Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang
terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri
pulmonal à menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung
bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi,
kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan mengenai Patent Ductus Arterious
(PDA) ?

C. Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan
dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Patent ductus arteriosus (PDA) Adalah persistensi duktus arteriosus (DA), yaitu
pembukuh darah normal pada kehidupan janin, yang memhubungkan arteri pulmone
kiri dengan aorta desendes distal dari arteri subklavia kiri. Bila arkus aorta di kanan,
dukus menghubungkan arteri pulmoner kanan dengan aorta desendes distal arteri
subklabia kanan jarang terjadi duktus arteriosus bilateral.

Pada kondisi normal, DA menutup secara fungsional 1 minggu hingga 3 hari setelah
lahir, penutupan secara struktral dicapai pada usia 3 minggu kehidupan. Bila tidak
menutup setelah usia 3 bualan, maka sianggap abnormal dan disebut PDA.

B. Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan organ berongga, berotot dan berbentuk kerucut, terletak di antara
pari-paru kiri dan kanan, di daeragh yang disebut mediastinum, di belakang badan
sternum dan 2/3 terletak di sisi kiri. Basinya berbentuk sirkular pada kerucut
menghadap ke atas dan kanan,sedangkan puncaknya mengarah ke bwah,ke depan dan
ke kiri. Puncak jantung terletak setinggi ruang interkostal ke-5 sekitar 9 cm dari garis
tengah. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis ke puncak dengan lebar 9 cm dan
tebal sekitar 6 cm. Beratnya kira-kira 250-300 gr.

Fungsi jantung

Jantung merupakan sebuah pompa yang berfungsi mendorong darah kedalam dan
melalui arteri dan di alirkan ke selutuh tubuh. (Roger watso, anatomi dan fisiologi
untuk perawat edisi 10,hal 245-252
C. Epidemiologi

Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk patensi konstan duktus arteriosus


melampaui 24 hingga 48 jam pertama kehidupan neonatal tidak sepenuhnya
dipahami. Prematuritas jelas meningkatkan kejadian PDA, dan ini disebabkan oleh
faktor fisiologis yang berhubungan dengan prematuritas daripada abnormalitas
bawaan duktus.15 Pada bayi cukup bulan, kasus yang paling sering muncul terjadi
secara sporadis, tetapi ada semakin banyak bukti bahwa faktor genetik memainkan
peran pada banyak pasien dengan duktus paten. Selain itu, faktor lain seperti infeksi
pranatal tampaknya berperan dalam beberapa kasus.

D. Etiologi

Patent ductus arterious dapat disebabkan oleh adanya kelainan genetic, abnormalitas
kromosom (kelainan resesif pada kromosom 12 atau kromosom 16), infeksi
teratogenik selama trimester pertama terutama empat minggu pertama (misalnya
infeksi rubella kongenital), konsumsi alkohol berlebihan pada ibu hamil.

Kondisi lainnya yang juga berpengaruh adalah bayi lahir prematur atau bayi berat
lahir rendah (kurang dari 2500gram), prostalgladin,ketinggian tempat,rendahnya
tekanan atmosfer oksigen,dan hipoksa.

E. Patofisiologi

Duktus arteriosus paten selama hidup janin struktur ini pentingan karena sangat
berperan dalam mengealirkan darah ke seluruh organ-organ janin. Dari minggu
keenam dan seterusnya kehidupan janin,DA bertanggung jawab untuk sebagian besar
darah yang keluar dari ventrikel kanan, dan memberikan kontrusi 60% dari curah
jantung. Karena paru belum berfungsi,maka hanya sekitar 5-10% saja yang mengalir
ke sirkulasi paru. Duktus arterior tetap terbuka karena adanya produksi terus-menerus
prostaglandin E2 (PGE2)oleh DA. Penutupan DA sebelum kelahiran dapat
menyebabkan gagal jantung kanan yang berakhir dengan kematian janin
prostaglandin antagonis,seperti penggunaan obat anti inflamasi (NSAID) pada ibu,
dapat menyebabkan penutupan DA janin.

Duktus arteriosus secara fungsional akan menutup maka sehari sampai beberapa hari
setelah lahir,bila tidak menutup meka terjadilah pirau kiri ke kanan, yaitu aliran dari
sirkulasi sistemik ke sirkulasi pulmoner. Aliran daraj pulmoner yaitu berlebihan ini
memicu terjadinya edema paru dan penurunan omplians paru. Kelebihan volum yang
berlangsung lama ke sirkulasi pulmoner akan mengakibatkan dilatasi vaskuler
pulmoner. Secara mikropis terlihat penebalan pada bagian medial muscular dari arteri
dan vena pulmoner,terjadi pula muskularisasi dari arteriol. Pada beberapa kasus PDA
berkembang menjadi hipertensi pilmoner berat dan penyaki vascular pulmoner yang
ireversibel.
Besarnya aliran daerah ke sirkulasi pulmoner melalui DA ditentukan oleh :

- Diameter internal bagian yang paling sempit dari DA,semakin sempit diameternya
maka semakin kecil aliran pirau yang terjadi.

- Panjang DA, semakin panjang DA semakin kecil aliran pirau yang terjadi.

- Hubungan antara resisstensi vascular pulmoner dengan resistensi pembululh darah


sistemik, jika resistensi pembuluh darah sistematik tinggi dan arau resistensi
vascular pulmonar rendah maka aliran pirau yang terjadi melalui DA meningkat.

Pirau kiei ke kanan yang besar melalui PDA menghasilkan dilatasi ventrikel kiri
dan atrium kiri. Arteri dan vena pulmonary juga melebar,bahkan aorta asendens
pun dapat melebar pada PDA yang cukup besar.
F. Patway
G. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-
tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi
dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :
- Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
- Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar
di tepi sternum kiri atas).
- Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
- Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.
- Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
- Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.
- Apnea dan Tachypnea.
- Nasal flaring dan Retraksi dada.
- Hipoksemia

Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).


Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1) tidak mau menyusu
2) berat badannya tidak bertambah
3) berkeringat
4) kesulitan dalam bernafas
5) denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif,
yang seringkali terjadi pada bayi prematur.

H. Klasifikasi

Klasifikasi PDA ditentukan berdasarkan perubahan anatomi jantung bagian kiri, tahanan
arteri pulmonal, saturasi oksigen, dan perbandingan perbandingan sirkulasi pulmonal dan
sistemik.
Perbandingan
Hipertrofi Ventrikel dan Tekanan Arteri Saturasi Sirkulasi Pulmonal-
Tingkat Atrium Kiri Pulmonal Oksigen Sistemik
I Tidak ada Normal Normal <1,5
II Minimal 30-60 mmHg Normal 1,5-2,5
>60 mmHg,
tetapi masih di
Signifikan + hipertrofi bawah
ventrikel kanan yang tahanan Kadang
III minimal sistemik sianosis >2,5
Lebih tinggi
daripada
Hipertrofi biventrikel + tahanan
IV atrium kiri sistemik Sianosis <1,5

Tingkat I : Umumnya pasien PDA tingkat I tidak bergejala. Pertumbuhan dan


perkembangan fisik berlangsung dengan baik. Pada pemeriksaan EKG dan foto polos
dada tidak ditemukan pembesaran jantung.

Tingkat II : Pasien sering menderita infeksi saluran napas, tetapi pertumbuhan fisik masih
sesuai dengan umur. Peningkatan aliran darah ke sirkulasi pulmonal dapat terjadi
sehingga timbul hipertensi pulmonal ringan. Umumnya pada pasien yang tidak tertangani
dengan baik pada tingkat ini PDA akan berkembang menjadi tahap III atau IV.

Tingkat III : Infeksi saluran nafas makin sering terjadi,pertumbuhan anak biasanya
terlambat, anak tampak kecil tidak sesuai dengan gejalah-gejalah gagal jantung. Nadi
memiliki amplitude yang lebar. Jika melakukan aktivitas dengan duktus berukuran
besar,gaga; jantung dating trjadi pada minggu pertama kehidupan. Pada foto polos dada
dan EKG ditemukan hipertrofi ventrikel kiri dan atrium kiri serta hipertrofi ventrikel
kanan ringan suara bising jantung dapat didengar di antara sela iga 3 dan 4

Tingkat IV : Keluhan sesak nafas dan sianosis semakin nyata. Tahanan sirkulasi paru
lebih tinggi dari pada tahanan sistemik sehingga aliran darah di duktus berbalik dari
kanan ke kiri,keluhan foto polos dada dan EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri,
atrium kiri dan ventrikel kanan. Kondisi pasien ini disebut sindrom eisnmenger.

I. Pencegahan
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung kepada
berbagai macam factor dan yang terpenting adalah usia anak.

a. Bayi Prematur

- Pemberian indomentasi, yang secara tidak langsung akan merangsang kontra


indikasi (pengkerutan) otot duktus.

- Efek samping dari indomentasi adalah perdarahan internal dan kelainan fungsi
ginjal

- Jika pembrian pertama tidak efektif atau tidak diberikan karena ada masalah
medis lainnya,maka dilakukan pembedahan kedua ujung PDA diikat atau dijahit,
lalau duktus di potong.

b. Bayi dan anak-anak

- Pada bayi cukup umur atau anak-anak yang lebih besar,jarang terjadi gagal
jantung kongesif.

- Pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang menunjukan tanda-tanda gagal jantung
akan di lakukan pembedahan

- Jika PDA telah menutup, baik melalui pembedahan maupun teknik transkateter,
mka 6 bulan setelah penutupan ini, tidak perlu lagi diberikan antibiotik sebagai
tindakan pencegahan.

J. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan
mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor
prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik
profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
- Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
- Pemeriksaan diagnostic :
• Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
• Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel
kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
• Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
• Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan
dalam diagnosis anatomik.
• Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.
K. Komplikasi

Komplikasi paten PDA yang tidakndiobati meliputi endokarditis bakteri, akhir gagal
jantung konghesif (CHF), dan pengembangan penyakikt paru obstruktif vascular.
Patent ductus arteriosus (PDA) dapat mempersulit perdarahan lain atau kelainan
ventilasi seperti berikut:
- Aorta pecah
- Eisenmenger fisiologi
- Gagal jantung kiri
- Miokard iskemia
- Necrotizing enterocolitis
- Hipertensi paru
- Hipertrofi jantung kanan dan gagal jantung kanan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.

a) Anamnesa

1. Identitas ( Data Biografi)


PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA
( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari
bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom

.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.

3. Riwayat penyakit sekarang


Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea,
tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.

4. Riwayat penyakit terdahulu


Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA
juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.

6. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
b) Pengkajian fisik (ROS : Review of System)

1) Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas
saat inspirasi, retraksi.

2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema
tungkai, clubbing finger, sianosis.

3) Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

4) Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urine menurun (oliguria).

5) Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. penurunan curah jantung b.d malformasi jantung.

2. gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan
suplai oksigen ke sel.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.

5. Kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori


C. Intervensi dan rasional

1. penurunan curah jantung b.d malformasi jantung

tujuan : anak akan menujukkan tanda membaiknya curah jantung

criteria hasil : curah jantung kembali normal

a. intervensi mandiri :
1. Observasi kualitas denyut jantung, warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkunder, membran mukosa, clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,tachipnea,sesak,mudah lelah,periorbital
edama,ologuria san hepatomegali
b. kolaborasi
1. pemberian diagnosis sesuai order menggunakan teknik pencegahan bahaya toksitas
2. Pemberian pengobatan untuk menurunkan afterlood
3. Berikan diuresik sesuai indikasi
c. rasional
Mempertahankan curah jantung yang adekuat

2. gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal

Tujuan : anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi


pembuluh darah.

kriteria hasil : kualitas dan irama pernapasan baik/normal

a. intervensi mandiri :

Monitor kualitas dan irama pernapasan


2. Atur posisi anak dengan posisi fowler
3. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
4. Berikan nutrisi yang optimal
5. Berikan oksigen bila ada indikasi
6. Berikan istirahat yang cukup
b. kolaborasi
1. obat anti afterload mencegah terjadinya vasokontriksi
2. diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasm dan menurunkan retensi cairan di
jaringan menurunkan resiko terjadinya edema paru.
c. rasional
Mengurangi adanya peningkatan resisten pembuluh darah
3.Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan
suplai oksigen ke sel.

Tujuan : intoleransi aktivitas teratasi

Kroteria hasil : mendemonstrasikan kemampuan beraktivitas

a. intervensi mandiri :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per
menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat,
berkeringat, pusing dan pingsan.
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
3. Dorong memajukan aktivitas.
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi.

b. Kolaborasi : program rehabilitasi jantung/aktivitas

c.rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan dalam


menentukan pilihan intervensi keperawatan yang sesuai

c.rasional :

1. Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
2. Memudahkan klien untuk beraktivitas tapi tidak memanjakan.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan
zat nutrisi ke jaringan.

Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang


Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan.

a.intervensi mandiri :

1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak


2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle,
menggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat

b.kolaborasi :

1. Memantau masa tumbuh kembang anak.


2. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
3. Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak.

c. rasional :

5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan

Tujuan : anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

kriteria hasil : tidak terjadi infeksi

a.intervensi mandiri :

1. Berikan istirahat yang cukup

2. Hindarkan kontak dengan individu yang terinfeksi

3. Berikan kebutuhan nutrisi yang cukup

b.kolaborasi :

1. Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan.


2. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
3. Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya.

c.rasional : menigkatkan kenutuhan nutrisi

Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi memperkuat antibody akan terhadap infeksi

6. Kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan nafsu makan timbul kembali dan
status nutrisi terpenuhi

kriteria hasil : status nutrisi terpenuhi,nafsu makan klien timbul kembali

a.intervensi mandiri

1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien


2. Mencatat intake dan output makanan klien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama sakit.
4. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering

b.kolaborasi :
1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
2. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan
sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.
4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.

c.rasional :

1. mempertahankan status gizi denagan ahli gizi yang membantu klien memilihkan makanan
sesuai kedaan.

2. mengetahui kekurangan nutrisi klien.

7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi

Tujuan : kecemasan menurun

Criteria hasil : orang tua tampak tenang,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orang tua
berpartisipasi dalam proses keperawatan.

a.intervensi mandiri :

1. kaji tingakat pengetahuan orang tua

2. beri penjelasan tentang keadaan bayinya

3. berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.

b.kolaborasi :

Latih orang tua tentang cara perawaan bayidi rumah sebelum pulang.

c.rasional

1. pengetahuan orang tua akan mempengaruhi persepsi dan tingkah lakunya pada anak

2. dengan mengetahui kondisi anaknya,akan mengurangi kecemasan orang tua.

3. akan membuat orang tua nyaman dan lebih tenang jika senantiasa dekat anaknya

4. dukung dan kasih sayang orang tua akan mempercepat kesembuhan anak.

Discharge Planing
1)Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2)Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
3)Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
a.Teknik pemberian obat
b.Teknik pemberian makanan
c.Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa
yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan

BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak
terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh
darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup
12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila
duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3
bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA) kecil
mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat mengalami
batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal
jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi
kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60%
pada usia 60 tahun.

b. Saran
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan Patent Ductus
Arteriosus (PDA)

Anonym. 2010. Asuhan Anak Dengan Kasus PDA

https://ilirdha.wordpress.com/2012/10/12/asuhan-keperawatan-patent-ductus-arteriosus
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/askep-paten-ductus-arteriosus-pdf

Sudarta I Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Cardiovaskuler.Yogyakarta: Gosyen Publishing

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi ....................................................................................................
B. Anatomi dan fisiologi..........................................................................
C. Askep epidemiologi..............................................................................
D. Penyebab..................................................................................................
E. Patofisiologi ..........................................................................................
F. Patway......................................................................................................
G. Menifestasi klinik ...............................................................................
H. Klasifikasi ..............................................................................................
I. Pencegahan ............................................................................................
J. Penatalaksanaan ...................................................................................
k. Komplikasi .....................................................................
BAB III: ASKEP
1.Pengkajian .........................................................................
2.Diagnosa Keperawatan.........................................................
3.Intervensi dan rasional..........................................................
D. Discharge Planning
E. Evidence Based-Practice terkait
BAB IV: PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Anda mungkin juga menyukai