Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah Hari : Rabu

MK. Patologi Manusia Tanggal : 4 Oktober 2017

SHORT BOWEL SYNDROME (SINDROM USUS PENDEK)

Disusun oleh:
Kelompok 3
Galuh Safira Evanni S. (P031613411015)
Haridatur Rafifah (P031613411018)
Lince Pardede (P031613411023)
Yola Apriana (P031613411040)

Dosen Pembimbing :

Yessi Alza, SST, M.Biomed

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN RIAU

JURUSAN GIZI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada Dosen Mata Kuliah Patologi Gizi yaitu ibu Yessi Alza, SST, M.Biomed yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah yang berjudul “Short Bowel Syndrome
(Sindrom Usus Pendek)” ini sehingga dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Patologi Gizi. Pada makalah ini
diharapkan para pembaca dapat menambah ilmu serta wawasan mengenai topik-topik yang
akan kami bahas dibawah ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, 3 Oktober 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4

1.3 Tujuan Makalah...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5

2.1 Pengertian Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek).........................5

2.2 Etiologi dan Patofisiologi Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek).6

2.3 Tanda dan Gejala Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)..............8

2.4 Mempertahankan Nutrisi untuk Penderita Short Bowel Syndrome

(Sindrom Usus Pendek)………………………………………………….....9

BAB III PENUTUP......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan...................................................................................................11

3.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Short Bowel Syndrome (SBS) atau sindrom usus pendek merupakan gangguan
malabsorpsi yang diakibatkan oleh tindakan pembedahan atau reseksi pada usus halus
sehingga usus tersebut kehilangan fungsi absorpsinya. Short bowel syndrome
biasanya terjadi setelah reseksi masif dari usus halus. Tanda - tandanya berupa diare,
kekurangan elektrolit dan cairan, dan malnutrisi. Biasanya reseksi usus sampai 70%
masih dapat ditoleransi jika ileum terminal dan valvula ileosekal masih ada. Tidak
adanya Ileum terminal mengakibatkan gangguan pada penyerapan vitamin B12 dan
garam empedu, meskipun hanya 25% dari panjang usus halus direseksi. Reseksi pada
bagian proximal lebih dapat ditoleransi lebih baik dari pada reseksi pada distal.
Reseksi pada jejenum lebih dapat ditolelir daripada reseksi ileum.
Gangguan tersebut seringkali terjadi setelah sebagian besar usus kecil
diangkat. Setelah operasi, orang diberikan makanan dan cairan melalui pembuluh
darah (infus). Beberapa orang harus melanjutkan makanan lewat infus untuk hidup.
Obat-obatan seperti loperamide dan cholestyramine bisa membantu mengurangi diare.
Alasan umum untuk pengangkatan sebagian besar usus kecil adalah penyakit
crohn, penyumbatan pada arteri yang mensuplai darah menuju sebagian besar usus
(mesenteric infarction), peradangan pada usus disebabkan oleh radiasi (radiation
enteritis), kanker, usus membelit (volvulus), dan cacat lahir. Kebanyakan pencernaan
dan penyerapan pada makanan mengambil bagian di dalam usus kecil. Konsekwensi
pada pengangkatan bagian pada usus kecil tergantung pada seberapa banyak bagian
itu diangkat dan dimana letaknya. Jika bagian tengah (jejunum) diangkat, kadangkala
bagian akhir (ileum) bisa menyesuaikan dan menyerap nutrisi lebih. Jika lebih dari 3
kaki (1 yard atau 1 meter) ileum diangkat, sisa usus kecil biasanya tidak dapat
menyesuaikan. Sebelum penyesuaian terjadi, atau jika tidak, usus mengalami
kesulitan menyerap nutrisi dalam jumlah banyak, termasuk lemak, protein, dan
vitamin. Usus tersebut juga tidak dapat menyerap asam empedu yang dikeluarkan
oleh hati, yang mana membantu pencernaan. Malabsorpsi menyebabkan diare,

4
biasanya segera dimulai setelah operasi. Kemudian, orang mengalami kekurangan gizi
dan kekurangan vitamin.

1.2 Rumusan Makalah

1. Apa pengertian dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek) ?

2. Apa etiologi dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek) ?

3. Apa tanda dan gejala dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek) ?

4. Apa mempertahankan nutrisi untuk penderita dari Short Bowel Syndrome (Sindrom
Usus Pendek) ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui pengertian dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)

2. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus
Pendek)

3. Mengetahui tanda dan gejala dari Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)

4. Mengetahui mempertahankan nutrisi untuk penderita dari Short Bowel Syndrome


(Sindrom Usus Pendek)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)


Short Bowel Syndrome (SBS) atau sindrom usus pendek merupakan gangguan
malabsorpsi yang diakibatkan oleh tindakan pembedahan atau reseksi pada usus halus
sehingga usus tersebut kehilangan fungsi absorpsinya. Short bowel syndrome biasanya terjadi
setelah reseksi masif dari usus halus. Tanda – tandanya berupa diare, kekurangan elektrolit
dan cairan, dan malnutrisi. Biasanya reseksi usus sampai 70% masih dapat ditoleransi jika
ileum terminal dan valvula ileosekal masih ada. Tidak adanya Ileum terminal mengakibatkan
gangguan pada penyerapan vitamin B12 dan garam empedu, meskipun hanya 25% dari
panjang usus halus direseksi. Reseksi pada bagian proximal lebih dapat ditoleransi lebih baik
dari pada reseksi pada distal. Reseksi pada jejenum lebih dapat ditolelir daripada reseksi
ileum (Seetharam, 2011).

Short bowel syndrome (SBS) mengacu pada kondisi di mana pasien menunjukkan
malabsorpsi diinduksi diare, dehidrasi, gangguan elektrolit, dan malnutrisi karena gizi buruk
kemampuan pemrosesan akibat reseksi bedah yang ekstensif dari usus (A. Tappenden, 2014).

Short Bowel Syndrome (SBS) adalah suatu kegagalan usus yang dihasilkan dari
pendeknya usus setelah reseksi usus. Kegagalan usus berupa suatu kondisi yang
mengakibatkan pencernaan yang tidak memadai atau penyerapan nutrisi atau keduanya,
sehingga penderita menjadi kekurangan gizi dan memerlukan pengobatan khusus dan
dukungan nutrisi yang adekuat (Seetharam, 2011).

Sindrom usus pendek adalah sekelompok masalah yang berkaitan dengan penyerapan
nutrisi yang buruk. Sindroma usus pendek biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki :

 Setidaknya setengah dari usus kecil mereka dikeluarkan dan kadang-kadang semua atau
sebagian usus besar mereka dikeluarkan
 Kerusakan usus kecil yang signifikan
 Motilitas, pergerakan, di dalam usus yang tidak baik

(JS, 2012).

6
Prevalensi SBS adalah 3 – 4 orang dari sejuta orang. Ianya muncul dalam angka 15%
dari penderita dewasa yang melakukan reseksi usus dengan ¾ dari kasus ini hasil dari reseksi
usus massif dan ¼ adalah dari beberapa reseksi berurutan. Sekitar 70% penderita yang
mengalami SBS saat keluar dari rumah sakit dan persentase yang sama tetap hidup setahun
kemudian. Tingkat kelangsungan hidup telah dicapai terutama oleh kemampuan untuk
memberi dukungan nutrisi jangka panjang (Seetharam, 2011).

Meski secara keseluruhan kejadian SBS hanya 1200 / 100.000 kelahiran hidup,
tingkat kematian kondisinya tinggi. Melaporkan tingkat ketahanan hidup pada rentang SBS
anak-anak dari 73% menjadi 89%, menjadikan SBS anak-anak paling banyak kondisi
mematikan pada masa kanak-kanak. Sebuah program pengobatan multidiskplinal telah
dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang lebih baik (Duro, 2008).

2.2 Etiologi dan Patofisologi Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)

Beberapa kondisi yang memerlukan reseksi usus akan menuju ke arah SBS.
Dalam seri yang dilaporkan dari 210 kasus, kondisi ini termasuk pasca operasi (25%),
iradiasi/ kanker (24%), penyakit pembuluh darah masentrik (22%), Crohn’s disease
(16%) dan penyebab tumor jinak yang lain (13%). Manifestasi dari SBS adalah
disebabkan oleh:

1. Kehilangan luas permukaan absorpsi


2. Kehilangan site-specific proses transportasi
3. Kehilangan site-specific sel endokrin dan hormon gastrointestinal
4. Kehilangan valvula ileocecal

(Seetharam, 2011)

Etiologi SBS bersifat multifaktorial dan sayangnya, Kelainan itu bisa terjadi pada
usia berapapun. Namun demikian Penyebabnya agak berbeda antara anak-anak dan orang
dewasa (Tabel 1). Terlepas dari asal, banyak yang klinis Intervensi tetap sama (Rees
Parrish, 2005)

7
Tabel 1. Etiologi Sindroma usus pendek pada anak-anak dan orang dewasa

Anak-anak Orang Dewasa


• Necrotizing Enterocolitis (NEC) • Reseksi bedah masif
• Atresia usus • Crohn's
- Volvulus • Keganasan
- Hernia • Radiasi enteritis
- Intususepsi • Trauma
• Sindroma usus pendek kongenital • Bencana vaskular
• Trauma - Embolisme / trombus
• Gastroskisis • Volvulus
• Apple mengupas anomali • Stemulasi hernia
• Penyakit Crohn • SB fistula
• Tumor perut • Bedah bypass
• Radiasi enteritis • Bedah kesalahan atau perawatan obesitas
• Penyakit Hirschsprung • Obstruksi pseudo usus kronis

Akibat utama dari reseksi extensif usus adalah hilangnya luas permukaan absorbsi
yang akan menyebabkan malabsorbsi makronutrien, mikronutrien, elektrolit dan air.
Kebanyakan makronutrien diserap pada 100 – 150 cm proximal usus. Mikronutrien
khusus diserap dari daerah khusus di dalam usus halus. Sisa-sisa panjang usus adalah
penentu primer hasil pada penderita dengan SBS. Reseksi sehingga setengah dari usus
halus selalunya bertoleransi dengan baik. SBS akan terjadi pada penderita dengan
kehilangan dua pertiga dari usus halus. Dorongan dari total nutrisi parenteral permanen
diperlukan pada penderita dengan panjang kurang dari 120cm usus tanpa sambungan
kolon dan kurang dari 60cm dengan sambungan kolon. Selain itu, malabsorbsi makro dan
mikronutrien dengan kehilangan luas permukaan absorbsi usus menyebabkan malabsorbsi
air dan elektrolit dimana bermanifestasikan sebagai diare volumik, hipovolemia,
hiponatrimia dan hipokalemia (Seetharam, 2011).

Penyerapan beberapa bahan campuran tergantung pada tempat tertentu usus halus.
Besi, fosforus dan vitamin larut air kebanyakannya diserap pada usus halus proksimal.
Seperti kebanyakan penderita dengan SBS masih mempunyai duodenum dan jejunum
proksimal yang intak, kekurangan dari bahan ini adalah jarang tetapi cenderung untuk
terjadi kekurangan kalsium dan magnesium. Dengan kehilangan dari sebahagian atau
keseluruhan dari ileum, malabsorpsi vitamin B12 dan garam empedu akan terjadi. Bahkan
hormon di dalam mukosa traktus gastrointestinal turut disebarkan pada kawasan tertentu.
Gastrin, cholecystokinin, secretin, gastric inhibitory polipeptide dan motilin dihasilkan

8
oleh sel endokrin pada traktus gastrointestinal proksimal. Pada penderita SBS, status
hormon ini adalah intak. Glucagon-like peptide (GLP) 1 dan 2, nuerotensin dan peptide
YY yang dihasilkan di dalam ileum dan kolon proksimal. Pada penderita SBS,
kekurangan hormon tersebut adalah normal dan akan menyebabkan kekosongan gaster
dengan cepat, pemendekan waktu transit usus dan hipergastrinemia. Dengan adanya
valvula ileoceacal, akan meningkatkan fungsi kapasitas sisa usus. Walaupun sebelumnya
kehadiran valvula ileoceacal menyumbang kepada fungsi penghambat dan pemanjangan
transit, keuntungan dari ini bisa dikaitan dengan ileum terminal itu sendiri (Seetharam,
2011).

2.3 Tanda dan Gejala Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus Pendek)

Gejala sindrom usus pendek dapat termasuk:


 Sakit perut
 Diare dan steatorrhea (berminyak atau lengket bangku, yang dapat terutama busuk-
odored)
 Retensi cairan
 Berat badan dan kekurangan gizi
 Kelelahan
(Seetharam, 2011).

Pasien dengan sindrom usus pendek mungkin memiliki komplikasi yang


disebabkan oleh malabsorption vitamin dan mineral, seperti kekurangan dalam vitamin
A, D, E, K, dan B12, kalsium, magnesium, besi, asam folat dan seng. Ini mungkin
muncul sebagai anemia, hyperkeratosis (skala kulit), mudah memar, kejang otot, miskin
pembekuan darah, dan tulang sakit.
Penyebab sindrom usus pendek pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh operasi:
 Crohn's disease, kelainan peradangan saluran pencernaan
 Volvulus, memutar spontan usus kecil yang memotong pasokan darah dan mengarah
ke jaringan kematian
 Tumor usus kecil
 Cedera atau trauma usus kecil
 Fascitis enterokolitis (bayi prematur)

9
 Bedah untuk mengobati obesitas, sekarang umumnya dilakukan prosedur bedah
bypass
 Operasi untuk menghapus penyakit atau rusak sebagian dari usus halus
(Seetharam, 2011).

2.4 Mempertahankan Nutrisi untuk Penderita Short Bowel Syndrome (Sindrom Usus

Pendek)

Hal ini adalah tujuan utama dalam manajemen SBS. Kehilangan cairan dan
elektrolit dari traktus gastrointestinal mungkin hebat pada saat awal post operatif dan
memerlukan perhatian dan pergantian. Terapi nutrisi parenteral diperlukan pada saat
awal post operatif dan nutrisi enteral harus diberikan dengan sedini mungkin
(Seetharam, 2011).

Penderita dengan reseksi ileum yang terkontrol (kurang dari 100cm) dengan
atau tidak hemicolectomy kanan boleh diberikan makanan solid yang intak pada saat
akhir fase post operatif. Penderita ini akan mengalami diare atau steatorrhea dengan
asupan makanan diet yang reguler berhubung dengan malabsorpsi lemak, dimana
sebaliknya akan menyebabkan kekurangan vitamin larut lemak, vitamin B12, kalsium
dan magnesium. Kekurangan dari nutrisi ini harus dilihat dan harus ditambah jika
diperlukan. Mempertahankan status nutrisi menjadi lebih penting jika terjadi diare,
dimana diare adalah normal pada penderita SBS, dan mungkin berhubungan dengan
hipersekresi asam lambung, waktu transit usus cepat dan malabsorbsi lemak. H2
blockers, proton pump inhibitor (PPI), antidiare, cholestyramine dan octreotide
semuanya digunakan untuk mengontrol diare. Octreotide bertindak dengan
mempertahankan transit usus dan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, tetapi
membawa resiko menurunkan sintesis protein splanchnic, dengan itu menjurus kepada
menghambat adaptasi usus dan juga resiko cholelithiasis. Obat ini harus diambil 1 jam
sebelum makan dan efek pada volume diare harus dievaluasi sebelum direkomendasi
untuk terapi jangka panjang (Seetharam, 2011).

Glucose polymer-based, garam rehidrasi oral direkomendasi pada penderita


untuk meningkatkan hidrasi dan akan menurunkan keperluan terapi nutrisi parenteral.
Glukosa dan natrium diserap melalui mekanisma transport aktif yang sama dan

10
mengstimulasi penyerapan antara satu sama lain. Tambahan lagi, glukosa
menyebabkan penyerapan natrium dan air dengan cara solvent drug (Seetharam, 2011).

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Short Bowel Syndrome (SBS) atau sindrom usus pendek merupakan gangguan
malabsorpsi yang diakibatkan oleh tindakan pembedahan atau reseksi pada usus halus
sehingga usus tersebut kehilangan fungsi absorpsinya. Manifestasi dari SBS adalah
disebabkan oleh kehilangan luas permukaan absorpsi, kehilangan site-specific proses
transportasi, kehilangan site-specific sel endokrin dan hormon gastrointestinal, dan
kehilangan valvula ileocecal. Gejala sindrom usus pendek dapat termasuk sakit perut, diare
dan steatorrhea (berminyak atau lengket bangku, yang dapat terutama busuk-odored), retensi
cairan, berat badan dan kekurangan gizi, dan juga kelelahan. Mempertahankan status nutrisi
menjadi lebih penting jika terjadi diare, dimana diare adalah normal pada penderita SBS, dan
mungkin berhubungan dengan hipersekresi asam lambung, waktu transit usus cepat dan
malabsorbsi lemak. H2 blockers, proton pump inhibitor (PPI), antidiare, cholestyramine dan
octreotide semuanya digunakan untuk mengontrol diare.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan para pembaca dapat memahami dan
mengerti akan isi dan maksud dari judul tersebut. Para pembaca bisa mendapatkkan
pelajaran serta dapat menambah wawasan mengenai “ Short Bowel Syndrome
(Sindrom Usus Pendek)”.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Tappenden, Kelly. 2014. Pathophysiology of Short Bowel Syndrome: Considerations


of Resected and Residual Anatomy. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition Volume 38 :
14S - 22S.

Duro, Debora dkk. 2008. Overview of Pediatric Short Bowel Syndrome. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition Volume 47: S33-S36.

JS, Thompson dkk. 2012. Short Bowel Syndrome. Journal National Digestive Diseases
Information Clearinghouse ;49(2):52–115.

Rees Parrish, Carol. 2005. The Clinician’s Guide to Short Bowel Syndrome. Journal
Practical Gastroenterology : 67 - 106.

Seetharam, Prasad dkk. 2011. A Review of Management Options. Journal of


Gastroenterology Volume 17, Issue 4: 229-235.

13

Anda mungkin juga menyukai