ELIMINASI FEKAL
NAMA : RAMAINI S
NIM : 1907149010265
CI AKADEMIK
Ns.Marlina Andriani,S.kep,M.kep
1
KATA PENGANTAR
Assamualaikum Wr.wb.
Ramaini S
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
BAB II PENBAHASAN
A. Pengertian Eliminasi Fekal........................................................3
B. Fisiologi Depekasi Eliminasi Fekal...........................................3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal................7
D. Masalah-Masalah Yang Terjadi Eliminasi Fekal....................12
E. Proses Keperawatan.................................................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................28
B. Saran........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
feses (bowel). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal
ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus
1
produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek penting untuk fungsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
urin atau feses. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus. Perawat sering kali menjadi tempat konsultasi atau terlibat dalam
B. Fisiologi Defekasi.
keluar menjadi feses melalui anus dalam proses defekasi. Frekuensi defekasi
sangat bersifat individual, yang beragam dari beberapa kali sehari hingga dua
atau tiga kali seminggu. Jumlah yang dikeluarkan juga bervariasi pada setiap
defekasi. Jika sfingter anal internal relaks, maka feses akan bergerak menuju
anus. Setelah individu di dudukkan pada toilet, sfingter anal eksternal akan
Berikut ini akan dibahas secara singkat organ-organ yang berperan dalam
1. Mulut
3
Proses pertama dalam sistem pencernaan berlangsung di mulut. Makanan
akan dipotong, diiris, dan dirobek dengan bantuan gigi. Makanan yang masuk
ke mulut dipotong menjadi bagian yang lebih kecil agar mudah di telan dan
2. Faring
3. Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara
faring dan lambung. Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh
masuk ke lambung.
4. Lambung
Lambung adalah organ yang terletak antara esofagus dan usus halus. Di
dalam lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu disalurkan ke usus
halus. Sebelum makanan masuk ke usus halus, makanan terlebih dahulu akan
usus halus sesuai dengan kapasitas usus halus dalam mencerna dan menyerap
4
makanan dan biasanya satu porsi makanan menghabiskan waktu dalam
hitungan menit.
5. Usus halus
berlangsung.
6. Usus besar
mengekstrasi H2O dan garam dari isi lumennya untuk membentuk masa padat
yang disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses
sebelum defekasi. Kolon terdiri dari 7 bagian, yaitu sekum, kolon asendens,
Usus besar adalah sebuah saluran otot yang dilapisi oleh mukosa. Serat
otot yang dilapisi oleh membrane mukosa. Serat otot berbentuk sikular dan
karena itu usus besar membentuk kantung atau yang biasa disebut dengan
lendir.
Lendir ini berperan untuk melindungi usus besar dari trauma akibat
pembentukan asam di dalam feses dan berperan sebagai pengikat yang akan
menyatukan materi fekal. Lendir ini juga akan melindungi usus besar dari
aktifitas bakteri.
5
menggerakan makanan ke belakang dan ke depan yang berperan untuk
isi usus kedepan. Gerakan peristalsis kolon adalah gerakan yang menyerupai
gelombang yang akan mendorong isi usus kedepan. Gerakan ini sangat
Gerakan ini melibatkan suatu gerakan kontraksi yang sangat kuat sehingga
halus. Gerakan peristalsis massa hanya terjadi beberapa kali dalam sehari
vertikal berisi sebuah vena dan arteri. Diyakini bahwa lipatan ini membantu
6
menahan feses di dalam rektum. Jika vena mengalami distensi seperti yang
Saluran anus diikat oleh otot sfingter internal dan eksternal. Sfingter
internal berada dibawah kontrol involunter dan dipersarafi oleh sistem saraf
1. Perkembangan
7
a. Bayi yang baru lahir
baru lahir, normalnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir. Bayi
usus belum matur, air tidak diserap dengan baik dan feses menjadi
lunak, cair, dan sering dikeluarkan. Apabila usus telah matur, flora
b. Batita
tahun. Pada saat ini anak – anak telah belajar berjalan dan sistem saraf
dan untuk menggunakan toilet secara umum dimulai pada saat anak
8
d. Lansia
asupan cairan dan serat, serta kelemahan otot. Banyak lansia percaya
yang tidak memenuhi kriteria ini sering kali mencari obat yang dijual
beragam.
Bagi beberapa orang dapat setiap dua hari sekali bagi orang lain,
dua kali dalam satu hari. Kecukupan serat dalam diet, kecukupan
2. Diet
untuk memberikan volume fekal. Diet lunak dan diet rendah serat
Makanan tertentu sulit atau tidak mungkin untuk dicerna oleh beberapa
9
orang. Ketidakmampuan ini menyebabkan masalah pencernaan dan
3. Cairan
4. Aktivitas
5. Faktor psikologis
dari otak.
10
6. Kebiasaan defekasi
7. Obat-obatan
obat penenang tertentu dalam dosis besar dan pemberian morfin dan
saraf pusat.
8. Proses diagnostik
makanan kembali.
11
penghentian pergerakan usus secara sementara. Kondisi ini disebut
ileus.
11. Nyeri
fekal, yaitu:
1. Konstipasi
kali per minggu. Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras
12
sulitnya pengeluaran feses dan bertambahnya upaya atau penekanan
lain melakukan defekasi lebih dari satu kali sehari. Pengkajian cermat
dibuat.
Penggunaan laksatif
Sakit kepala
yaitu:
13
Perubahan rutinitas harian
Kurangn privasi
2. Impaksi Fekal
(diare) dan tidak ad feses normal. Cairan feses merembes sampai keluar
14
perasaan umum menalami suatu penyakit; klien anoreksik, abdomen
faktor penyebab. Oleh karena itu, setelah pemeriksaan ini, laksatif atau
adanya impaksi fekal, klien sering kali diberikan suatu minyak sebagai
pelunak feses setiap hari. Jika upaya ini gagal, sering kali dibutuhkan
3. Diare
konstipasi dan terjadi akibat cepatnya pergerakan isi fekal di usus besar.
15
feses dengan frekuensi sering, tetapi diare tidak terjadi kecuali feses
Seseorang yang mengalami diare sering kali merasa sulit atau tidak
berat di dalam tubuh, yang dapat terjadi dalam periode waktu singkat
berlebihan
16
Katartik Iritasi mukosa usus
Alergi terhadap makanan, Pencernaan makann atau cairan yang tidak
mengiritasi kulit. Oleh karena itu, area di sekitar area anus harus dijaga
tetap bersih dan kering dan dilindungi dengan zink oksida atau salep
4. Inkontinensia Alvi
fekal dan gas dari spingter anal. Inkontinensia dapat terjadi pada waktu-
waktu tertentu, seperti setelah makan, atau dapat terjadi secara tidak
17
Inkontinensia fekal adalah masalah yang membuat distres
5. Flatulens
18
E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
wama khas feses, konsistensi feses yang biasanya encer atau padat
19
Gambaran asupan cairan setiap hari. Hal ini meliputi tipe dan
jumlah cairan
karakteristik feses.
20
Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan ketangkasan klien perlu
b. Pengkajian fisik
Mulut.
Pengkajian meliputi inspeski gigi, lidah, dan gusi klien. Gigi yang buruk
Abdomen.
21
Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau bunyi
distensi.
(bising usus kurang dari lima kali per menit) terjadi jika klien
usus 35 kali atau lebih per menit) terjadi pada obstruksi usus
Rektum
Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rektum klien dengan metode
22
tertentu untuk mengetahui adanya nodul atau tekstur yang tidak teratur.
c. Pemeriksaan lab
atau media diberikan sebagai enema Salah satu media yang paling
23
seperti milkshake. Barium digunakan dalam pemeriksaan UGI dan
barium enema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi b.d
Asupan diet
Intoleransi aktivitas
3. Intervensi
24
Bising usus menurun Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
Distensi abdomen Tujuan : Sediakan makanan tinggi serat
Kelemahan umum Proses defekasi klien Lakukan masase abdomen, jika perlu
Teraba massa pada normal disertai dengan Berikan enema, irigasi, jika perlu
rektal pengeluaran feces Latih BAB secara teratur
mudah dan kosistensi,
frekwensi serta bentuk Edukasi :
normal jangka waktu
………..X 24 jam Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
Jelaskan jenis makanan yang membantu
Kriteria Hasil: meningkatkan keteraturan peristaltik usus
Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
Subjektif: konsistensi, volume feces
Kontrol pengeluaran Anjurkan meningkatkan aktivitas, sesuai
feces meningkat dengan toleransi
Keluhan defekasi lama Anjurkan mengkomsumsi makanan tinggi serat
dan sulit menurun Anjurkan pengurangan makanan yang
Objektif: meningkatkan produksi gas
Mengejan saat Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika
defekasi menurun tidak ada kontra indikasi
Distensi abdomen
menurun Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat sipositoria anal, jika
Tak teraba massa pada perlu
rectal
Urgency menurun
Nyeri abdomen
menurun
Kram abdomen
menurun
Konsistensi feces
normal
Frekuensi feces
normal
eristaltik usus normal
25
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
Tujuan : bertahap
Anjurkan menghindari makanan pembentuk
Klien melaporkan pola gas, pedas dan mengadung laktosa
normal BAB membaik Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
dalam jangka waktu
……………... 24 jam Kolaborasi :
Kontrol pengeluaran
feces meningkat
Keluhan defekasi
lama dan sulit
menurun
Melaporkan
pengontrolan
pengeluaran feces
membaik
Objektif:
Mengejan saat
defekasi menurun
Distensi abdomen
menurun
Tak teraba massa pada
rectal
Nyeri abdomen
menurun
Kram abdomen
menurun
Konsistensi feces
normal
Frekuensi feces
normal
Peristaltik usus
normal
Data subjektif : Defisit perawatan Observasi :
diri b.d: Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
Klien mengatakan
Gangguan sesusi usia
tidak mampu
musculoskeletal Monitor tingkat kemandirian
melakukan
Gangguan Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri
perawatan diri
neuromuscular Identifikasi diit dan kemampuan menelan
Menolak untuk
Monitor status hidrasi pasien
kelemahan
melakukan perawatn
diri Gangguan psikologis
dan atau psikotik Terapeutik :
Data Objektif :
Sediakan lingkungan yang terapuitik
Penurunan
Tidak mampu mandi motivasi/minat Atur posisi yang nyaman
atau mengenakan Siapkan keperluan pribadi
pakaian Tujuan : Jaga privasi pasien
Tidak mampu Dampingi saat melakukan perawatan diri
makan, minum, Kebutuhan perawatan sampai mandiri
toliet secara mandiri diri klien terpenuhi Fasilitasi kemandirian
Minat untuk dalam jangka waktu Jadwalkan rutinitas perawatan
melakukan perawatn ……….. x 24 jam Libatkan keluarga
diri kurang
Gangguan neurologi Kriteria evaluasi : Edukasi :
berupa….. Ajarkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Gangguan Subyektif:
Verbalisasi Ajarkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
musculoskeletal
26
berupa….. keinginan Kolaborasi :
melakukan ……………………………………………………
perawatan diri .
meningkat
Verbalisasi minat
melakukan
perawatan diri
meningkat
Objektif:
Kemampuan mandi
meningkat
Kemampuan
mengenakan pakaian
meningkat
Kemampuan makan
meningkat
Kemampuan ke toilet
meningkat
Mempertahankan
kebersihan diri /
mulut meningkat
BAB III
27
PENUTUP
A. Kesimpulan
berupa bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia,
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
28
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
Jakarta: EGC.
M. Wilkinson, Judith dan R.A, Nancy. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
29