PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya. Karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan
beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi di antara individu. Namun, telah
terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar, dan karakteristiknya
normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson
dan Weigley, 1989 dalam Potter & Perry, 2005)
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar eliminasi fekal?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dan teori pemenuhan kebutuhan
eliminasi (eliminasi fekal) secara lengkap, agar dapat menunjang pembelajaran awal
dari mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II (KDM II).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal
c. Untuk mengetahui masalah-masalah gangguan eliminasi fekal
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi
fekal
e. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
eliminasi fekal
D. Sistematika Penulisan
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang membahas
mengenai pemenuhan kebutuhan eliminasi (eliminasi fekal) secara garis besar dan
memaparkan permasalahan yang secara perlahan bahasan dipersempit dan dipaparkan
pada Rumusan Masalah dengan memberikan pertanyaan seputar rumusan
permasalahan sesuai dengan RPS. Dilanjutkan dengan tujuan pembahasan yang
memaparkan pembahasan lebih spesifik.
2
dengan sub pembahasan di awal mengenai definisi pemenuhan kebutuhan eliminasi
(eliminasi fekal), hingga tujuan dari pemenuhan kebutuhan eliminasi (eliminasi fekal).
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas mengenai
kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai pemenuhan kebutuhan eliminasi
(eliminasi fekal), dan dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam pembuatan
makalah di kemudian hari.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Mulut
Saluran gastrointersinal secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi
yang di lakukan di mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi
berukuran yang dapat ditelan. Sekresisaliva mengandung enzim, seperti
ptialin, yang mengawali pencernaan unsur-unsur makanan tertentu. Saliva
mencairkan dan melunakan bolus makanan di dalam mulut sehingga lebih
mudah ditelan.
2. Esofagus
Makanan masuk ke esofagus, melalui sfingter esofagus bagian atas,
yang merupakan otot sirkular yang mencegah udara memasuki esofagus dan
makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang). Makanan didorong oleh
gerakan peristaltik lambat yang dihasilkan oleh kontraksi involunter dan
relaksasi otot halus secara bergantian. Pada saat bagian esofagus berkontraksi
di atas bolus makanan, otot sirkular di bawah (atau di depan) bolus
4
berelaksasi. Kontraksi- relaksasi otot haus yang saling bergantian ini
mendorong makanan menuju gelombang berikutnya.
3. Lambung
Makanan disimpan dalam lambung dan dicerna serta diabsorpsi
sehingga menjadi kimus. Lambung menyekresi HCl (mempengaruhi asam
lambung), lender (melindungi mukosa lambung dari keasaman), enzim pepsin
(mencerna protein) dan factor intrinsik(komponen untuk absorpsi vit. B12).
4. Usus Halus
Usus halus merupakan sebuah saluran, usus halus dibagi menjadi 3,
yaitu duodenum jejunum, dan ileum. Kimus yang berada dilambung menuju
ke usus halus dan bercampur dengan enzim pencernaan saat menuju usus
halus, dan saat bercampur gerakan peristaltik berhenti untuk melakukan
absorpsi. Nutrisi dan elektrolit diabsorpsi dengan enzim dari pancreas dan
empedu ke dalam duodenum. Nutrisi juaga diabsorpsi di jejunum, sedangkan
ilum mengabsorpsi vitamin tertentu, zat besi, dan garam empedu.
5. Usus Besar
Saluran GI bagian bawah adalah usus besar yang merupakan organ
utama dalam eliminasi fekel. Kimus yang tidak di absorpsi masuk ke dalam
sekum melalui katup ileosekal (lapisan otot sirkula). Volume air, natrium, dan
klorida diabsorpsi oleh kolon, sehingga terjadi kontraksi haustral yang sama
dengann kontraksi segmental di usus halus.
Sebanyak 2,5 L air diabsorpsi oleh kolon selama 24 jam, 55 mEq
natrium, dan 23 mEq klorida. Apabila kecepatan kontraksi peristaltik
berlangsung cepat secara abnormal, maka faces menjadi encer dan sebaliknya,
apabila kontraksi peristaltik lambat, maka feces menjadi keras. Kolon
dilapisi oleh lender berwarna jernih sampai buram dengan konsistensi
berserabut. Lubrikasi pada ujung distal kolon, tenpan isi kolon menjadi lebih
kering dan lebih keras. Gerakan kolon ada 3, yaitu:
a. Haustral shuffing adalah gerakan pencampuran kim untuk membantu
absorpsi air.
b. Kontraksi haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan
semipadat sepanjang kolon.
c. Gerakan peristaltic adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus.
Sekresi kolon membantu keseimbangan asam basa. Bikarbonat
disekresi untuk mengganti klorida. 4-9 mEq kaliium dilepaskan setiap hari.
Perubahan serum menjadi fungsi kolon, seperti diare menyebabkan
ketidakseimbbangan elektrolit.
5
Kolon mengeliminasi produk buangan dan gas (flatus). Flatus timbul
akibat menelan gas, difusi gas dari aliran darah ke dalam usus dan kerja
bakteri yang tidak dapat diabsorpsi. Orang dewasa dalam kondisi normal
mengeluarkan 400-700 ml flatus setiap hari.
2. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu
mempertahankan pola peristaltik yang teratur dalam kolon, sedangkan
makanan berserat, berselulosa dan banyaknya makanan penting untuk
mendukung volume fekal. Makan tinggi serat seperi buah apel, jeruk, sayur
kangkung, bayam, mentimun, gandum, dan lain-lain.
3. Pemasukan Cairan
Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan
memudahkannya bergerak melalui kolon. Orang dewasa intake cairan
normalnya: 2000-3000 ml/hari(6-8 gelas) . Jika intake cairan tidak adekuat
atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan
6
cairan, sehingga tubuh akan menyerap cairan dari chyme sehingga feses
menjadi keras, kering, dan feses sulit melewati pencernaan, hal ini bisa
menyebabkan seseorang mengalami konstipasi. Minuman hangat dan jus buah
bisa memperlunak feses dan meningkatkan peristaltik.
4. Aktivitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik
meningkat, sementara imobilisasi menekan mortilitas kolon. Ambulasi dini
setelah klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan eleminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
berbaring terus-menerus akan menurunkan peristaltik usus, sehingga terjadi
peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada klien yaitu konstipasi
atau fecal imfaction.
Melemaknya otot dasar panggul, abdomen merusak kemampuan
tekanan abdomen dan mengotrol sfingter eksterna, sedangkan tonus otot
melemah atau hilang akibat penyakit yang lama atau penyakit neurologis
merusak transmisi saraf yang menyebabkan gangguan eleminasi.
5. Faktor Psikologik
Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan
peristaltik usus, sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada
pula seseorang dengan depresi, sistem saraf otonom akan memperlambat
impuls saraf dan peristaltik usus menurun yang bisa menyebabkan konstipasi.
6. Kebiasaan Pribadi
Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defikasi di kamar
mandi sendiri. Kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar
(BAB) sejak kecil secara teratur maka sesorang tersebut akan secara teratur
pola defikasinya atau sebaliknya. Individu yang sibuk, higiene toilet buruk,
bentuk dan penggunaan toilet bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan
pispot, privasi kurang dan kondisi yang tidak sesuai, hal ini dapat
mengganggu kebiasaan dan perubahan eleminasi yang dapat memulai siklus
rasa tidak nyaman yang hebat. Refleks gastrokolik adalah refleks yang paling
mudah distimulasi untukm nimbulkan defekasi setelah sarapan.
7
BAB sehingga bisa menyebabkan konstipasi atau fecal imfaction. Klien
imobilisasi di tempat tidur, posisi terlentang, defekasi seringkali dirasakan
sulit. Membantu klien ke posisi duduk pada pispot akan meningkatkan
kemampuan defekasi.
8. Nyeri
Secara normal seseorang defikasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh
seseorang dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid,
fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB guna
menghindari rasa nyeri yang akan timbul. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa
menyebabkan seseorang akhirnya terjadi konstipasi.
9. Kehamilan
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan ukuran fetu s, tekanan
diberikan pada rektum, hal ini bisa menyebabkan obstruksi sementara yang
mengganggu pengeluaran feses. Konstipasi adalah masalah umum yang
terjadi pada trimester terakhir, sehingga wanita sering mengedan selama
defekasi yang dapat menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.
8
12. Obat-obatan
Seseorang menggunakan laksatif dan katartik dapat melunakkan feses
dan meningkatkan peristaltik, akan tetapi jika digunakan dalam waktu lama
akan menyebabkan penurunan tonus usus sehingga kurang responsisif lagi
untuk menstimulasi eliminasi fekal. Penggunaan laksatif berlebihan dapat
menyebabkan diare berat yang berakibat dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Minyak mineral untuk laksatif, bisa menurunkan obsorpsi vitamin yang larut
dalam lemak dan kemanjuran kerja obat dalam GI.Obat-obatan seperti
disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan peristaltik dan mengobati diare.
Seseorang dengan mengkonsumsi obat analgesik, narkotik, morfin, kodein
menekan gerakan peristaltik yang menyebabkan konstipasi. Obat
antikolinergik, seperti atropin, glikopirolat (robinul) bisa menghambat sekresi
asam lambung dan menekan motilitas saluran GI bisa menyebabkan
konstipasi. Banyak obat antibiotik menyebabkan diare dengan mengganggu
flora bakteri normal dalam saluran GI. Bila seseorang diare diberikan obat,
kemudian diare semakin parah dan kram abdomen, obat yang diberikan pada
klien mungkin perlu diubah.
14. Irritans
Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat
mengiritasi usus dan menyebabkan diare dan banyak flatus. Faktor-faktor
yang mempengaruhi defikasi seperti sebagaimana diuraikan di atas, apa bila
tidak segera dicegah akan menggangu defikasi klien.
9
bukan merupakan penyakit. Kondisi ini terjadi karena faces berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya disebabkan oleh
pola defikasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress
psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas dan faktor usia.
Setiap individu mempunyai pola defekasi individual yang harus dikaji
perawat, tidak setiap orang dewasa memiliki pola defekasi setiap hari
(Ebersole dan Hess,1994). Defikasi hanya setiap 4 hari sekali atau lebih
dianggap tidak normal(Lueckenotte,1994). Pola defekasi yang biasanya setiap
2-3 hari sekali, tanpa kesulitan, nyeri atau perdarahan dapat dianggap untuk
lansia (Ebersole dan Hess,1994; Lueckenotte,1994).
Mengedan selama defekasi menimbulkan masalah pada klien baru
pembedahan abdomen, genekologi, rektum hal ini dapat menyebabkan jahitan
terpisah sehingga luka terbuka. Klien dengan riwayat kardiovaskuler,
glaukoma, dan peningkatantekanan intrakranial harus mencegah konstipasi
dan hindari penggunaan manuver valsalva dengan menghembuskan nafas
melalui mulut selama mengedan.
2. Fecal Imfaction
Fecal Impaction atau impaksi feses akibatdari kontipasi yang tidak diatasi.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum,
hal ini tidak dapat dikeluarkan. Feses yang keras di kolon dan lipatan sigmoid
yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang
berkepanjangan.
Klien menderita kelemahan, tidak sadar hal ini paling berisiko
mengalami impaksi karena tidak sadar akan kebutuhan defekasi. Biasanya
juga disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang aktivitas, diet
rendah serat dan kelemahan tonus otot.
Tanda yang bisa saudara identifikasi adalah: tidak BAB beberapa hari,
walaupun ada keinginan untuk defekasi, anoreksia, kembung/kram nyeri
rectum. Perawat yang mencurigai klien dengan impaksi, maka perlu
melakukan pemeriksaan secara manual dengan memasukan ke dalam rektum
dan mempalpasi masa yang terimpaksi.
3. Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan pengeluaran
feses yang cair dan tidak terbentuk (Lueckenotte,1994). Diare adalah gejala
gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam saluran
gastrointestinal, akibatnya cbyme melewati usus terlalu cepat, sehingga usus
besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air.
10
Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi
penyakit kolon dan iritasi intestinal. Diare seringkali sulitdikaji pada bayi,
seperti bayi menerima susu botol pengeluaran feses pada setiap 2 hari sekali,
sementara bayi yang dususui ibunya dapat mengeluarkan feses lunak dalam
jumlah kecil 5 –8 kl/hari. Akibat pada seseorang diare adalah gangguan
elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Diare secara
berulang bisa mengiritasi perineum dan bokong, maka diperlukan perawatan
kulit yang cermat untuk mencegah kerusakan kulit dan dibutuhkan drainase
feses.
4. Inkontinensia Bowel/Fecal/Alvi
Inkontinensia feses adalah hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas dari anus. Kerusakan spinter anus
akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus yang
menyebabkan inkontinensia. Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord dan tumor spinter anus eksternal, 60% usila inkontinensi.
Inkontinensia dapat membahayakan citra tubuh dan mental klien,
maka klien sangat tergantung pada perawat untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali
membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan kerusakan
kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering
dan bersih.
5. Kembung
Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intestinal
sehingga dinding usus meregang dan distensi, dapat disebabkan karena
konstipasi, penggunaan obat-obatan seperti barbiturate, ansietas. Penurunan
aktivitas intestinal, makan banyak mengandung gas, pemecahan makanan oleh
bakteri-bakteri dan efek anastesi.
6. Hemeroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal
dan eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya
adalah konstipasi kronis, kehamilan, dan obisitas. Jika terjadi inflamasi dan
pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh klien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibat
lanjutannya adalah konstipasi.
11
D. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal
7. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2. Perilaku defekasi : penggunaan lakstif, cara mempertahankan pola
3. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur
4. Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang bisa di
makan, makanan yang di hindari, dan pola makan yang teratur atau
tidak.
5. Cairan : jumlah dan jenis minuman / hari
6. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7. Kegiatan yang spesifik
8. Penggunaan medifikasi : obat-obat yang mempengaruhi defekasi
9. Strees : strees berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi
atau bagaimana menerima.
10. Pembadahan/penyakit menetap
b. Pemeriksaan fisik
1. Abdomen : distensi, simestris, gerakan peristaltic, adanya massa pada
perut, tenderness.
2. Rektum dan unus : tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi,
fistula, hemorrhoid, adanya massa, tenderness.
c. Keadaan feses
1. Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah,unsure abnormal dalam feses:
lender.
d. Pemeriksaan diagnosis
1. Anuskopi
2. Progtosigmoidoskopi
3. Rontgen dengan kontras
12
2. Menurunnya aktifitas fisik
3. Ileus
4. Stress
5. Kurang privasi
6. Menurunnya tentang mobilisasi instestinal
7. Perubahna atau pembatasan diet
8. Kemungkinan data yang ditemukan
9. Menurunnya bisisng usus
10. Mual
11. Nyeri abdomen
12. Adanya masa pada abdomen bagian kiri bawah
13. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar
14. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada
15. Anemia
16. Hipotiroidisme
17. Dialisasi ginjal
18. Pembedahan abdomen
19. Paralis
20. Cedera spinal cord
21. Imobilisasi yang lama
22. Tujuan yang diharapkan
23. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi fekal
24. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab
konstipasi
25. Intervensi
13
Tanggal Pengkajian : 04-02-15
Diagnosa Medis : PLHA dengan komplikasi Diare
Kronis
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Adik Pasien
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah seluruh badan, pasien
mengatakan Babnya cair, dan sudah berlangsung 3 bulan SMRS. Pasien juga
mengatakan sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan Babnya cair dan sudah berlangsung selama 3 bulan
SMRS, pasien juga mengatakan seluruh badannya terasa sangat lemah.
c. Keluhan Saat dikaji
Pasien mengatakan babnya cair, pasien juga mengatakan sulit beraktifitas
normal dikarenakan seluruh badannya terasa sangat lemah, pasien juga
mengatakan sering merasa mual hingga muntah.
d. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien mengatakan bahwa ia telah mengetahui bahwa ia mengidap HIV
semenjak tahun 2014, namun ia jarang memeriksakannya ke rumah sakit
dikarenakan merasa kondisi tubuhnya masih fit. Bru setelah komplikasi
muncul pasien datang ke rumah sakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat. anggota keluarga yang
mengidap penyakit yang sama.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi bowel/fekal/Buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi
merupakan proses normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk
mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut feces
atau stool.
Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah bersifat individual,
perubahan eleminasi fekal dapat menyebabkan masalah gastroinstestinal dan
sistem tubuh lain, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi masalah seperti
konstipasi, fecal imfaction , hemoraid dan lain-lain.
Peran perawat sangat penting untuk memahami eleminasi normal, faktor
yang meningkatkan dan menghambat, dan membantu mencegah terjadinya
gangguan eleminasi fekal.
Faktor yang mempengaruhi eleminasi fekal
a. Usia i. Kehamilan
j. Prosedur Diagnostik
b. Diet
k. Operasi dan Anastesi
c. Pemasukan Cairan l. Obat-obatan
d. Aktivitas m. Kondisi Patologi
e. Faktor Psikologik n. Irritans
f. Kebiasaan Pribadi
g. Posisi Selama Defekasi
h. Nyeri
a. Konstipasi
b. Fecal Imfaction
15
c. Diare
d. Inkontinensia Bowel/Fecal/Alvi
e. Kembung
f. Hemeroid
B. Saran
a. Bagi penulis
16
b. Bagi institusi pendidikan
c. Bagi perawat
17
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/363712017/askep-eliminasi-fekal
Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 13.34 WITA
https://www.academia.edu/17112880/askep_gangguan_sistem_eliminasi_fekal
Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 13.41WITA
https://www.scribd.com/doc/75341626/Gangguan-Pola-Eliminasi-Fekal
Diagnosa-Penatalaksanaan-Keperawatan-Dan-Penatalaksanaan-Medik
Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 13.44 WITA
https://www.academia.edu/4799238/KONSEP_DASAR_KEBUTUHAN_ELIMI
NASI
Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 13.58 WITA
18