Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II
PDA

Dosen Pembimbing : Ns. Ignasia Nila Siwi, S. Kep., M.Kep

Disusun oleh :
Muhammad Firliansyah
M17010010

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2019
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PENYAKIT PATENT DUKTUS ARTERIOUS (PDA)

A. Pengertian

Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus arterious


(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal). Pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus


setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2002 ; 375)

B. Etiologi PDA

Faktor Prenatal :

 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.


 Ibu alkoholisme.
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
 Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

Faktor Genetik :

 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.


 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
C. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas)..
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik

terdapat tanda gagal jantung:

 machinery murmur (khas pada PDA),


 tekanan nadi besar (water hammer pulse),
 ujung jari hiperemik,
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
 Apnea, Tachypnea
 Nasal fharing
 Retraksi dada
 Hipoksemia
 Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah
yang besar akan membanjiri paru-paru

D. Patofisiologi PDA

Paten duktus arteriosus (PDA)


adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan
mengalirnya darah secara langsung dari
aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri
pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran
kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi
darah beroksigen yang jumlahnya semakin
banyak dan mengalir ke dalam paru, serta
menambah beban jantung sebelah kiri.
Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium
kiri yang progresif. Efek jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan vena dan
kapiler pulmonal, yang menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi arteriol
paru yang progresif.

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah


pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan ( fetus ). Hubungan ini (
shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam
masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran
darah bersih dari ibu ( melalui vena umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam atrium
kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik
melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari
aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.

Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat ( unfragmented ). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA)
akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter,
panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).

Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika keadaan ini
tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah. Sebagian besar PDA
mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran duktal dari kanan ke kiri
dapat terjadi yang berkaitan dengan penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan
koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari
duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi
penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih
sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh
bayi karena mekanisme kompensaisi jantungnya tidak berkembang baik dan piaru
kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.

Defek sianosis

PDA

Hipoksia

Kegagalan Duktus arteri untuk menutup saat lahir

Darah masuk ke sistem sirkulasi menuju duktus dengan melalui

pulmonary sistem

Tekanan sistemik lebih besar dari tekanan pulmonal

Aliran kiri ke kanan di aorta ke arteri pulmonal

Ventrikel kanan hipertropi


E. Pemeriksaan penunjang

PDA kecil. Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas


normal. Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya pembesaran ruang
jantung atau arteri pulmonalis.

PDA sedang. Pada ruang foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel
kiri), vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG
menunjukkan hipertropi ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.

PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri,
di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak
hipertropi biventrikuler, dengan dominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium
kiri.

F. Penatalaksanaan

a. penatalaksanaan medis

Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten dapat diupayakan


terapi farmakologis dengan memberikan :

 endometasin intravena atau per oral dosis 0,2 mg/kgBB dengan


selang waktu 12 jam, diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya efektif
pada bayi prematur dengan usia kurang dari 1 minggu, yang dapat
menutup duktus pada lebih kurang 70 % kasus, meski sebagian akan
membuka kembali

Pada duktus arteriosus persisten dengan shunt kiri ke kanan sedang atau
besar dengan gagal jantung diberikan terapi:

 medikamentosa (yakni digoksin, furosemid Pemeriksaan Penunjang

PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri,
di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak
hipertropi biventrikuler, dengan dominasi), yang bila berhasil akan dapat menunda
operasi sampai 3-6 bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi
operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:

 Duktus arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi respons


terhadap pengobatan medikamentosa;
 Duktus arteriosus dengan keluhan;
 Duktus arteriosus persisten dengan endokarditis infeksius yang kebal
terhadap terapi medikamentosa.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
 Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
 Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
 Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

G. Prognosis dan Komplikasi

Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau tidak sedikit
gejala jantung; namun manifestasi lambat dapat terjadi.

 Penutupan spontan duktus


 Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada awal masa bayi
bila ada duktus besar tetapi dapat terjadi pada kehidupan akhir
walaupun dengan duktus sedang.
 Beban ventrikel kiri yang lama semakin tua kurang ditoleransi
dengan baik.
 Endokarditis infeksius dapat ditemukan pada setiap usia.
 Emboli pulmonal atau sistemik dapat terjadi.
 Hipertensi pulmonal (sindrom Einsenmerger) biasanya terjadi pada
penderita dengan PDA besar yang tidak mengalami penanganan
pembedahan.
H. Askep PDA

PENGKAJIAN

a. Identitas klien

Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku, No RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis, alamat, penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat lelah. Pada
pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory
distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji Riwayat Kesehatan Ibu sewaktu mengandung Gaya hidup (diet, latihan, olah
raga, kebiasaan merokok, alcohol, Stress, Mengkonsumsi obat-obatan dan jamu,
serta riwayat penyakit kardiovaskuler), Perlu ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Faktor kesehatan keluarga mencakup penyakit jantung congenital, di dalam


keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat penyakit genetik/penyakit yang
serupa terutama pada klien PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom. Namun pada kilen penyakit ASD dan VSD ini bukan penyakit
herediter atau keturunan melainkan penyakit congenital atau bawaan maka dari itu
biasanya di dalam keluarga jarang yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien.
4) Riwayat kehamilan

Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan alcohol; ibu terpajan oleh radiasi; penyakit virus maternal (mis:,
influenza, gondongan atau rubella) atau usia ibu di atas 40 tahun

5) Riwayat tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq


selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi perkembanganya.

6) Riwayat psikososial/perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b) Mekanisme koping anak/ keluarga
c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

d) Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya


e) Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f) Kebiasaan anak
g) Respon keluarga terhadap penyakit anak,
h) Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
7) Riwayat Aktifitas Bermain

Kaji juga pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas aktifitas
bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta mudah lelah
sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu

b. Pengkajian fisik (ROS : Review of System)

a. Pernafasan B1 (Breath)

Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot
bantu nafas saat inspirasi, retraksi.

b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai, clubbing finger, sianosis.

c. Persyarafan B3 ( Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

d. Perkemihan B4 (Bladder)

Produksi urin menurun (oliguria).

e. Pencernaan B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

c. Pengkajian kardiovaskuler:

a) Nadi

 Denyut apikal (frekuensi, irama, dan kualitas)

 Nadi perifer (ada atau tidak ada, jika ada, frekuensi, irama, kulaitas dan
kesimetrisan, perbedaan antar ekstremitas)

 Tekanan darah (semua ekstremitas)

b) Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi

 Lingkar dada  Bunyi jantung (murmur)

 Adanya deformitas dada  Titik impuls maksimum

c) Tampilan umum

 Tingkat aktivitas

 Tinggi dan berat badan


 Perilaku (atau ketakutan)

 Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki

d) Kulit

 Pucat

 Sianosis (membran mukosa, ekstremitas, dasar kuku)

 Diaforesis

 Suhu abnormal

e) Edema
Periorbital dan ekstremitas

d. Pengkajian Respirasi

a) Bernapas

 Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan

 Pola napas (apnea atau takipnea)

 Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan


supraklavikular)

 Pernapasan cuping hidung

 Posisi yang nyaman

b) Hasil auskultasi toraks

 Bunyi napas merata


 Bunyi napas abnormal (bising, ronki, mengi)
 Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang
 Serak, batuk, dan stridor

c) Hasil pemeriksaan toraks


Lingkar dada dan bentuk dada
d) Tampilan umum

 Warna (merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis)


 Tingkat aktivitas
 Perilaku (apatis, tidak aktif, gelisah, dan/atau ketakutan)
 Tinggi dan berat badan

 Kaji status hidrasi

Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan


banyak keringat

 Kaji nyeri pascaoperasi:

Biasanya anak akan merasa sangat nyeri di sekitar luka operasi

 Kaji strategi koping anak dan keluarga

Pada anak tidak selalu bisa mempertahankan dirinya, kelurga


sulit menerima kenyataan, anak dan orang tua merasa sedih

Diagnosa Keperewatan

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan
orang tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada anak.

Rencana Intervensi

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 –
2 ml/kgBB.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan  Kaji frekuensi nadi,  Memonitor adanya


asuhan RR, TD secara perubahan sirkulasi
keperawatan teratur setiap 4 jam. jantung sedini
selama 3 x 24 mungkin.
jam, diharapkan  Catat bunyi jantung.  Mengetahui adanya
penurunan perubahan irama
cardiac output jantung.
pada klien dapat
 Kaji perubahan  Pucat menunjukkan
diatasi, dengan adanya penurunan
warna kulit terhadap
kriteria hasil : perfusi perifer
sianosis dan pucat.
- denyut nadi klien kembali terhadap tidak

normal, yaitu 90 – 140 adekuatnya curah

x/mnt jantung. Sianosis


terjadi sebagai
- Klien tidak terlihat pucat.
akibat adanya
- Klien tidak terlihat obstruksi aliran
lemah. darah pada
ventrikel.
- mengalami sianosis pada  Pantau intake dan  Ginjal berespon
tubuhnya. output setiap 24 jam. untuk menurunkna
curah jantung
dengan menahan
produksi cairan dan
 Batasi aktifitas natrium.
secara adekuat.  Istirahat memadai
diperlukan untuk
memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
 Berikan kondisi kerja berlebihan.
psikologis  Stres emosi
lingkungan yang menghasilkan
tenang. vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan kerja
jantung.

b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap


kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur
tercukupi.

Rencana intervensi dan rasional:


Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Ikuti pola istirahat pasien,  Menghindari


keperawatan selama 3 x 24 hindari pemberian intervensi gangguan pada
jam, diharapkan masalah pada saat istirahat. istirahat tidur pasien
intoleransi aktivitas dapat sehingga kebutuhan
teratasi dengan kriteria hasil: energi dapat dibatasi
untuk aktifitas lain
- Pasien dapat
 Lakukan perawatan dengan yang lebih penting.
melakukan aktivitas sesuai dengan
cepat, hindari pengeluaran  Meningkatkan
batas kemampuan
energi berlebih dari pasien. kebutuhan istirahat
- Klien dapat tidur nyenyak pada pasien dan menghemat
malam hari energi pasien.
 Bantu pasien memilih  Menghindarkan
- Klien terlihat lebih segar ketika
kegiatan yang tidak pasien dari kegiatan
terbangun
melelahkan. yang melelahkan dan
meningkatkan beban
kerja jantung.
 Hindari perubahan suhu
 Perubahan suhu
lingkungan yang mendadak.
lingkungan yang
mendadak
merangsang
kebutuhan akan
oksigen yang
meningkat.
 Kecemasan
 Kurangi kecemasan pasien
meningkatkan respon
dengan memberi penjelasan
psikologis yang
yang dibutuhkan pasien dan
merangsang
keluarga.
peningkatan kortisol
dan meningkatkan
suplai O2.
 Respon perubahan keadaan
psikologis pasien (menangis,  Stres dan kecemasan
murung dll) dengan baik. berpengaruh terhadap
kebutuhan O2
jaringan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, berat badan meningkat.
Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan  Berikan Diit  Memenuhi


asuhan seimbang, tinggi kebutuhan nutrisi
keperawatan, ntrisi untuk klien
kebutuhan nutrisi pertumbuhan adekuat
adekuat, dengan
 Monitor tinggi dan
kriteria hasil :  Mengetahui
berat badan,
Nafsu makan bertambah, Berat sejauh mana
dokumentasikan
badan, lingkar kepala, lingkar pertumbuhan
dalam bentuk grafik
lengan atas, dan rata – rata klien sesuai
untuk mengetahui
masa tubuh berada dalam tingkat usianya
kecenderungan
batas normal sesuai usia. pertumbuhan anak.

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Sediakan  Menunjang


keperawatan selama 3 kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
x 24 jam, diharapkan adekuat. pada masa
pertumbuhan dan pertumbuhan dan
perkembangan klien perkembangan
dapat mengikuti serta
kurva tumbuh meningkatkan
kembang sesuai daya tahan tubuh.
 Monitor BB/TB,
dengan usia , dengan  Sebagai monitor
buat catatan
kriteria hasil : terhadap keadaan
khusus sebagai
-Anak usia 6 bulan dapat pertumbuhan dan
monitor.
: keadaan gizi
pasien selama
Merangkak,duduk dengan bantuan,
dirawat.
menggenggam, dan  Kolaborasi intake
 Mencegah
memasukkan benda ke mulut. Fe dalam nutrisi.
terjadinya anemia
-Berat badan, lingkar kepala, lingkar sedini mungkin
lengan atas, dan rata – rata masa sebagi akibat
tubuh berada dalam batas penurunan kardiak
normal sesuai usia. output.
-Klien dapat berinteraksi dengan
keluarga.

e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


Tujuan: Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.


Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Kaji tanda vital dan tanda  Memonitor gejala dan
keperawatan selama 3 x 24 jam, – tanda infeksi umum tanda infeksi sedini
diharapkan infeksi pada klien lainnya. mungkin.
tidak terjadi dengan kriteria hasil
:  Hindari kontak dengan  Menghindarkan pasien
sumber infeksi. dari kemungkinan
terkena infeksi dari
-Terbebas dari tanda - tanda sumber yang dapat
infeksi dihindari.
 Sediakan waktu istirahat  Istirahat adekuat
-Menunjukkan hygiene
yang adekuat. membantu
pribadi yang adekuat
meningkatkan keadaan
umum pasien.
 Nutrisi adekuat
 Sediakan kebutuhan menunjang daya tahan
nutrisi yang adekuat tubuh pasien yang
sesuai kebutuhan. optimal.

f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan orang
tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
Tujuan : Ansietas pada anak teratasi.
Kriteria Hasil : Kecemasan anak berkurang ditandai dengan anak dapat bekerja
sama dalam prosedur, pengobatan dan mau bermain sesuai tinkat usia.
Rencana intervensi dan rasional:
Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan  Anjurkan orang tua  Dapat memberi


asuhan untuk mengunjungi perasaan aman dan
keperawatan, anak dan nyaman pada anak.
kecemasan berpartisipasi dalam
anak dapat perawatan sesering
teratasi. mungkin.

 Mengurangi
 Jelaskan pada anak
kecemasan dan
dan orang tua dalam
meningkatkan
setiap tahap
kerja sama.
perawatan.
 Membantu
mengalihkan
perhatian anak
 Konsultasikan
dengan
dengan ahli terapi
lingkungannya dan
anak atau terapis
memberi stimulasi
bermain tentang
perkembangannya.
permainan anak dan
aktivitas yang tepat
sesuai dengan
tingkat
perkembangannya.

g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada anak.


Tujuan : Ansietas teratasi
Kriteria Hasil : Orang tua akan mengalami penurunan kecemasan yang ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaannya, menjawab dengan tepat
pertanyaan tentang kondisi anak, dan beinteraksi dengan anak.

Rencana intervensi dan rasional:


Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan  Jelaskan kelainan  Membantu


asuhan jantung dengan mengurangi
keperawatan, menggunakan kecemasan dengan
ansietas orang tua ilustrasi dan jawab memungkinkan
dapat teratasi. pertanyaan orang mereka melihat dan
tua. memahami secara
lebih baik kelainan
tersebut.
 Mempertahankan
kontak dengan
 Beri informasi
anak sehingga
terkini tentang
mengurangi
kondisi anak.
kecemasanya.
 Meningkatkan
perlekatan dan
perasaan aman
 Izinkan orang tua sehingga
mengangkat atau mengurangi
menggendong kecemasanya.
bayi sesegera dan
sesering mungkin.

Evaluasi

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


1) Cardiac output normal
2) TTV normal
3) Gejala gagal jantung tidak ada
4) Urine output adekuat
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
1) Intolerant aktivitas teratasi
2) Istirahat tidur tercukupi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Berat badan bertambah, normal sesuai pekembangan usia.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
1) Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia
2) Tidak terjadi isolasi sosial
e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Tidak terjadi infeksi.
f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan
orang tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
1) Ansietas pada anak teratasi.
2) Anak dapat bekerja sama dalam prosedur dan tindakkan.
g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada anak.
1) Ansietas orang tua teratasi
2) Orang tua dapat mengekspresikan perasaannya.

Anda mungkin juga menyukai