BAWAAN
OLEH
IMAS KOMALAWATI Skep Ners ,MMKes
PJB adalah
penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat
proses pembentukan jantung yang kurang sempurna.
Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal
pembuahan (konsepsi).
Pada waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam
ENVIROMENTAL PRENATAL
Maternal rubella (PDA, PV, ASD) Thalidomide and Isotretinoin (cardiac
malformation) Lithium , Maternal alcohol abuse (VSD) DM, hipertensi
Alur diagnostik
Anamnesa ---- riwayat penyakit ---
Pemeriksaan fisik ---- EKG ------ Foto torak ----
Ekokardiografi -------- Kateterisasi jantung
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Konservatif
- Restriksi cairan
- bemberian obat-obatan Furosemid (lasix)
- Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat
mempermudah penutupan duktus,
- pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah endokarditis
bakterial.
Pembedahan
- Pemotongan atau pengikatan duktus.
- dianjurkan pada saat usia 5 tahun – 10 tahun
Non pembedahan
- Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
Jenis PJB
1. PJB Non Sianotik
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan
struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak
ditandai dengan sianosis
ukuran jantung
- Adanya hepatomegali ,atau splenomegali
- Nadi perifer Frekwensi ,keteraturan, dan amplitudo ( kekuatan)
dapat menunjukan ketidak sesuaian ,auskultasi
jantung ,mendeteksi adanya mur mur
- Frekwensi dan irama jantung ,menunjukan deviasi bunyi dan
insentitas yang membantu melokalisasi defek jantung
- Paru – paru menunjukan ronchi kering ,kasar ,mengi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d defek struktur
2. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transfort oksigen
3. Risiko Infeksi b/d status fisik yang lemah
4. Risiko tinggi cedera ( komplikasi ) b/d kondisi jantung dan
terafi
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidak
adekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan : isolasi sosial
6. Perubahan Proses keluarga b/d Mempunyai anak dengan
penyakit jantung ( ASD )
b. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
kegagalan menutupnya ductus arteriosus setelah
lahir ,yang menyebabkan dialirkanya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam
arteri pulmoner ( tekanan lebih rendah ) . ( Betzt &
Sowden ,2001 )
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
Prevalensi: 5-10% dari seluruh PJB, Perempuan:Laki 1:3
Manifestasi klinis PDA
pada bayi prematur
- sindrom gawat nafas
- Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama
4 - 6 jam sesudah lahir
- Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik
MANIFESTASI KLINIS
PDA kecil umumnya anak
- asimptomatik dan jantung tidak membesar
- adanya bising kontinyu yang khas
- seperti suara mesin (machinery murmur) di area
pulmonal,parasternal sela iga 2–3 kiri dan di bawah
klavikula kiri.
PDA yang besar akan terlihat saat usia 1–4 bulan
tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
• Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
• Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
• Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
• Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
• Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
• Apnea
• Tachypnea
• Nasal flaring
• Retraksi dada
• Hipoksemia
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah
paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Komplikasi PDA
Endokarditis
Obstruksi pembuluh darah pulmonal
CHF
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
Enterokolitis
Gangguan gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner paru yang terjadi
bersamaan (misalnya sindrom gastrointestinal (GI)
penurunan jumlah trombosit
Perdarahan
penurunan keluaran urin
Hiperkalemia
Aritmia
Gagal tumbuh
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konservatif : Retriksi cairan dan pemberian obat –
obatan : FUROSEMID ( lasik )
b. Pembedahan Pemotongan dan pengikatan duktus
c. Non Pembedahan : Penutupan dilakukan pada
waktu kateterisasi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Photo Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara
signifikan ( catdiomegali )
b. Ekhokardiografi
c. EKG : bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan ,pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hypertropi ventrikel kiri pada PDA
sianosis
- pada auskultasi jantung dapat menentukan derajat beratnya
obstruksi. Pada PS valvular
- terdengar bunyi jantung satu normal yang diikuti dengan klik
ejeksi saat katup pulmonal yang abnormal membuka.
- Klik akan terdengar lebih awal bila derajat obstruksinya berat
- Bising sistolik ejeksi yang kasar dan keras terdengar di area
pulmonal. Bunyi jantung dua yang tunggal dan bising
- sistolik ejeksi yang halus akan ditemukan pada stenosis yang
berat (Roebiono, 2003).
2. PJB SIANOTIK
a. Tetralogi Fallot
b. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum
c. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum
Faktor endogen
genetik
kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan
bawaan
Faktor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
rubella
Pajanan terhadap sinar -X
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
- Peningkatan HB 16-18 Peningkatan HT 50 – 65 % sakibat SAO2 menurun
- BGA (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
b. Radiologis
gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan.
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-
paru
e. Kateterisasi
untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri
koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah.
Komplikasi TOF
Trombosis pulmonal
CVA trombosis
Abses otak
Perdarahan
Anemia relatif
Pengkajian keperawatan
- Riwayat kehamilan
- Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
- Riwayat psikososial
- Mekanisme koping anak/ keluarga
- Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
1. Pemeriksaan fisik
a. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi
tampak biru setelah tumbuh.
b. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
c. Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat
dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
- Anak akan sering Squatting (jongkok)
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
- BJ I normal BJ II tunggal dan keras.
- Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
- Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
Pengetahuan anak dan keluarga :
- Pemahaman tentang diagnosis.
- Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
- Regimen pengobatan
- Rencana perawatan ke depan
- Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
serangan sianosis
- Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
- Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan
pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
- Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
- Oksigen dapat diberikan
- Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk
menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi
- Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini
bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga
sedatif
- penambahan volume cairan tubuh dengan infus
Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
b. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
c. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis ,
serangan
sianotik akut)
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d selama makan
dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
f. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
g. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang
diagnosis/prognosis penyakit anak
h. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
b. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular
Septum
Saat duktus arteriosus menutup pada hari-hari
pertama kehidupan, anak dengan
Pulmonary Atresia with Intact Ventricular
Septum mengalami sianosis. Jika tidak
ditangani,
kebanyakan kasus berakhir dengan kematian
pada minggu awal kehidupan
Pemeriksaan pisik Pulmonary Atresia with Intact
Ventricular Septum
- sianosis berat dan distress pernafasan
- Suara jantung kedua terdengar kuat dan tunggal
- seringnya tidak terdengar suara murmur
- murmur sistolik
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
Prevalensi: 5-10% dari seluruh PJB, Perempuan:Laki 1:3
Tetralogy of Fallot
Prevalensi: 10% dari seluruh PJB
PJB sianotik paling sering