Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

KERACUNAN KARBON
MONOKSIDA

Oleh Kelompok 3
Nama Kelompok 3 :

 Putu Yudiarta C1118070


 Anak Agung Ayu Intan Darmayani C1118071
 Ni Putu Dewi Putri Wiardani C1118077
 Ni Made Fitri Laksmini C1118078
 Ni Luh Putu Sri Trisna Dewi C1118086
 Yulianingsih C1118088
 Luh Ayu Yesika Darmayanti C1118104
A. Primary survey

1. A (Airway)
2. B (Breathing)
3. C (Circulation)
4. D (Disability)
5. E (Exposure)
B. Secondary Survey
 Anamnesis
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku dan pendidikan.
b. Keluhan utama
BMR meningkat: takipnea, takikardi, panas, dan berkeringat
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah terpapar gas beracun. Perlu ditanyakan
apakah ada riwayat alergi pada keluarga.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita alergi atau pernah keracunan gas
f. Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya

2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
 Sesak Napas, gagal napas, pernapasan cepat dan dalam, hipoksia
B2 (Blood)
 Takipnea, takikardi, hipertensi, kulit kebiruan dan pucat
B3 (Brain)
 Disorientasi, delirium, kejang sampai koma. Rasa lemah, sakit kepala, nausea, rasa cemas dan
kesulitan berpikir, nistagmus, ataksia.
B4 (Bladder)
 Rhabdomyolisis dan gagal ginjal akut
B5 (Bowel)
 Mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi, dan pendarahan saluran pencernaan
B6 (Bone)
 Lesi yang luas berupa eritema dan timbulnya bula-bula terjadi karena hipoksia jaringan
kulit, otot kaku dan bergetar.

3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah dan gangguan metabolism karbohidrat :
ekskresi asam organik dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
 Gangguan koagulasi : gangguan agregasi trombosit dan trombositopenia
 Gangguan elektrolit : hiponatremi, hipernatremia, hipokalsemia, dan hiperkalsemia
Diagnosa

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi.


 Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
keracunan CO, penurunan Hb dalam mengikat O2.
INTERVENSI
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria Evaluasi :
- RR normal : 14 – 20 x/menit
- Alan napas bersih, sputum tidak ada
 
INTERVENSI RASIONAL

a. Pantau tingkat, irama pernapasan & a. Efek toksifikasi CO mendepresi SSP


suara napas serta pola pernapasan. yang mungkin dapat mengakibatkan
b. Tinggikan kepala tempat tidur. hilangnya kepatenan aliran udara atau
c. Dorong untuk batuk/ nafas dalam. depresi pernapasan, pengkajian yang
d. Auskultasi suara napas. berulang kali sangat penting karena kadar
e. Berikan O2 jika dibutuhkan. toksisitas mungkin berubah-ubah secara
f. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA drastis.
INTERVENSI RASIONAL

b. Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma


bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi
paru.
c. Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi
untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.
d. Pasien beresiko atelektasis dhubungkan dengan
hipoventilasi & pneumonia.
e. Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
f. Memantau kemungkinan munculnya komplikasi
sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan keracunan CO, penurunan Hb
dalam mengikat O2
Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil:
Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual
misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau
kuat, masukan/ haluaran seimbang

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri Indikator yang menunjukkan embolisasi


1. Evaluasi status mental. Perhatikikan sistemik pada otak.
terjadinya hemiparalisis, afasia,
kejang, muntah, peningkatan TD.
INTERVENSI RASIONAL

2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba 2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan /
yang disertai dengan takipnea, nyeri atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai
pleuritik, sianosis, pucat. akibat dari penyakit katup, dan/ atau disritmia
3. Tingkatkan tirah baring dengan tepat kronis.
3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi
emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring
lama, membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai