadi darurat, mendesak, dan tidak mendesak.17
a. Keadaan darurat
 Obstruksi Esofagus: Ketidakmampuan untuk menangani sekresi
oral
 Disc battery di kerongkongan
 Benda berujung tajam di kerongkongan
b. Mendesak (dalam 12 hingga 24 jam)
 Benda kerongkongan yang tidak runcing
 Impaksi makanan tanpa obstruksi total
 Benda berujung tajam di perut atau duodenum
 Benda yang panjangnya lebih dari 6 cm di atas duodenum
 Beberapa magnet (atau magnet tunggal ditambah objek
feromagnetik lain dalam jangkauan endoskopi)
 Koin di kerongkongan
c. Tidak mendesak
 Benda di perut berdiameter lebih dari 2,5 cm
 Disc battery di perut hingga 48 jam jika tanpa gejala
 Benda tumpul yang gagal melewati perut dalam 3 sampai 4
minggu

2.2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari benda asing di esofagus
diantaranya adalah obstruksi jalan napas yang diakibatkan oleh kompresi
trakea oleh benda asing, atau edema laring terutama pada bayi dan anak-
anak. Obstruksi atau sumbatan dapat terjadi secara parsial (sebagian)
maupun total. Obstruksi parsial biasanya tidak berakibat pada perforasi.

xx
Sementara pada obstruksi total, dampaknya jauh lebih berbahaya dan
mampu mengakibatkan kematian pada penderitanya. Obstruksi total dapat
meningkatkan risiko perforasi di mana bila benda asing tersebut dibiarkan
lebih dari 24 jam berada di esofagus, jiwa penderitanya terancam.13,18
Dapat juga terjadi periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya
muncul di daerah leher. Selain itu dapat terjadi perforasi. Perforasi
berpotensi terjadi ketika obstruksi total terjadi dan perforasi ini adalah
suatu keadaan darurat di mana pasien harus segera memperoleh
penanganan medis. Perforasi sendiri adalah timbulnya luka ataupun
lubang yang umumnya dapat terjadi pada kantong empedu, anus, usus
besar dan kecil, serta esofagus. Benda tajam yang berada di esofagus dapat
menjadi penyebab komplikasi perforasi. Penanganan perforasi secara dini
dapat mencegah kondisi fatal pada pasien. Perforasi umumnya ditandai
dengan rasa nyeri yang tak kunjung reda serta semakin hebat ketika
mengubah posisi tubuh (khususnya area leher pada kasus ini). Tanda lain
yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah timbulnya demam, keringat
dingin, mual disertai muntah, hingga kondisi syok.13

2.2.12 Edukasi dan Pencegahan


Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya
benda asing ke dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:26
1. Benda yang berpotensi tertelan misalnya koin, baterai, kancing,
magnet, dan silet harus dijauhkan dari jangkauan atau letakkan di
tempat yang aman.
2. Pengawasan yang ketat terhadap kelompok yang berisiko tinggi
seperti anak-anak, pasien dengan disabilitas intelektual, penderita
skizofrnia, dan narapidana.
3. Tidak menggigit benda-benda yang bukan makanan menggunakan
mulut.
4. Orang dengan gigi palsu atau orang usia lanjut dengan keadaan gigi

xxi
yang buruk harus dievaluasi secara berkala.
5. Edukasi tentang tatacara makan yang benar dapat mencegah
beberapa kasus.

2.2.13 Prognosis
Delapan puluh sampai 90 % impaksi benda asing akan keluar dengan
sendirinya dalam 3 hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera esofagus
akibat baterai kancing memerlukan follow-up jangka pendek dan panjang.
Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi komplikasi terkait erosi atau
perforasi dan striktur esofagus. Orang dewasa dengan impaksi makanan
85% hingga 90% diakibatkan adanya kelainan. Oleh karena itu, pada
orang dewasa memerlukan pemeriksaan serta tatalaksana kelainan yang
mendasarinya.13

2.2.14 SKDI
Kompetesi Benda Asing Esofagus : 3B Gawat Darurat. Dokter
mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
dan menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.27

xxii
xxiii
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan
atau benda yang tajam, tumpul, maupun agen korosif yang tertelan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat menyebabkan perlukaan esofagus.
Aspirasi benda asing esofagus dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa,
dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun. Pada dewasa, impaksi makanan
merupakan jenis benda asing yang sering dijumpai. Pasien biasanya datang
dengan gejala yang bervariasi, tergantung jenis benda asing, lokasi, dan adanya
obstruksi atau tidak. Gejala paling yang paling sering adalah disfagia yang timbul
beberapa menit hingga jam setelah tertelan benda asing. Gejala lain yang dapat
timbul meliputi hipersalivasi, gagging, choking, cegukan, rasa penuh, dan
odinofagia. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang terarah. Pemeriksaan radiologis dan endoskopi dapat
dilakukan jika ada kecurigaan benda asing. Apabila tidak segera diatasi, aspirasi
benda asing esofagus dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti gejala
obstruksi parsial maupun total, periesofagaeal selulits, abses, dan perforasi.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

1. Wallah IP, Mengko SK, Tumbel REC. Benda Asing Faring Esofagus di
Bagian THT-KL RSUP Prof. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014-
Desember 2016. ECL. 2017;5(2):310-8.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology A Step-By-Step
Learning Guide. Edisi ke-2. New York: Thieme;2017.
3. Limen MP, Palandeng O, Tumbel R. Epistaksis di Poliklinik THT-KL BLU
RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari 2010-Desember 2012.
eBiomedik. 2013;1(1):478-83.
4. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. Dalam: Efianty SA, Nurbaiti I, Jenny
B, Ratna RD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2017.h.264-67.
5. Frank H. Atlas of Human Anatomy by Netter. Edisi ke-5. Philadelphia:
Elsevier;2011.
6. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC;2012.
7. Ferhatoglu MF, Kıvılcım T. Esophageal Abnormalities. Intech [Serial dalam
internet]. 2017. [Disitasi pada 22 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.intechopen.com/books/esophageal-abnormalities/anatomy-of-
esophagus
8. Hedianto T, Herawati S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spasme Esofagus
Difusa. Jurnal THT-KL. 2016;6(2):85-92.
9. Guyton AC, Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Edisi
ke-13. Philadelphia: Elsevier;2015.
10. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC;2014.
11. Ekim H. Management of Esophageal Foreign Bodies: A Report on 26
Patients and Literature Review. Eastern Journal of Medicine. 2010;15(1):21-
5.

xxv
12. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian THT-
KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari 2013-Desember 2015. Disampaikan pada
KONAS XVII Perhati-KL. Solo 25-27 Agustus 2016.
13. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. StatPearls [Serial dalam
internet]. 2021. [Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131
14. Ambe P, Weber SA, Schauer M, Knoefel WT. Swallowed Foreign Bodies in
Adults. Dtsch Arztebl Int. 2012;109(50):869–75.
15. Mahardika P. Karakteristik Pasien Benda Asing Esofagus di RSUP Sanglah
Dari Tahun 2013-2015. Jurnal Medika Udayana. 2020;9(2):1-2.
16. Birk M, Bauerfeind P, Deprez PH, Häfner M, Hartmann D, Hassan C, et al.
Removal of Foreign Bodies in the Upper Gastrointestinal Tract in Adults:
European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical Guideline.
Endoscopy. 2016;48(5):489–96.
17. Munter DW. Esophageal Foreign Bodies. Swine in the Laboratory [Serial
dalam internet]. 2015. [Disitasi 16 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.taylorfrancis.com/books/9781466553521/chapters/10.1201/b194
30-8
18. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and
Neck Surgery. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier;2018.
19. Chirica M, Kelly MD, Siboni S, Aiolfi A, Riva CG, Asti E, et al. Esophageal
Emergencies: WSES Guidelines. World J Emerg Surg. 2019;14(26):1-15.
20. Staff Mayo Clinic. Foreign Object Swallowed: First Aid [Internet]. 2020.
[Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di: http://www.mayoclinic.org/firstaid
21. Das A, Ramasamy K, Thangavel S, Hansdah R, Alexander A, Saxena SK.
Internal Drainage of Retropharyngeal Abscess Secondary to Esophageal
Foreign Bodies: a case series. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2021;1(1):1-16.
22. Siegel LG. Penyakit Trakea dan Esofagus Servikalis. Dalam: Adams GL,
Boeis LR, Higler PA, penyunting. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC;2014.h.455.

xxvi
23. Conners GP, Mohseni M. Pediatric Foreign Body Ingestion. StatPearls [Serial
dalam internet]. 2018. [Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430915/
24. Aihole JS, Kumar P. Uncommon Presentation of an Unusual Foreign Body.
Indian J Crit Care Med. 2017;21(1):460‐2.
25. Tashtush NA, Bataineh ZA, Yusef DH, Al Quran TM, Rousan LA,
Khasawneh R, et al. Ingested Sharp Foreign Body Presented as Chronic
Esophageal Stricture and Inflammatory Mediastinal Mass for 113 Weeks:
Case report. Ann Med Surg. 2019;45(5):91–4.
26. Speidel AJ, Wölfle L, Mayer B, Posovszky C. Increase in Foreign Body and
Harmful Substance Ingestion and Associated Complications in Children: A
Retrospective Study of 1199 Cases from 2005 to 2017. BMC Pediatr.
2020;20(1):560.
27. KKI. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Jakarta: KKI, 2019.

xxvii

Anda mungkin juga menyukai