Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

RETINO BLASTOMA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Anak
Dosen pengampu : Liliek Fauziah, S.Kep, Ners., M.Kep

Disusun oleh kelompok 17:


1. Leni Yuliani (1490123181)
2. Leny Hediatrix Kadato (1490123118)
3. Leonard Amasaman Bwariat (1490123176)

PROGRAM PROFESI NERS 31


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2024
LAPORAN KASUS
RETINO BLASTOMA
1. Pengkajian
1). Identitas pasien
a. Nama : An. T
b. Usia : 2 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku Bangsa : Indonesia
f. Diagnosa Medis : Retino Blastoma
2). Identitas Orang tua (penanggung jawab)
a. Nama Ayah : Tn. A
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku Bangsa : Indonesia
f. Alamat : Jl Serayu No 19 RT 01/RW 08 Kota Bandung
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah kanan.
Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata kiri
pasien terdapat retino blastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada retina,
terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah menderita
kanker servix.
5. Riwayat penyakit masa lalu
pada mata kanannya setahun yang lalu pernah di lakukan oprasi pengangkatan
tumor
6. Riwayat Imunisasi : An. T sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
 Usia 1 bulan : BCG
 Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
 Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
 Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
7. Pola Aktivitas sehari hari
a. Kebutuhan Cairan & Elektrolit
- Sebelum Sakit : minum air mineral ± 200 ml/hari
- Selama Sakit : minum ± 150 ml/hari, infus RL 1000 ml
b. Pola Nutrisi Metabolik
- Sebelum Sakit : makan 3x/hari, 1 porsi habis
- Selama Sakit : makan 3x/hari, ½ porsi habis
c. Pola Eliminasi BAK BAB
- Sebelum Sakit : BAK 4 kali sehari , BAB 1x sehari
- Selama Sakit : BAK 4-5 kali sehari, BAB 2 hari sekali
d. Pola Aktifitas Dan Latihan
- Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan pasien sering aktif bermain
- Selama Sakit : Selama sakit pasien bedres di tempat tidur
e. Pola Istirahat Dan Tidur
- Sebelum Sakit : siang : 1-2 jam - malam : 7-8 jam
- Selama Sakit : siang : 1 jam malam : 5-7 jam
f. Kebutuhan Belajar : pasien belum sekolah, dan hanya belajar berdoa
g. Kebutuhan Personal Hygiene :
- Sebelum Sakit : mandi dan gosok gigi 2x sehari
- Selama sakit : pasien hanya diseka dengan air hangat, baju diganti 1x
sehari
8. Tumbuh Kembang Anak
1. lahir cukup bulan
2. Kemampuan kognitif dan bahasa : mengetahui kata sifat, bicara semua dimengerti
3. Kemampuan interaksi sosial : mengambil bantuan, menggosok gigi tanpa bantuan
9. Reflek (Bila BBL) : -
10. Antropometri
- Lingkar lengan atas : 14 cm
- Panjang badan : 89 cm
- Berat Badan :10,3 kg
- Lingkar Kepala : 47
- Lingkar dada : 52
- lingkar perut : 48 cm
- Status nutrisi : IMT : BB/TB : 10,3/90 cm
(2n+8) : 2(2.9)+8 = 13,8 kg (Maka IMT anak usia 2 tahun 9 bulan
adalah 13,8 kg)
- Kesadaran
- Kualitatif : Composmetis
- Kuantitatif : GCS E4 V5 M6
10 Pemeriksaan fisik hand totoe
a. Keadaan Umum
BB/TB : 10,3 kg/90 cm
b. TTV
- Tekanan darah : -
- Nadi : 100x/menit
- Pernapasan : 20x/mnt
- Suhu : 36,6 c
- SPO2 : 96 %
c. Kulit dan kuku
- kulit putih bersih, kuku CRT< 2 detik
d. Kepala dan rambut
- kepala tidak ada benjolan/pembengkakan, simetris, pasien tidak ada rambut,
area kepala bersih
e. Mata
- Mata kanan An. T di lakukan oprasi pengangkatan tumor
- Mata kiri terasa sakit jika digerakan, di mata kirinya terdapat bercak putih di
mata tengahnya. Matanya menonjol terdapat stabismus.
f. Hidung
- tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
g. Telinga
- simetris kanan dan kiri, bersih, mampu mendengar dengan baik, tidak ada
serumen
h. Mulut (bibir gigi lidah faring)
- mulut bersih, bibir lembab, tidak ada nyeri saat menelan
i. Dada
- Paru-paru
inspeksi: pengembangan dada kanan-kiri simetris
palpasi: fremitus kanan sama dengan kiri
perkusi: sonor
auskultasi: tidak ada suara ronkhi maupun wezhing.
- Jantung
inspeksi: bentuk dada simetris
palpasi: tidak ada nyeri tekan
perkusi: batas jantung tidak melebar
auskultasi : bunyi jantung satu dan dua sama. (berbuyi lupdup/normal)
- Abdomen
inspeksi: tidak ada lesi
auskultasi: bising usus 29 kali/menit
palpasi: tidak ada masa, tidak ada yeri tekan, hepar tidak teraba
perkusi: timpani.
j. Genitalia
- memakai pempers, ibu pasien mengatakan area genetalia selalu dibersihkan
dengan baik
k. Ektremitas
- Ektremitas atas : akral teraba hangat, tidak terdapat sianosis, tidak ada edema,
terpasang infus ditangan kiri
- Ektremitas bawah : simetris, tidak ada sianosis, tidak ada edema,
11. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium mendapatkan anemia ringan baik pada unilateral atau bilateral.
Pada retinoblastoma yang merupakan suatu tumor padat, anemia sering dijumpai.
Anemia merupakan komplikasi yang paling sering pada keganasan. Penyebab dan
mekanisme anemia merupakan suatu kompleks multifaktorial. Hubungan keganasan
dan anemia bukan hanya oleh karena tumor saja, tapi dapat juga oleh karena produk
tumor tersebut, atau berkembang sebagai hasil pengobatan tumor tersebut. Hasil
pemeriksaan leukosit didapati rerata nilai leukosit lebih besar pada kelompok
bilateral dibanding unilateral sedangkan nilai trombosit pada kedua kelompok tidak
begitu berbeda. Jumlah trombosit meningkat sedikit dari nilai normal.
Trombositopenia pada pasien tumor padat dapat terjadi oleh karena gangguan
sumsum tulang atau oleh karena toksisitas obat sitostatik, namun jarang dijumpai
pada saat kunjungan pertama. Pemeriksaan keadaan gizi, didapati pada pasien
retinoblastoma pada umumnya masih baik Pasien dengan tumor padat mempunyai
insidens tinggi untuk terjadinya malnutrisi, namun pada anak dengan leukemia
limfoblastik akut risiko rendah, tumor padat tanpa metastase, dan pasien yang telah
mengalami remisi secara umum, pasien dapat mempertahankan berat badan.
12. Pemeriksaan Diagnostik/Rontgen
 Sinar X dada Diambil pada semua anak sebagai dasar atau untuk diagnosis.
 Ultrasonografi Sering digunakan sebagai alat untuk skrining.
 Teknik Pencitraan ( CT Scan, Ultrasonografi, MRI)
 Biopsi Sangat kritis dalam mementukan klasifikasi dan tahap kanker.
13. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
sensori pada lapisan sensori penglihatan
 Ibu pasien mengatakan
fotoreseptor
penglihatan buram saat

melihat sesuatu.
Ketajaman penglihatan
Data objektif :
menurun

 Visus mata kiri 1/60

2. Data subjektif: Keterbatasan lapang Resiko cedera


pandang (trauma)
 pasien mengatakan

pandangannya kabur
Resiko tinggi cedera
Data objektif :

 Tajam penglihatan
menurun
3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri Kronis

 pasien mengatakan nyeri di
bagian mata kiri
Metastase lewat aliran darah
 mengeluh nyeri saat

menggerakan mata
Ke otak
Data objektif :

 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra tubuh
setelah operasi
 pasien mengatakan malu

 dan takut Malu
Data objektif : ↓
Gangguan citra diri
 Rasa percaya diri
berkurang
 Menutup diri
5. Data objektif : Pembatasan aktivitas Risiko gangguan
↓ perkembangan
 pasien tampak tidak
Fungsi motorik terganggu
percaya diri

 Suka menyendiri
Kurang percaya diri

Risiko keterlambatan
perkembangan

14. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori dari mata
b. Resiko cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
c. Nyeri Kronis berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke
arah otak.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan pasca
operasi
e. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas.
15. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan persepsi sensorik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Minimalisasi rangsangan (I.08241)
(penglihatan) diharapkan gangguan persepsi sensorik Observasi
dapat membaik. dengan kriteria hasil - periksa status mental, sensori, dan tingkat
Persepsi sensori (L.09083) kenyamanan (mis.nyeri, kelelahan)
- verbalisasi melihat bayangan Terapeutik
meningkat - Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
- verbalisasi merasakan sesuatu sensori (mis. bising, terlalu terang)
melalui indra perabaan meningkat - Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya,
- Respons sesuai stimulus membaik suara, aktivitas)
Edukasi
- ajarkan cara meminimalisasikan stimulus
(mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam meminimalkan
proedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
2. Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan cedera (I.14537)
diharapkan risiki cedera dapat membaik,
dengan kriteria hasil : Observasi
Fungsi sensori (L.06048) - identifikasi area lingkungan yang berpotensi
- ketajaman penglihatan meningkat menyebabkan cedera
- ketajaman pendengaran membaik - identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik
- pertahankan posisi tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
- pastikan roda tempat tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunsi
- gunakan pengaman tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas pelayanan
Kesehatan
- diskusikan Bersama anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
- tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri
3. Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238)
diharapkan nyeri kronis dapat menurun
dengan kriteria hasil : Observasi
Tingkat nyeri (L.08066) - identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- meringis menurun - identifikasi skala nyeri
- gelisah menurun - identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
- berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. terapi music,
aromaterapi, terapi bermain)
- control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- fasilitasi istirahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
4. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi koping (I.09312)
diharapkan gangguan citra tubuh dapat Observasi
menurun, dengan kriteria hasil - identifikasi kemampuan yang dimiliki
Citra tubuh (L.09067) - identifikasi pemahaman proses penyakit
- Verbalisasi kecacatan bagian tubuh - identifikasi dampak situasi terhadap peran
meningkat dan hubungan
- verbalisasi perasaan negatif tentang - identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
perubahan tubuh menurun dukungan sosial
- verbalisasi kekhawatiran pada Terapeutik
penolakan/reaksi orang lain - gunakan pendekatan yang tenang dan
menurun meyakinkan
- fasilitasi dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan
- Dampingi saat berduka (mis. penyakit kronis,
kecacatan)
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan
yang tepat
Edukasi
- anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika
perlu
- anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- anjurkan keluarga terlibat
- latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
5, Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi perkembangan anak (I.10340)
perkembangan diharapkan Risiko gangguan Observasi
perkembangan dapat membaik dengan - identifikasi kebutuhan khusus anak dan
kriteria hasil kemampuan adaptasi anak
Status perkembangan (L.10101) Terapeutik
- keterampilan/perilku sesuai usia - fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
meningkat - dukung anak berinteraksi dengan anak lain
- respon sosial meningkat - dukung anak mengekspresikan perasaannya
- kontak mata meningkat secara positif
- berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
Edukasi
- jelaskan nama-nama objek yang ada di
lingkungan sekitar
- ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi
diantara anak
- Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan
perkembangan pada pengasuh
Kolaborasi
- rujuk untuk konseling jika perlu

16. Implementasi dan Evaluasi


No Daignosa Implementasi Evaluasi Tanda tangan
keperawatan
1. Gangguan persepsi - Memeriksa status mental, sensori, S : Pasien mengatakan penglihatan
sensorik dan tingkat kenyamanan (mis.nyeri, merasa buram saat melihat sesuatu.
kelelahan Data objektif :
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap O : Visus mata kiri 1/60
beban sensori (mis. bising, terlalu A : masalah gangguan sensori belum
terang) teratasi
- membatasi stimulus lingkungan (mis. P :Intervensi dilanjutkan
Cahaya, suara, aktivitas)
- Mengajarkan cara
meminimalisasikan stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)
- berkolaborasi dalam meminimalkan
proedur/tindakan
- berkolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
2. Resiko cidera - Mengidentifikasi area lingkungan S : pasien mengatakan pandangannya
yang berpotensi menyebabkan masih kabur
cedera O:
- Mengidentifikasi obat yang Tajam penglihatan menurun
berpotensi menyebabkan cedera A : masalah resiko cedera belum teratasi
- Mempertahankan posisi tempat tidur P : Intervensi dilanjutkan
di posisi terendah saat digunakan
- Memastikan roda tempat tidur atau
kursi roda dalam kondisi terkunsi
- menggunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan Kesehatan
- mendiskusikan Bersama anggota
keluarga yang dapat mendampingi
pasien
- Meningkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
- Menganjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
3. Nyeri Kronis - Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, - pasien mengatakan nyeri di
kualitas, intensitas nyeri bagian mata kiri dan saat
- Mengidentifikasi skala nyeri menggerakan mata
- Mengidentifikasi faktor yang O:
memperberat dan memperingan - pasien tampak meringis
nyeri - Bola mata menonjol
- Memonitor efek samping A : Masalah nyeri kronis belum teratasi
penggunaan analgetic P : Intervensi dilanjutkan
- memberikan Teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. terapi music,
aromaterapi, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- memfasilitasi istirahat dan tidur
- menjelaskan strategi meredakan
nyeri
- menganjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Gangguan citra tubuh - Mengidentifikasi kemampuan yang S : pasien mengatakan merasa malu
dimiliki dengan kondisinya
- Mengidentifikasi pemahaman proses O : pasien tampak tidak percaya diri
penyakit dan Menutup diri
- Mengidentifikasi kebutuhan dan A : masalah gangguan citra tubuh belum
keinginan terhadap dukungan sosial teratasi
- Menggunakan pendekatan yang P : Intervensi dilanjutkan
tenang dan meyakinkan
- mendampingi saat berduka (mis.
penyakit kronis, kecacatan)
Edukasi
- Menganjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
- Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Menganjurkan keluarga terlibat
- Melatih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
5. Risiko gangguan - Mengidentifikasi kebutuhan khusus S:-
perkembangan anak dan kemampuan adaptasi anak O : pasien tampak tidak percaya diri dan
- Memfasilitasi hubungan anak dengan Suka menyendiri
teman sebaya A : masalah risiko gangguan
- Mendukung anak berinteraksi perkembangan belum teratasi
dengan anak lain P : Intervensi dilanjutkan
- Mendukung anak mengekspresikan
perasaannya secara positif
- Memberikan mainan yang sesuai
dengan usia anak
- Mengajarkan sikap kooperatif, bukan
kompetisi diantara anak
- Mendemonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
- rujuk untuk konseling jika perlu

Anda mungkin juga menyukai