Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN
RETINOBLASTOMA

OLEH KELOMPOK : 3
NAMA KELOMPOK 3 :

• Anak Agung Ayu Intan Darmayani (C1118071)


• Putu Ari Ningsih (C1118075)
• Ni Putu Dewi Putri Wiardani (C1118077)
• Yulianingsih (C1118088)
• I Made Abian Yogantara (C1118103)
KONSEP DASAR PENYAKIT RETINOBLASTOMA

A. DEFINISI PENYAKIT
Retinoblastoma adalah tumor endookular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata-rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral.
B. ETIOLOGI
a. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang
berada dalam pita kromosom 13q14. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.
b. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat diwariskan dari orang tua pada beberapa anak, mutasi terjadi pada
tahap awal perkembangan janin.
C. EPIDEMIOLOGI

Retinoblastoma adalah tumor intraokular yang paling sering pada bayi dan anak yang berjumlah
sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak. Kasus Retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis
pada tahun pertama kehidupan dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral di diagnosis
antara umur 1–3 tahun.
Epidemiologi Retinoblastoma :
1. Tumor intraokular paling sering pada anak
2. Tumor intraokular ketiga paling sering dari seluruh tumor intraokular setelah Melanoma dan
metastasis pada seluruh populasi
3. Insiden 1:14.000 – 1:20.000 kelahiran hidup
4. 90% dijumpai sebelum umur 3 tahun
5. Terjadi sama pada laki-laki dan perempuan
6. Terjadi sama pada mata kiri dan kanan
7. Tidak ada predileksi ras.
D. PATOFISIOLOGI

Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yang terletak pada
kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik terjadi karena faktor hereditas
maupun karena faktor lingkungan seperti virus, zat kimia, dan radiasi.
Retinoblastoma biasa terjadi di bagian posterior retina. Dalam perkembangannya massa
tumor dapat tumbuh baik secara internal dengan memenuhi vitrous body (endofitik). Maupun
bisa tumbuh kearah luar menembus koroid, saraf optikus, dan sclera (eksofitik).

E. MANIFESTASI KLINIS :
• Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang
tidak normal.
• Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
• Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
• Tajam penglihatan sangat menurun.
F. KLASIFIKASI

• Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
• Golongan II : Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
• Golongan III : Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil,
Prognosis meragukan
• Golongan IV : Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
• Golongan V : Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk.
G. KOMPLIKASI

Komplikasi Retinoblastoma yaitu :


• Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya : Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain, melanoma
malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma.
• Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat terlihat.
• Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia pada tulang dan
struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.

H. Pemeriksaan Penunjang
• Ultrasonografi dan tomografi dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis keluar,
misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
• Pemeriksaan fisik; opthalmoscopy bilateral.
• Aspirasi sumsum tulang (aspirasi bone marrow)
I. PENATALAKSANAAN

Therapi/pengobatan :
• Radiasi dengan sinar rontgen untuk menghancurkan tumor
• Fotokoagulasi dengan sinar laser yang ditujukan pada tumor, sehingga mematikan
tumornya.
• Cyrosurgery : suhu -700C dengan suatu alat diberikan pada tumor, sehingga sel-sel tumor
mati oleh suhu yang rendah ini tanpa merusak jaringan mata yang disekitarnya.
• Kemoterapi dengan sitostatika, vincristine, dactinomycin

• Pada stadium yang lanjut :


• Bila tumor masih intraokuler, maka dilakukan enukleasi bulbi.
• Bila tumor sudah ekstraokuler, maka dilakukan eksenterasi orbita.
J. PATHWAY

  Etiologi/f. predisposisi
  ↓
 
Gangguan kromosom pada alela 13q14
 
  ↓
Gangguan pada jaringan retina
Gangguan persepsi-sensori : visualiasi

 
Metastase
 
  ↓
  Pembedahan
  ↓
Hospitalisasi
Pre operasi

↓ Rasa takut pada anak
Gangguan rasa aman : cemas pada
orang tua
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan : Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
4. Data psikososial
5. Data Penunjang
• Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
• 1. Kecemasan yang berhungan dengan ke gelisahan klien.
• 2. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf.
• 3. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan cedera.
C. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Kecemasan yang berhubungan Setelah di lakukan asuhan keperawatan NIC :


dengan kegelisahan klien selama 1x 24 jam di harapkan dapat 1. Gunakan pendeketan yang
mengurangi rasa cemas dengan kreteria tenang dan menyakinkan
hasil 2. Berada di sisi klien untuk
NOC : meningkatkan rasa aman dan
- Persaan gelisah di pertahankan skala 2 ngemngurai ketakutan
(cukup berat) di tingkatkan ke skala 4 3. Dorong keluarga untuk
(ringan) mendampingi klien dengan cara
- Wajah tegang di pertahankan skala 2 tepat
(cukup berat) ditingkatkan ke skala 4 4. Berikan objek yang menunjukan
(ringan) rasa aman
- Rasa cemas yang disampaikan secara  
lisan di pertahankan skala 2 (cukup berat)
di tingkatkan ke skala 4 (ringan)
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Nyeri kronis berhubungan Setelah di lakukan asuhan  NIC :


dengan kerusakan sistem keperawatan selama 1x24 jam di
saraf harapkan nyeri berkurang dengan 1. Bantu keluarga dalam
kreteria hasil mencari dan menyediakan
NOC : dukungan
- tanda dan gejala nyeri di 2. Ajarkan metode nom
pertahankan skala 2 (pengetahuan farmakologi ( seperti
terbatas) di tingkatkan ke skala 4 relaksari)
(pengetahuan banyak) 3. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri,
- Tekhnik relaksasi yang efektif di jika menungkinkan
pertahankan skala 2 (pengetahuan  
terbatas) di tingkatkan ke skala 4
(pengetahuan banyak)
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Gangguan citra tubuh Setelah di lakukan asuhan keperawatan  NIC :


berhubungan dengan cedera selama 1x24 jam dengan kerteria hasil 1.Tentukan bagaimna anak
NOC : bersepon terhadap tindakan yang
- Penyesuaian terhadap perubahan dilakukan orang tua
tampilan fisik di pertahankan di skala 2. Bantu orangtua untuk
2 ( sering terganggu) di tingkatkan ke mengidentifikasi perasaan sebelum
skala 4 ( sedikit terganggu ) mengintervensi anak

- Penyesiaan terhdap perubahan tubuh


akibat cedera di pertahankan skala 2
(sering tergangu) di tingkatkan ke
skala 4 (sedikit teranggu)

- Kepuasan dengan penampilan tubuh


di pertahankan skala 2 (banyak
terganggu) ditungkatkan ke skala 4
(sedikit terganggu)
Implementasi :
• Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperwatan dalam
intervensi keperwatan yang membantu klien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Evaluasi :
• Evalusi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis terutama hasil akhir yang teramati dan hasil tujuan atau kreteria hasil yang di buat
pada tahap perencanaan perumusan evaluasi meliputi hasil komponen yaitu : subjek, objek,
analisi dan planning ( SOAP)
• 1. Kecemasan dapat tertasi
• 2. Nyeri dapat tertasi
• 3. Cedera dapat teratasi
• ANALISIS ARTIKEL PENELITIAN
• JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENGLIHATAN RETINOBLASTOMA
• PENGKAJIAN : Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2013 pukul 12.45 WIB di ruang Melati II
RSUD Moewardi. Pasien mengeluh
• ORANG TUA : Ibu pasien mengatakan merasa cemas dengan kondisi anaknnya, ibu juga
mengatakan anaknya menderita penyakit retinoblastoma dan harus menjalani kemoterapi. An. Z juga
mengatakan merasa takut apabila disuntik. Selain itu, anak juga gelisah saat ada petugas yang
mendatanginya.
• SEBELUM MRS : Ibu pasien mengatakan anaknya belum masuk sekolah dan sangat aktif sering
bermain dirumah dengan teman-temannya dan anaknya banyak mempunyai temen. Ibu pasien sudah
mengetahui anaknya terkena penyakit Retinoblastoma.
• SAAT MRS : Ibu pasien mengatakan anaknya sering murung di dalam kamar karena anaknya
mengatakan kesulitan dalam bergerak karena pandangan matanya berkurang dan tidak lagi bermain
dengan teman – temannya.
• PEMERIKSAAN FISIK :
1. keadaan umum pasien lemah dan kurus, kesadaran compos mentis.
2. Tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu 37˚C, nadi 94 kali/menit, respirasi: 28 kali/menit, tekanan darah 100/70
mmHg.
3. Pengukuran antopometri, tinggi badan 92 cm, berat badan 11 kg, lingkar lengan atas 14 cm, lingkar kepala 44 cm,
lingkar dada 47 cm. Dari interpretasi Z-score diperoleh hasil = -2SD.
4. Pemeriksaan head to toe, diperoleh data rambut pendek, lurus, jarang (seperti rambut jagung). Mata kanan,
penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, simetris. Mata kiri, bola mata sudah diambil,
terdapat tumor. Hidung, fungsi penciuman baik, simetris. Telinga simetris, serumen dalam batas normal. Mulut,
mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis. Leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
• ANALISIS :
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya kesulitan pada saat bergerak karena pandangannya berkurang
DO : Pemeriksaan terdapat mata sebelah kiri pasien sudah diambil.
• DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Diagnosa yang di angkat pada pasien yaitu resiko cedera pada anak khususnya berhubungan dengan gangguan
persepsi sensori. Diagnose ini diangkat karena saat pengkajian penulis menemukan informasi yang didapat dari ibu
bahwa, anaknya kesulitan dalam bergerak karena pandangan matanya berkurang.
• RENCANA KEPERAWATAN :
• Pada tahap intervensi yang selama ini di berikan ke pada pasien mampu untuk mengurangi masalah
pasien yaitu cedera berhubungan dengan gangguan persepsi sensori yang di terapkan dirumah sakit.
Dan orang tua pasien juga harus menerapkannya pada saat dirumah sakit maupun dirumah.

• TAHAP EVALUASI :
• Pada pasien ditemukan bahwa selain cedera nutrisi pasien juga harus seimbang pada saat dirumah
sakit maupun di rumah.

Anda mungkin juga menyukai