KEPERAWATAN ANAK II
PDA
Disusun oleh :
Muhammad Firliansyah
M17010010
A. Pengertian
B. Etiologi PDA
Faktor Prenatal :
Faktor Genetik :
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas)..
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik
D. Patofisiologi PDA
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat ( unfragmented ). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA)
akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter,
panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).
Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika keadaan ini
tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah. Sebagian besar PDA
mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran duktal dari kanan ke kiri
dapat terjadi yang berkaitan dengan penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan
koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari
duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi
penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih
sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh
bayi karena mekanisme kompensaisi jantungnya tidak berkembang baik dan piaru
kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Defek sianosis
PDA
Hipoksia
pulmonary sistem
PDA sedang. Pada ruang foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel
kiri), vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG
menunjukkan hipertropi ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.
PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri,
di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak
hipertropi biventrikuler, dengan dominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium
kiri.
F. Penatalaksanaan
a. penatalaksanaan medis
Pada duktus arteriosus persisten dengan shunt kiri ke kanan sedang atau
besar dengan gagal jantung diberikan terapi:
PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri,
di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak
hipertropi biventrikuler, dengan dominasi), yang bila berhasil akan dapat menunda
operasi sampai 3-6 bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi
operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau tidak sedikit
gejala jantung; namun manifestasi lambat dapat terjadi.
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku, No RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis, alamat, penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat lelah. Pada
pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory
distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
Kaji Riwayat Kesehatan Ibu sewaktu mengandung Gaya hidup (diet, latihan, olah
raga, kebiasaan merokok, alcohol, Stress, Mengkonsumsi obat-obatan dan jamu,
serta riwayat penyakit kardiovaskuler), Perlu ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan alcohol; ibu terpajan oleh radiasi; penyakit virus maternal (mis:,
influenza, gondongan atau rubella) atau usia ibu di atas 40 tahun
5) Riwayat tumbuh
6) Riwayat psikososial/perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b) Mekanisme koping anak/ keluarga
c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
Kaji juga pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas aktifitas
bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta mudah lelah
sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu
a. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot
bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan B3 ( Brain)
d. Perkemihan B4 (Bladder)
e. Pencernaan B5 (Bowel)
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
c. Pengkajian kardiovaskuler:
a) Nadi
Nadi perifer (ada atau tidak ada, jika ada, frekuensi, irama, kulaitas dan
kesimetrisan, perbedaan antar ekstremitas)
c) Tampilan umum
Tingkat aktivitas
d) Kulit
Pucat
Diaforesis
Suhu abnormal
e) Edema
Periorbital dan ekstremitas
d. Pengkajian Respirasi
a) Bernapas
Diagnosa Keperewatan
Rencana Intervensi
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 –
2 ml/kgBB.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur
tercukupi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, berat badan meningkat.
Rencana intervensi dan rasional:
Setelah diberikan asuhan Kaji tanda vital dan tanda Memonitor gejala dan
keperawatan selama 3 x 24 jam, – tanda infeksi umum tanda infeksi sedini
diharapkan infeksi pada klien lainnya. mungkin.
tidak terjadi dengan kriteria hasil
: Hindari kontak dengan Menghindarkan pasien
sumber infeksi. dari kemungkinan
terkena infeksi dari
-Terbebas dari tanda - tanda sumber yang dapat
infeksi dihindari.
Sediakan waktu istirahat Istirahat adekuat
-Menunjukkan hygiene
yang adekuat. membantu
pribadi yang adekuat
meningkatkan keadaan
umum pasien.
Nutrisi adekuat
Sediakan kebutuhan menunjang daya tahan
nutrisi yang adekuat tubuh pasien yang
sesuai kebutuhan. optimal.
f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan orang
tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
Tujuan : Ansietas pada anak teratasi.
Kriteria Hasil : Kecemasan anak berkurang ditandai dengan anak dapat bekerja
sama dalam prosedur, pengobatan dan mau bermain sesuai tinkat usia.
Rencana intervensi dan rasional:
Tujuan Intervensi Rasional
Mengurangi
Jelaskan pada anak
kecemasan dan
dan orang tua dalam
meningkatkan
setiap tahap
kerja sama.
perawatan.
Membantu
mengalihkan
perhatian anak
Konsultasikan
dengan
dengan ahli terapi
lingkungannya dan
anak atau terapis
memberi stimulasi
bermain tentang
perkembangannya.
permainan anak dan
aktivitas yang tepat
sesuai dengan
tingkat
perkembangannya.
Evaluasi