FEKAL
Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II
Dosen Pengampu:
Ns. Sidaria, M. Kep
Disusun Oleh:
Kelompok C
1. Hilma Sari (1911312034)
2. Salshabilla (1911312037)
3. Fadila Ramani (1911312040)
4. Berliana Putri (1911312043)
5. Cintia Adinda Putri (1911312046)
6. Jihan Azzah Hanifah (1911312049)
7. Saskia Putri Maharani (1911312052)
8. Qusyaivi Annisa Ratu (1911312058)
9. Radha Vestika Utama (1911312061)
10. Puja Juniza (1911312064)
11. Selva Oktaviani (1911312067)
12. Jamaliatin Nisa (1911313003)
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Fekal”
ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dan dukungan dari banyak
pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap makalah ini memberikan
manfaat sebanyak-banyaknya bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan.............................................. 2
1.3 Manfaat.............................................. 2
BAB 2 KAJIAN TEORI 3
2.1 Konsep Kebutuhan Eliminasi Fekal 3
A. Anatomi Fisiologi Kolon...................................................................3
B. Proses Defekasi..................................................................................4
C. Masalah Eliminasi Fekal....................................................................6
D. Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi....................................9
2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Fekal 12
A. Pengkajian .......................................................................................12
B. Diagnosis keperawatan....................................................................16
C. Rencana keperawatan......................................................................18
2.3 Huknah tinggi 22
2.4 Huknah rendah 23
BAB 3 PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 28
3.2 Saran 28
Daftar Pustaka 29
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan masalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi kolon
2. Untuk mengetahui bagaimana proses defekasi
3. Untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan eliminasi
fekal
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses defekasi
5. Untuk mengidentifikasi mengenai pemberian asuhan keperawatan
kebutuhan eliminasi fekal
6. Untuk mengetahui konsep dan prosedur huknah tinggi dan rendah
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui anatomi fisiologi kolon
2. Dapat mengetahui bagaimana proses defekasi
3. Dapat mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan eliminasi
fekal
4. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi proses defekasi
5. Dapat mengidentifikasi mengenai pemberian asuhan keperawatan
pada kebutuhaneliminasi fekal
6. Dapat mengetahui konsep dan prosedur huknah tinggi dan rendah
2
BAB 2
KAJIAN TEORI
3
2. Fisiologi
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit,
sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat,
disebut eses. Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya
mukus. Terdapat sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu
mencerna sejumlah kecil selulosa, dan menghasilkan sedikit
nutrien bagi tubuh. Bakteri juga memproduksi vitamin K dan juga
gas, sehingga menimbulkan bau pada feses. Secara imunologis,
oleh karena banyak limfonodus terutama di appendiks dan
rektum; dan selimun di lamina propria. Feses juga bewarna coklat
yang disebabkan pigmen empedu.
B. Proses Defekasi
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus
besar desenden yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass
movement timbul +/- 15 menit setelah makan dan hanya terjadi
beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam tinja dalam rektum
menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja kearah
sfinkter ani.
4
Reflek defekasi timbul saat tinja memasuki rektum, maka
peregangan rektum selanjutnya menimbulkan rangsangan sensoris
pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid dan rektum, mendorong
tinja kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-
serat sensoris asendens yang selanjutnya dibawa ke kortek yang
menimbulkan kesadaran tentang adanya distensi. Sementara itu terjadi
kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus, puborectal sling (
bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek
yang disebut reflek inflasi.
5
Pengantaran impuls saraf ke arah distal melalui pleksus
mienterikus pada bagian kaudal dinding rektum akan menyebabkan
reflek inhibisi otot polos muskulus sfingter ani internus. Peristiwa ini
disebut reflek relaksasi rektosfingter. Relaksasi sfingter ani internus
ini terjadi secara proposional terhadap volume dan kecepatan distensi
rektum. Keadaan ini diikuti oleh penghambatan spingter ani eksternus,
yang melibatkan jalur refleks dan fasilitasi kortikal. Reflek
puborektalis akan mengakibatkan melebarnya sudut anorektal (normal
60 – 10526o menjadi 140o) menyebabkan jalur anus tidak terhalangi.
Peningkatan tekanan abdomen dihubungkan dengan peristaltik pada
dinding abdomen, menyebabkan keluarnya tinja sehingga terjadi
pengosongan rektum. Setelah tinja keluar, maka segera terjadi terjadi
reflek penutupan, aktivitas ini terjadi sangat cepat yaitu kembalinya
otot dasar panggul, sudut anorektal dan tonus spingter ke posisi
semula.
C. Masalah Eliminasi Fekal
Eliminasi alvi (fekal) adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus.(Tarwoto dan Wartonah (2004),48).
Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat
melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali
dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu
hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-
kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat
menjadi masalah yang lebih besar.
Berikut Gangguan/Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Alvi:
1. Konstipasi
6
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang
berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu
pengkajian.
Penyebab:
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
b. Klien memproduksi diet rendah serat dalam bentuk lemak
hewan
c. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga
d. Pemakaian laksatif yang berat
e. Obat penenang, opiate, antikolinergik, zat besi yang
menyebabkan konstipasi
f. Pada lansia mengalami perlambatan peristaltic
g. Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon
h. Penyakit organic, seperti hipokalsemia
2. Fecal Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir
sehingga, tumpukan feses yang keras di rectum tidak dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di
rectum dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan
doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami
kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami
impaksi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan continue
dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia),
distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai
kondisi impaksi.
Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar,
konstipasi berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan
7
konstipasi.
Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum.
Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus
dengan “standing order” dari dokter, karena dapat menimbulkan
reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada
orang tua dengan tumor di kolom).
3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat
cepat. Iritasi di dalam kolom merupakan fakta tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces
menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama
pada bayi dan orang tua.
Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :
a. Stress emosional
b. Infeksi usus
c. Alergi makanan
d. Intoleransi makanan
e. Selang pemberian makanan
f. Obat-obat zat besi dan antibiotic
g. Laksatif (jangka pendek)
h. Perubahan melalui pembedahan gastrektomi
i. Reseksi kolon
4. Inkontinensia usus
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal. Pada situasi tertentu secara mental klien sadar akan
kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien basah,
menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien
8
tergantung pada perawat. Klien dengan gangguan mental dan
sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar
meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare,
inkontinensia bias menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat
harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan
bersih. 60% usila inkontinensi.
5. Flatulens (Kembung)
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distendend, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya
gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika
berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum,
operasi abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk
menyebabkan diafragma terdorong ke atas sehingga ekspansi paru
terganggu.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus ada:
pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan
perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.
6. Hemoroid
Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias
internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah
teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa
panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien,
karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah
konstipasi.
D. Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
1. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
9
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya
tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut
yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan
lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan
kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak
pada proses defekasi.
2. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur
dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi.
Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di
colon
3. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine,
muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme
di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan
dari chyme.
4. Tonus Otot
10
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang
memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang
lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan
defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari
berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi
syaraf.
5. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus
pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara.
Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk
kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari
setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang
ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola
eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang
lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan
bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. Obat-Obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh
terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare;
yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung
11
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang
aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini
melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
8. Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy,
membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah
malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan sering
melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien
biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan
makan. Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi)
menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan
feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi
dan kadang-kadang suatu impaksi
9. Anastesi dan Pembedahan
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal
menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot
colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal
seperti itu juga. Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal
dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal
sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang
biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang
mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting
pada manajemen keperawatan pasca bedah.
10. Nyeri
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca
bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk
defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan
mengalami konstipasi sebagai akibatnya.
11. Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat
12
mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering
menyebabkan flatus.
12. Gangguan Syaraf Sensorik dan Motorik
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat
menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas
bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap
keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau
mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi.
Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena
sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.
13
Dewasa: coklat Pucat berlemak Malabsorpsi lemak
Sesuai Kecil,
Obstruksi dan
4 Bentuk diameter bentuknya
peristaltic yang cepat
rektum seperti pensil
Makanan yang
tidak dicerna,
bakteri yang Darah, pus, Internal bleeding,
mati, lemak, benda asing, infeksi, tertelan
5 Konstituen
pigmen mukus atau benda, iritasi, atau
empedu, cacing inflamasi
mukosa usus,
air
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi (actual/risiko)
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perubahan pola
yang normal dalam berdefikasi dengan karakteristik menurunnya
frekuensi buang air besar dan feses yang keras.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Imobilisasi
b. Menurunnya aktivitas fisik
c. Ileus
d. Stress
16
e. Kurang privasi
f. Menurunnya mobilitas intestinal
g. Perubahan atau pembatasan diet.
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Menurunnya bising usus.
b. Mual.
c. Nyeri abdomen.
d. Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah.
e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Anemia.
b. Hipotiroidisme.
c. Dialisa ginjal.
d. Pembedahan abdomen.
e. Paralisis.
f. Cedera spinal cord.
g. Imobilisasi yang lama.
2. Gangguan eliminasi fekal : diare
Definisi : kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air
besar dengan karakteristik feses cairan.
Kemungkinan burhubungan dengan :
a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi.
b. Pola makan yang salah.
c. Perubahan proses pencernaan.
d. Efek samping pengobatan.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Feses berbentuk cair.
b. Menigkatnya frekuensi buang air besar.
c. Meningkatnya peristaltik usus.
d. Menurunnya nafsu makan.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Peradangan bowel.
17
b. Pembedahan saluran pencernaan bawah.
c. Gastritis/enteritis.
3. Gangguan eliminasi fekal : inkontinensia
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola
dalam buang air besar dengan karakteristik tidak terkontrolnya
pengeluaran feses.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Menurunnya tingkat kesadaran.
b. Gangguan spinter anus.
c. Gangguan neuromuskuler.
d. Fecal impaction.
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses.
b. Baju yang kotor oleh feses.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Injury spinal cord.
b. Pembedahan usus.
c. Pembedahan ginekologi.
d. Stroke.
e. Trauma pada daerah pelvis.
f. Usia tua.
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi (actual/risiko)
Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel
18
b. Tejadi perubahan pola hidup untuk menurunkan penyebab
konstipasi
INTERVENSI RASIONAL
Catat dan kaji kembali Pengkajian dasar untuk
warna, konsistensi, jumlah, mengetahui adanya masala
dan waktu buang air besar. bowel h
Kaji dan catat pergerakan Deteksi dini penyebab
usus
konstipasi
Jika terjadi fecalim faction: Membantu mengeluarkan feses.
1. Lakukan pengeluaran
manual
2. Lakukan gliserin
klisma
Rencana Keperawatan
Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan pada klien antara lain:
1. Mengkaji warna, frekuensi dan konsistensi tinja.
21
2. Mengidentifikasi penyebab diare.
3. Mengetahui penyebab diare.
4. Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan.
5. Mengobservasi tanda – tanda vital.
6. Mengobservasi bising usus.
7. Melakukan pengosongan usus karena isi usus yang berlebihan
akibat pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
8. Memberikan cairan melalui intravena.
9. Memberi kompres hangat dapat membuka pori-pori.
10. Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa.
11. Memberikan obat antidiare.
12. Memberikan obat antibiotic.
13. Memberikan obat antipiretik.
27
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Menurut (NANDA 2012), eliminasi fekal adalahkondisi dimana seseorang
mengalami perubahan pola yang normaldalam berdefekasi dengan karakteristik
tidak terkontrolnya buang airbesar. Eliminasi fekal dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangansisa-sisa
metabolisme. Setiap individu memiliki pola eliminasifekal berbeda yang
dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain usia, diet, cairan, aktivitas,faktor
psikologi, obat-obatan dan faktor-faktorlainnya. Apabila konsumsi serat dalam
makanan,asupan cairan, pemenuhan kebutuhan aktivitasdan beberapa faktor
lainya tidak terpenuhi makaakan menimbulkan gangguan di saluranpencernaan
(Setyani, 2012; Kozier, Erb, Berman& Snyder 2010), seperti : konstipasi, diare,
inkontinensia usus, kembung, hemoroid, dan fecal impaction.
.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang konsep kebutuhan eliminasi fekal dan bagaimana
melakukan atau menerapkan asuhan keperawatan kebutuhan eliminasi fekal pada
pasien nantinya dalam pelayanan kesehatan.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3597/keperawatan-
cholina.pdf?sequence=1&isAllowed=y
29