Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan gangguan Kardiovaskuler


penyakit jantung bawaan sianotik asianotik

Kelompok 01:
o Ade Dwi Cahyo
o Ice Serliani
o Selviade Veronika
o Fuzita Fransiska S
o Hikmah Ayu
DEFINISI

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung


bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada
sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi.
LANJUTAN...
Congenital heart disease (CHD) atau
penyakit jantung congenital adalah
kelainan jantung yang sudah ada sejak
bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi
sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan
jantung bawaan ini tidak selalu member!
gejala segera setelah bayi lahir; tidak
jarang kelainan tersebut baru ditemukan
setelah pasien berumur beberapa bulan
atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah).
ANATOMI FISIOLOGI
ETIOLOGI

Penyebab penyakit jantung congenital


berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan
minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin
disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti
infeksi ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau
chicken fox. Factor-faktor prenatal seperti ibu
yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin serta factor-faktor
genetic juga berpengaruh untuk terjadinya
penyakit jantung congenital.
KLASIFIKASI PJB

1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik:


Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis
aorta, stenosis pulmonal, koarktasio aorta,
kardiomiopati.
Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek
septum atrium, defek atrioventrikularis, defek
septum ventrikel, duktus arteriosus persisten,
anomaly drainase vena pulmonalis parsial.
LANJUTAN...
2. Penyakit jantung bawaan sianotik:
Dengan vaskularisasi paru bertambah:
transposisi arteri besar tanpa stenosis
pulmonal, double outlet right ventricle tanpa
stenosis pulmonal, trunkus arteriosus persisten,
ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal,
anomaly total drainase vena pulmonalis.
Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis
pulmonal berat pada neonates, tetralogi Fallot,
atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly
Ebstein. (Sastroasmoro & Maldiyono, 1996).
PATOFISIOLOGI

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua


perubahan hemodinamik utama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran
darah pulmonal dan tekanan darah. Nornalnya, tekanan
pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal.
Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang
abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan
lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah,
menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir ke dalam
sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah
meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut
otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
KOMPLIKASI

1. Gagal jantung kongestif


2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
8. Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani,
2001 ; 236)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

o Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.


o Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi
pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari
90.
o Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
o Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA
yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
o Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
PENATALAKSANAAN

o Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian


obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan
untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan
beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor
prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus,
pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis
bakterial.
o Pembedahan : Operasi penutupan defek, Pemotongan atau
pengikatan duktus.
o dianjurkan saat berusia 5-10 tahun
o Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada
pasien dengan resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak
dapat dioperasi.
o Pemotongan atau pengikatan duktus.
o Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan
pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378,
Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

A.PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan
1. Biodata / Identitas
Keluhan jantung bawaan timbul sejak usia bayi baru lahir bertambah nyata
jika bayi menangis atau menetek lama. Gejala ini dapat diketahui beberapa
bulan atau bahkan beberapa tahun jika timbul kelainan ringan.

2. Keluhan Utama
Mengeluh sesak napas (dispnea), pusing, nyeri dada.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya px terlihat pucat, banyak keringat yang keluar, ujung-ujung jari
hiperemik. Diameter dada bertambah (sering terlihat benjolan dada kiri),
berat badan menurun (tidak ada nafsu makan), tubuh terasa lemah, pusing,
sesak nafas.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Adanya faktor bawaan dari ibu sebelum lahir dan wanita yang hamil dengan
banyak mengkonsumsi obat-obatan, radiasi secara potensial menyebabkan
kelainan susunan jantung pada embrio/sejak lahir.
Lanjutan...
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada saat kehamilan 2 bulan pertama menderita penyakit Rubela / penyakit lainnya / ibu sering
mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti talidomial, atau terkena sinar radiasi.

7. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkna dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi
dan reaksi dari imunisasi tersebut.

8. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
.Personal sosial (kepribadian / tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
.Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi cepat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
.Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Pada umumnya penyakit dengan kelainan jantung bawaan mengalami gangguan tumbuh kembang
karena kelemahan tubuh / bisa disebut penurunan.

9. Riwayat Psikososial
Sosial ekonomi rendah, kurang pengetahuan orang tua terhadap penyakit, dan kebiasaan px maupun
(orang tuanya).

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan


pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara
spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian
fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.


Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-
ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan
dada kiri. .
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi
pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang
hiperdinarnik.
LANJUTAN...
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan
infeksi saluran pernafasan atas.
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory
distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila
pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi
ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum,
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah
lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi
pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
dan temoral.
DIAGNOSA

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : kelemahan


umum, tirah baring lama/imobilisasi, ketidakseimbangan
suplai oksigen/ kebutuhan, insufisiensi oksigenasi akibat
penurunan curah jantung.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan


curah jantung, meningkatnya produksi ADH, dan retensi
natrium/air.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan


membran kapiler alveolar, cairan di alveoli, penurunan supllai
darah ke paru.
INTERVENSI
LANJUTAN...

3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/


perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
DX 2:
Mandiri:
1. Auskultasi bunyi napas
Rasiona: dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung
2. Catat dvj, adanya edema
Rasional: dicurigai adanya gagal kongestif/ kelebihan cairan
3. Ukur masukan/haluaran, catat penurunan pengeluaran,
sifatkonsentrasi. Hitung keseimbangan cairan.
Rasonal: penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain
mnunjukkan kelebihan vo;ume/ gagal jantung
4. Timbang berat badan setiap hari
Rasional: perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
LANJUTAN....
5. Pertahankan pemasukan cairan 2000 ml/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler.
Rasional: memenuhi kebutuhan cairan tubuh orag dewasa tetapi
memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

Kolaborasi:
6. Berika diet natrium rendah/minuman.
Rasional: natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi

2. Berikan diuretik, contoh furosemid (lazix); hidralazin( apresolin)


;spironolakton dengan hidronolakton (aldacton).
Rasional: mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.
Obat pilihan biasanya tergantung gejala asli akut/ kronis
DX 3:
Mandiri:
1. Auskultasi bunyi napas
Rasional: menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk intervemsi lanjut
2. Anjurkan pasien batuk efektif , napas dalam
Rasional: membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran
oksigen.
3. Dorong perubahan posisi sering
Rasional: membantu mencegah atelektasi dan pneumonia
4. Pertahankan duduk di kursi/ tirah baring dengan kepala tempat
tidur tinggi 20-30 derajat, posisi semi fowler. Sokong tangan
dengan bantal
LANJUTAN....
5. Pantau/gambarkan seri GDA, nafi oksimetri
Rasional: hipoksemia dapat menjadi berat selam edema
paru.perunahn kompesasi biasanya ada pada GJK kronis
6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang
dapat memperbaiki/ menurunkan hipoksemia jaringan.
7. Berikan obat sesuai indikasi
Mis: diuretik contoh furosemid
Rasional: menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan
pertukaran gas.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai