Anda di halaman 1dari 11

Nama Mahasiswa : Nabella Ayu Jeihan F

NIM : P27904114028
Judul Kasus : Penyakit Jantung Bawaan
Tanggal Praktek : 23 Oktober – 28 Oktober 2017
Ruangan : ICU

LAPORAN PENDAHULUAN
PJB (Penyakit Jantung Bawaan) Sianotik

A. Definisi PJB
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak
semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir,
tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis
setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa
tahun ( Markum, 1996).
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung Congenital adalah
kelainan yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi
sebelum bayi lahir, tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi
gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan
setelah pasien berumur beberapa bulan bahkan beberapa tahun (Ngastiah).
B. Tanda dan Gejala
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan
gejala yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan
pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi aktivitas, kekerapan infeksi
saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan
petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB
sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis.
Gangguan pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung
kronis pada pasien PJB.
b. Sianosis
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik
rendah. Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di
sekitar mulut Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral)
perlu dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada
anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada
ujung-ujung jari.
Membedakan sianosis perifer dan sentral adalah bagian
penting dalam menentukan PJB pada neonatus. Sianosis perifer
berasal dari daerah dengan perfusi jaringan yang kurang baik, terbatas
pada daerah ini, tidak pada daerah dengan perfusi baik. Sebaliknya
sianosis sentral tampak pada daerah dengan perfusi jaringan yang
baik, walaupun sering lebih jelas pada tempat dengan perfusi kurang
baik.
Daerah untuk menentukan adanya sianosis sentral adalah pada
tempat dengan perfusi jaringan yang baik seperti pada lidah, dan
dinding mukosa. Sianosis sentral pada jam-jam awal setelah lahir
dapat timbul saat bayi normal menangis. Sianosis pada bayi tersebut
disebabkan oleh pirau kanan ke kiri melalui foramen ovale dan atau
duktus arteriosus. Kadar hemoglobin yang terlalu tinggi yang disertai
dengan hiperviskositas dapat pula menyebabkan sianosis pada bayi
normal.
c. Toleransi aktivitas
Toleransi aktivitas merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan
jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi aktivitas
berkurang. Gangguan toleransi aktivitas dapat ditanyakan pada
orangtua dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah
pasien cepat lelah, napas menjadi cepat setelah melakukan aktivitas
yang biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi yang
menetek, ia hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering
beristirahat, sesak waktu mengisap, dan berkeringat banyak. Pada
anak yang lebih besar ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari
atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti pada Tetralogy of Fallot
anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
d. Infeksi saluran napas berulang
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru
sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk
ke ahli jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan
pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah
diobati sebagai tuberkulosis sebelum dirujuk ke ahli jantung anak.
e. Bising jantung
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam
menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda
ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat
menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising
jantung pada pemeriksaan fisik tidak menyingkirkan adanya kelainan
jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan jantung,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis.

C. Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
- Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
- Ibu alkoholisme.
- Umur ibu lebih dari 40 tahun.
- Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
- Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
- Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
- Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
- Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

E. Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway
Kaji adakah sumbatan/obstruksi pada jalan napas.
b. Breathing
Kaji frekuensi pernafasan, adakah dyspneu, sianosis, kaji suara nafas
terdengar, perhatikan Saturasi O2 .
c. Circulation
Kaji tandatanda syok, tekanan darah, nadi cepat/lemah, akral
dingin/hangat, dan CRT.

2. Secondary Survey
a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan dan
menurunnya suplai oksigen ke sel, gangguan istirahat tidur seperti
keluhan insomnia, hal ini dikarenakan adanya dyspnea paroxysmal.
b. Sirkulasi
Kaji adanya riwayat penyakit jantung bawaan pada Orangtua.
c. Integritas Ego.
Kaji tingkat emosi dan respon klien melalui ekspresi.
d. Eliminasi
Kaji  adanya perubahan dalam eliminasi urin dan defekasi.
e. Makanan/caitan :
Kaji adanya anoreksia, gangguan pada pertambahan tinggi badan pada

anak   dikarenakan   keadaan   gizi   kurang   dari   kebutuhan   normal,   berat

badan menurun, pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan

usia klien.
f. Neuro Sensori
Kaji keadaan sensori klien, terdapat kelainan/ tidak, terdapat
kelemahan/tidak pada masing-masing neuro sensori.
g. Nyaman/nyeri
Kaji adanya keluhan nyeri dada.
h. Respirasi
Kaji adanya dyspnea, napas cepat dan dalam, klien  sering berjongkok

dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
i. Keamanan
Kaji keadaan sensorik motorik, perubahan persepsi dan orientasi
j. Interaksi social
Kaji kemampuan klien dalam bersosialisasi  dan kaji perubahan yang

terjadi akibat perasaan rendah diri akibat diasingkan oleh lingkungan

sekitar.

H. Daftar Pustaka
1. Nurarif, Amin Huda., Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Jogjakarta : Mediaction
Publishing.
2. Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi
Dan Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta
F. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi jantung.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan nafas
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ekspansi paru
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan karena suplai O2 ke sel menurun

G. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
keperawatan

1. Penurunan curah 1. Cardiac Pump Effectiveness 1. Monitor tanda-tanda vital, 1. Abnormalitas TTV, terutama pulsasi
2. Circulation Status
jantung Observasi kualitas dan kekuatan nadi dan jantung menunjukkan
3. Vital Sign Status
berhubungan Kriteria hasil : denyut jantung, nadi perifer, warna dan ketidakadekuatan curah jantung.
- Tanda vital dalam rentang normal
dengan kegagalan kehangatan kulit.
- Dapat mentoleransi aktivitas
fungsi jantung. - Tidak ada edema paru, perifer, dan 2. Informasikan dan anjurkan 2. Istirahat dapat mengurangi beban
asites tentang pentingnya istirahat yang kerja jantung.
- Tidak ada penurunan kesadaran adekuat. 3. Oksigen tambahan dapat membantu
3. Berikan oksigen tambahan pemenuhan saturasi oksigen tanpa
dengan kanula nasal / masker sesuai menggunakan energi yang berlebih.
indikasi 4. Sianosis menunjukkan tanda
keinadekuatan perfusi karena
4. Identifikasi derajat penurunan curah jantung.
cyanosis ( sircum oral, membran
mucosa, clubbing) 5. Penurunan kesadaran dapat
dikarenakan ketidakadekuatan curah
jantung.
5. Kaji perubahan pada
6. Digitalis dapat memperkuat kerja
sensori, contoh letargi, bingung
jantung sehingga kebutuhan dapat
disorientasi cemas
terpenuhi.

6. Secara kolaborasi, berikan


tindakan farmakologis berupa digitalis,
digoxin
2. Ketidakefektifan 1. Respiratory status : Ventilation Airway suction
2. Respiratory status : Airway Patency 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal 1. Akan mempermudah proses
bersihan jalan nafas
Kriteria hasil :
suctioning dilakukannya suction
berhubungan - Mendemonstrasikan batuk efektif
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan 2. Memastikan adanya penumpukan
dengan dan suara nafas yang bersih, tidak
sesudah suctioning sekret pada jalan nafas sebelum
penumpukan sekret ada sianosis dan dyspneu
dilakukan suction dan memastikan
pada jalan nafas - Menunjukkan jalan nafas yang paten
penumpukan sekret telah berkurang
(klien tidak merasa tercekik, irama 3. Berikan O2 untuk memfasilitasi
nafas, frekuensi pernafasan dalam suction setelah dilakukan suction
4. Gunakan alat yang steril setiap 3. Mencegah terjadinya penurunan
rentang normal, tidak ada suara
melakukan tindakan Saturasi O2 saat dilakukan suction
nafas abnormal)
5. Monitor status oksigen pasien 4. Mencegah penularan infeksi
- Mampu mengidentifikasi dan
mencegah faktor yang dapat 6. Hentikan suction dan berikan oksigen 5. Untuk memonitor tingkat Saturasi O2
menghambat jalan nafas.
6. Untuk menormalkan kembali Saturasi
O2 apabila menurun setelah dilakukan
suction
3. Ketidakefektifan - Respiratory status : Ventilation 1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1. Frekuensi napas yang tinggi
pola napas - Respiratory status : Airway kedalaman. Catat upaya pernafasan menunjukkan usaha pemenuhan
berhubungan Patency 2. Observasi penyimpangan dada, oksigen demand yang berarti masih
- Vital Sign Status
dengan ekspansi Kriteria hasil : selidiki penurunan ekspansi paru atau adanya masalah pada pemenuhan
paru - Mendemonstrasikan batuk efektif ketidak simetrisan gerakan dada. permintaan oksigen
dan suara nafas yang bersih, tidak 3. Kaji ulang hasil GDA, Hb sesuai 2. Kelainan dapat terlihat pada
ada sianosis dan dyspneu indikasi penggunaan otot bantu napas dalam
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
4. Minimalkan menangis atau aktivitas memenuhi kebutuhan oksigen.
(klien tidak merasa tercekik, irama
pada anak 3. GDA dan Hb normal menunjukkan
nafas, frekuensi pernafasan dalam
keseimbangan hemostasis.
rentang normal, tidak ada suara nafas
4. Menangis dan aktivitas berlebihan
abnormal)
- Tanda vital dalam rentang normal dapat menyebabkan oksigen demand
(tekanan darah, nadi, pernafasan) semakin bertambah.
Inhalation Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung, dan sekret
trakhea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
1. Memaksimalkan masuknya uap terapi
dari inhalasi
3. Atur peralatan inhalasi
2. Jalan nafas yang tidak paten akan
4. Monitor aliran uap
meminimalkan masuknya uap terapi
inhalasi pada saluran pernafasan klien
5. Observasi adanya tanda-tanda
3. Mempermudah proses inhalasi
hipoventilasi
4. Memastikan apakah uap masuk
6. Monitor adanya kecemasan
sempurna pada saluran pernafasan klien
atau tidak
Vital Sign Monitoring
5. Mengetahui apakah klien bisa
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Monitor frekuensi dan irama menyesuaikan tekanan pada uap atau
pernafasan tidak
3. Monitor suara paru
6. Memastikan klien menerima terapi
4. Monitor pola pernafasan abnormal
5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban inhalasi dengan maksimal.
kulit
6. Monitor sianosis perifer
7. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
4. Intoleransi aktivitas 1. Energy Concervation Activity Therapy
2. Activity tolerance 1. Menunjukan gangguan pada jantung
berhubungan 1. Kaji perkembangan peningkatan
3. Self care : ADLs
yang kemudian akan menggunakan
dengan kelemahan Kriteria hasil : tanda-tanda vital, seperti adanya
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik energi lebih sebagai kompensasi
karena suplai O2 ke sesak
tanpa disertai peningkatan tekanan sehingga akhirnya anak menjadi
sel menurun
darah, nadi, dan RR kelelahan.
2. Tanda vital normal 2. Teknik penghematan energi
3. Status kardiopulmonari adekuat 2. Bantu pasien dalam aktivitas yang 3. Nutrisi dapat membantu menigkatan
4. Sirkulasi status baik
tidak dapat dilakukannya metabolisme juga akan meningkatan
5. Status respirasi : pertukaran gas dan
3. Dukung pemenuhan nutrisi produksi energi
ventilasi adekuat.

Anda mungkin juga menyukai