Anda di halaman 1dari 53

BAB 4

TINJAUAN KASUS

4.1 Hasil

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian. Hasil

penelitian dalam studi kasus ini berupa Asuhan Keperawatan Pada Pasien Closed

Fraktur Femur di Ruang Bougenvil RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Data akan

disajikan secara deskriptif mulai dari pengkajian, perumusan masalah,

perencanaan, melakukan tindakan , dan evaluasi keperawatan.

4.1.1 Asuhan Keperawatan Klien Pertama

1. Pengkajian

Tgl. Pengkajian : 04 April 2019 No. Register : 245862

Jam Pengkajian : 18.15 WIB Tgl. MRS : 04 April 2019

Ruang/kelas : Bougenvil 3

I. IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : An. S

Umur : 7 tahun

Janis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendikan :-
Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Palang

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. K

Umur : 46 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Nelayan

Hubungan dengan klien : Ayah

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan utama saat MRS :

Nyeri pada kaki kiri

2. Keluhan utama saat pengkajian :

Nyeri pada kaki kiri.

III. DIAGNOSA MEDIS

Closed Fraktur Femur 1/3 Proximal Sinistra

IV. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit sebelumnya

Keluarga mengatakan, klien tidak pernah patah tulang dan tidak

pernah masuk rumah sakit sebelumnya.


2. Riwayat kesehatan sekarang

Keluarga klien mengatakan, tanggal 04 April 2019 pukul 08.00

WIB klien jatuh saat sedang bermain tangga majemuk di sekolah,

kemudian oleh pihak sekolah klien diantar pulang. Karena klien

terus menangis dan mengeluh sakit pada kaki kiri kemudian

dibawa ke IGD RSUD Dr. R Koesma Tuban, dan rawat inap di

ruang Bougenvil. Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri, klien

mengatakan nyeri cekot-cekot, klien mengatakan nyeri pada paha

kiri, klien mengatakan nyeri skala 6, klien mengatakan nyeri hilang

timbul, nyeri bertambah saat dilakukan pergerakan.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah

patah tulang. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit

diabetus mellitus.

Genogram

46 44

17 14 7
: Laki-laki

: Perempuan

: klien

- - - - : tinggal dalam satu rumah

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola akivitas sehari-hari

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola pemenuhan Keluarga mengatakan, Keluarga mengatakan,

kebutuhan nutrisi dan klien makan 3x sehari klien makan dengan

cairan (makan dan dengan porsi sepiring porsi yang diberikan

minum) nasi dengan lauk, dan dari RS berupa nasi,

sayur. Klien sehari lauk dan sayur, porsi

minum kurang lebih makan tidak habis

800 cc hanya 3-4 sendok.

Minum air kurang lebih

500 cc dan teh manis 1

gelas (250cc)

Pola eliminasi : Keluarga mengatakan, Keluarga mengatakan,

BAB : klien BAB tidak tentu, selama di RS klien

kadang setiap hari


atau 2 hari sekali belum BAB.

dengan konsistensi

padat

BAK :
Keluarga mengatakan
Klien menggunakan
klien kencing
kateter jumlah urine
3-4x/hari, dengan
300cc, warna urine
warna urine kuning.
kuning jernih.

Pola istirahat tidur Keluarga mengatakan, Keluarga mengatakan,

klien tidur malam klien tidur siang kurang

selama kurang lebih 8 lebih selama 1 jam

jam dan jarang tidur

siang.

Pola kebersihan diri Klien mengatakan, Klien mengatakan tidak

mandi 3x sehari, mandi, tidak gosok

keramas setiap sore gigi, dan tidak keramas.

hari, dan gosok gigi

2x/hari

Aktivitas lain Klien mengatakan saat Klien mengatakan

pagi sampai siang hanya tiduran dan

klien bersekolah, bermain handphone

kemudian sore hari

klien mengaji dan


pulang mengaji klien

bermain sepak bola

dengan temannya

2. Riwayat psikologi :

Keluarga mengatakan, klien sering menangis dan minta pulang.

Klien menangis saat terasa nyeri.

3. Riwayat sosial :

Keluarga mengatakan, klien memiliki banyak teman bermain saat

dirumah dan disekolah. Klien paling dekat dengan ibunya.

4. Riwayat spiritual :

Keluarga mengatakan saat ini klien tidak dapat melaksanakan

sholat, keluarga mengajarkan klien untuk berdoa.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Klien berbaring ditempat tidur, klien tampak menahan sakit.

Kesadaran klien composmentis. Klien tidak menggunakan baju

hanya menggunakan sarung.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 92x/menit

Suhu : 36,8 0 C

Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan wajah

1) Wajah : wajah menahan sakit, bentuk wajah simetris, tidak

ada lesi, tidak ada edema

2) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil

terdapat reaksi pada cahaya (isokhor)

3) Hidung : tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping

hidung

4) Mulut : gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa bibir

lembab, gigi bersih

5) Telinga : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada nyeri tekan

4. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan,

distribusi rambut merata, warna rambut hitam, kebersihan

rambut baik.

2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

nyeri telan

5. Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi : tidak ada retraksi dada, pergerakan dada seimbang

Palpasi : getaran taktil fremitus kanan dan kiri sama.

Perkusi : sonor

Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan

6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak ada asites

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : suara timpani

Auskultasi : peristaltik usus 10x/menit

7. Pemeriksaan genetalia dan rektal

Klien terpasang kateter urine (300cc)

8. Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan

Fungsi pendengaran klien baik, fungsi penghidu klien baik. Tidak

ada nyeri saat menelan

9. Pemeriksaan fungsi penglihatan

Fungsi penglihatan klien baik, tidak ada alat bantu penglihatan

10. Pemeriksaan fungsi neurologis

Tingkat kesadaran klien E = 4 V = 5 M = 6

Total 15 (composmentis)

Daya raba klien baik, nyeri pada kaki kiri

11. Pemeriksaan kulit/integumen

1) Integumen :

Tidak ada lesi, turgor kulit baik

2) Pemeriksaan Kuku

Kuku klien kotor. Kuku berwarna merah muda dan hitam pada

ujung kuku.

12. Pemeriksaan Ekstremitas


Tidak terdapat bengkak pada ekstremitas, terdapat nyeri tekan pada

area fraktur, tangan kanan terpasang IV line, kaki kiri terpasang

spalk.

13. Pemeriksaan penunjang/diagnostik medik

1) Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan foto rontgen pada tanggal 04 April 2019

pukul 09.05 WIB menunjukan klien mengalami fraktur femur

1/3 proximal sinistra.

2) Pemeriksaan Laboratorium

NO PEMERIKSAAN METODE HASIL NORMAL

HEMATOLOGI RUTIN

1 Hemoglobin Cyanmeth 12,8 13,4 – 17,1 g/dl

2 PCV Autoanalisis 25,0 40-50 %

3 Eritrosit Impedance 4.820.000 4 jt – 6 jt sel/ul

4 Granulosit Flowcytometri 90 50-76%

5 Limfosit 8 20-40%

6 Monosit 2 2-8%

7 Leukosit Impedance 25.400 4000-11.000

sel/ul

8 Trombosit 612.000 140.000-

350.000 sel/ul

9 MVC Autoanalisis 72,6 82-92 fl


10 MCH 26,6 27-31 pg

11 MCHC 36,6 32-37 g/dl

12 RDW 14,0 10,0- 16,5 %

13 PCT 0,23 0,10 – 1,00 %

14 MPV 3,7 5,0 – 10,0 fl

15 RDW 17,8 12,0 – 18,0 %

IMUNOLOGI

16 HbsAg Imunokromatografi NON NON REAKTIF

REAKTIF

17 Anti HIV NON NON REAKTIF

REAKTIF

HATI

18 SGOT IFCC 24 < 37 U/l

19 SGPT 14 < 42 U/l

GINJAL

20 BUN Barthelot 8,1 6 – 20 mg/dL

21 Kreatinin serum 0,60 0, 83 – 1, 43

mg/dL

GLUKOSA

22 Glukosa darah GOD-PAP 131 < 140 mg?dL

sewaktu

FAAL HEMOSTASIS

23 APTT 25,0 27,4 – 39,3 detik


24 PPT 13,5 11,3 – 14,7 detik

VII. TINDAKAN DAN TERAPI

Infus D5 ½ NS 1250 cc

Injeksi IV santagesik (500mg) 3 x 150mg

Injeksi ranitidine (50mg) 2x1 amp

2. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data Subyektif : Kerusakan Nyeri akut

- Klien mengeluh neuromuskuloskeletal

nyeri pada kaki

kiri

- Klien mengatakan

nyeri cekot-cekot

- Klien mengatakan

nyeri pada bagian

paha kiri

- Klien mengatakan

nyeri berskala 6

- Klien mengatakan

nyeri hilang

timbul
Data Objektif :

- Terdapat nyeri

tekan pada area

fraktur

- Klien tampak

menahan sakit

- Klien menangis

saat nyeri timbul

- Terpasang spalk

pada kaki kiri

- TTV

TD:100/70 mmHg
Respon nyeri Gangguan mobilitas
N : 92x/menit
fisik
RR : 20x/menit

S : 36,80 C

Data Subyektif

- Klien mengatakan

nyeri pada kaki

kiri

- Klien mengatakan

nyeri saat

dilakukan
pergerakan

- Klien mengatakan

takut untuk

menggerakan

badannya

Data Objektif

- Klien tampak

menahan sakit

- Gerakan klien

terbatas

- Klien terpasang

spalk pada kaki

kiri

4. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuloskeletal

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan respon nyeri


5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil Perencanaan dan rasional

Nyeri akut Tujuan : 1. kaji nyeri dengan skala

berhubungan Setelah dilakukan Rasional :

dengan kerusakan tindakan keperawatan nyeri merupakan respon

neuromuskuloskel 3x24 jam diharapkan subjektif yang dapat dikaji

etal nyeri berkurang. dengan menggunakan

Kriteria hasil : skala nyeri. Klien

1. mampu melaporkan nyeri biasanya

mengungkapkan nyeri diatas tingkat cedera.

berkurang

2. skala nyeri 2. Atur posisi imobilisasi

berkurang pada paha

3. tampak rileks Rasional: imobilisasi yang

adekuat dapat mengurangi

pergerakan

fragmen tulang yang

menjadi unsur utama

penyebab nyeri pada

daerah paha

3. Manajemen

lingkungan : lingkungan
tenang, batasi pengunjung,

dan istirahatkan klien.

Rasional : lingkungan

tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal

dan pembatasan

pengunjung akan

membantu meningkatkan

kondisi oksigen ruangan

yang akan berkurang

apabila banyak

pengunjung yang berada

diruangan istirahat akan

menurunkan oksigen

jaringan perifer.

4. Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam ketika

nyeri muncul

Rasional : meningkatkan

asupan oksigen sehingga

akan menurunkan nyeri

sekunder akibat iskemia.


5. Ajarkan teknik distraksi

pada saat nyeri

Rasional : distraksi dapat

menurunkan stimulus

internal dengan

mekanisme peningkatan

produksi endorfin dan

enkefalin yang dapar

memblok reseptor nyeri

agar tdak dikirimkan ke

korteks serebri sehingga

menurunkan persepsi nyeri

6. Lakukan managemen

sentuhan

Rasional : managemen

sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat

membantu menurunkan

nyeri. Masase ringan dapat

meningkatkan aliran darah

dan oksigen ke area nyeri.


7. Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman,

misalnya waktu tidur,

belakang tubuh klien

dipasang bantal kecil.

Rasional : istirahat

merelaksasikan semua

jaringan sehingga akan

meningkatkan

kenyamanan.

8. Kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

analgesik

Rasional : analgesik

memblok lintasan nyeri

sehingga nyeri akan

berkurang.
5. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi

Nyeri akut 4/4/19 Evaluasi dilakukan


pada jam 21.00 WIB
berhubungan 18.30 1. Mengaji nyeri
Subjektif :
dengan dengan skala 1.klien mengeluh
nyeri pada kaki kiri
kerusakan 2. klien mengatakan
nyerinya cekot-cekot
18.35 2. Memanajemen
neuromuskulos 3. klien mengatakan
nyeri dibagian paha
lingkungan :
keletal kiri
4. klien mengatakan
lingkungan
berskala 6
5. klien mengatakan
tenang, batasi
nyeri hilang timbul
pengunjung, dan Objektif :
1.ekspresi wajah
istirahatkan klien klien tampak
menahan sakit
18.45 2. terdapat nyeri
3. Mengajarkan tekan pada area
fraktur
teknik relaksasi 3. TTV :
TD : 100/70 mmHg
pernapasan dalam N : 90x/menit
RR : 20x/menit
ketika nyeri S : 36,7 0C

Assessment :
muncul
18.50 Masalah
keperawatan belum
teratasi
4. Mengajarkan
Planning :
teknik distraksi Rencana tindakan
dilanjutkan nomor 1,
pada saat nyeri 3,5, dan 7
18.55

5. Melakukan
managemen

sentuhan
19.00

6. memberikan

kesempatan

waktu istirahat

bila terasa nyeri

dan berikan
19.05 posisi yang

nyaman,

7. Berkolaborasi

dengan dokter

dalam pemberian

analgesik

Nyeri akut
5/4/19
berhubungan
15.15 Evaluasi dilakukan
pada jam 18.00 WIB
dengan
Subjektif :
kerusakan 1.klien mengeluh
1. Mengaji nyeri nyeri pada kaki kiri
neuromuskulos 15.25 2. klien mengatakan
dengan skala nyerinya cekot-cekot
3. klien mengatakan
keletal nyeri dibagian luka
operasi
2. Mengajarkan 4. klien mengatakan
berskala 7
teknik relaksasi 5. klien mengatakan
nyeri hilang timbul
pernapasan dalam
15.40 Objektif :
ketika nyeri muncul 1. terdapat luka post
operasi
2. ekspresi wajah
klien tampak
3. Melakukan
menahan sakit
3. TTV :
15. 55 managemen
TD : 100/70 mmHg
N : 92x/menit
sentuhan
RR : 20x/menit
S : 36,6 0C

4. Berkolaborasi Assessment :
Masalah
dengan dokter keperawatan belum
teratasi
dalam pemberian
Planning :
Rencana tindakan
analgesik
dilanjutkan nomor 1
dan 7

1.

Nyeri akut 6/4/19

berhubungan 07.00
dengan

kerusakan Evaluasi dilakukan


pada jam 10.00 WIB
neuromuskulos 07.25 1. Mengaji nyeri
Subjektif :
keletal 1.klien mengeluh
dengan skala
nyeri pada kaki kiri
2. klien mengatakan
nyerinya cekot-cekot
2. Berkolaborasi 3. klien mengatakan
nyeri dibagian luka
dengan dokter operasi
4. klien mengatakan
dalam berskala 4
5. klien mengatakan
pemberian nyeri hilang timbul

analgesik Objektif :
1. terdapat luka post
operasi
2. klien tampak lebih
segar
3. TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 0C

Assessment :
Masalah
keperawatan teratasi
sebagian

Planning :
Rencana tindakan
dilanjutkan nomor 1
Nyeri akut 6/4/19

berhubungan 07.15

dengan

kerusakan

neuromuskulos 1. Mengaji nyeri Evaluasi dilakukan


pada jam 10.00 WIB
keletal dengan skala
Subjektif :
1.klien mengeluh
nyeri pada kaki kiri
2. klien mengatakan
nyerinya cekot-cekot
3. klien mengatakan
nyeri dibagian luka
operasi
4. klien mengatakan
berskala 2
5. klien mengatakan
nyeri hilang timbul

Objektif :
1. terdapat luka post
operasi
2. klien tampak
rileks
3. TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 89x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 0C

Assessment :
Masalah
keperawatan teratasi
sebagian

Planning :
Rencana tindakan

dihentikan, klien

pulang

4.1.2 Asuhan Keperawatan Klien Kedua

1. Pengkajian

Tgl. Pengkajian : 13 April 2019 No. Register : 0246637

Jam Pengkajian : 15.00 WIB Tgl. MRS : 13 April 2019

Ruang/kelas : Bougenvil 3
I. IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : Sdr. L

Umur : 20 tahun

Janis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendikan :-

Pekerjaan : pedagang

Alamat : Jenu

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 41 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Hubungan dengan klien : Ibu

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan utama saat MRS :

Nyeri pada kaki kanan.

2. Keluhan utama saat pengkajian:

Nyeri pada kaki kanan.

III. DIAGNOSA MEDIS


Closed Fraktur Femur 1/3 Proximal Dextra

IV. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit sebelumnya

Klien mengatakan, tidak pernah mengalami patah tulang dan tidak

pernah masuk rumah sakit sebelumnya.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan, tanggal 12 April 2019 pukul 20.00 WIB klien

jatuh dari sepedah motor saat sedang menghindari mobil yang ada

didepannya. Kemudian klien ditolong oleh warga dan dibawa ke

IGD RS NU Tuban, kemudian pada tanggal 13 April 2019 pukul

01.25 WIB klien dirujuk ke IGD RSUD Dr. R Koesma Tuban,

kemudian di rawat inap di ruang Bougenvil. Klien mengeluh nyeri

pada kaki kanan, klien mengatakan nyerinya cekot-cekot, klien

mengatakan nyeri skala 5, klien mengatakan nyeri hilang timbul,

nyeri bertambah saat dilakukan pergerakan.


3. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah patah

tulang dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit

diabetus mellitus.

Genogram

42 41

19 11
: Laki-laki

: Perempuan

: klien

- - - - : tinggal dalam satu rumah

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola akivitas sehari-hari

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola pemenuhan Klien makan 3x sehari Klien mengatakan

kebutuhan nutrisi dan dengan porsi sepiring makan sesuai porsi

cairan (makan dan nasi dengan lauk, dan yang diberikan dari RS

minum) sayur. Klien sehari berupa nasi, lauk dan

minum kurang lebih sayur, porsi makan dari

1500 cc rumah sakit selalu

habis. Minum air

kurang lebih 1000 cc

dan teh manis 2 gelas

(500cc)

Pola eliminasi : Klien mengatakan Klien mengatakan,

BAB : BAB 2 hari sekali selama di RS klien

dengan konsistensi
padat belum BAB.

BAK : klien mengatakan

kencing 2-3x/hari, Klien menggunakan

dengan warna urine kateter jumlah urine

kuning. 1000cc, warna urine

kuning jernih.

Pola istirahat tidur Klien mengatakan, Klien mengatakan,

tidur malam selama tidur malam kurang

kurang lebih 6 jam lebih 4 jam dan sering

dan jarang tidur siang. terbangun karena nyeri

yang dirasakan pada

kakinya. Klien tidur

siang kurang lebih

selama 20 menit

Pola kebersihan diri Klien mengatakan, Klien mengatakan tidak

mandi 2x sehari, mandi, tidak gosok

keramas 3 hari sekali, gigi, dan tidak keramas.

dan gosok gigi 2x/hari

Aktivitas lain Klien mengatakan saat Klien mengatakan

pagi sampai siang hanya tiduran dan

klien berdagang, bermain handphone

kemudian sore hari


klien beristirahat

dirumah, dan kadang

malam hari bermain

dengan teman-

temannya

2. Riwayat psikologi :

Klien mengatakan merasa cemas jika operasinya gagal

3. Riwayat sosial :

Klien mengatakan memiliki banyak teman saat dirumah dan

dilingkungan kerja

4. Riwayat spiritual :

klien mengatakan saat ini tidak dapat melaksanakan sholat, klien

berdoaa agar operasinya lancar.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Klien berbaring ditempat tidur, klien tampak menahan sakit.

Kesadaran klien composmentis. Klien menggunakan baju dan

menggunakan sarung.

VII. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,4 0 C
Pernapasan : 20x/menit

VIII. Pemeriksaan wajah

1) Wajah : wajah menahan sakit, bentuk wajah simetris, tidak

ada lesi, tidak ada edema

2) Mata : konjungtiva anemis, sklera putih, pupil terdapat

reaksi pada cahaya (isokhor)

3) Hidung : tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping

hidung

4) Mulut : gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa bibir

lembab, gigi kotor

5) Telinga : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada nyeri tekan

IX. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan,

distribusi rambut merata, warna rambut hitam, kebersihan

rambut baik.

2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

nyeri telan

X. Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi : tidak ada retraksi dada, pergerakan dada seimbang

Palpasi : getaran taktil fremitus kanan dan kiri sama.

Perkusi : sonor

Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan

XI. Pemeriksaan abdomen


Inspeksi : bentuk datar, tidak ada asites

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : suara timpani

Auskultasi : peristaltik usus 9x/menit

XII. Pemeriksaan genetalia dan rektal

Klien terpasang kateter urine (1000cc)

XIII. Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan

Fungsi pendengaran klien baik, fungsi penghidu klien baik. Tidak

ada nyeri saat menelan

XIV. Pemeriksaan fungsi penglihatan

Fungsi penglihatan klien baik, tidak ada alat bantu penglihatan

XV. Pemeriksaan fungsi neurologis

Tingkat kesadaran klien E = 4 V = 5 M = 6

Total 15 (composmentis)

Daya raba klien baik, nyeri pada kaki kanan

XVI. Pemeriksaan kulit/integumen

1) Integumen :

Terdapat luka pada kaki kanan, turgor kulit baik

2) Pemeriksaan Kuku

Kuku klien bersih. Kuku berwarna merah muda.

XVII. Pemeriksaan Ekstremitas


Tidak terdapat bengkak pada ekstremitas, terdapat nyeri tekan pada

area fraktur, tangan kiri terpasang IV line, kaki kanan terpasang

skin taksi 3kg

XVIII. Pemeriksaan penunjang/diagnostik medik

3) Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan foto rontgen pada tanggal 13 April 2019

pukul 04.15 WIB menunjukan klien mengalami fraktur femur

1/3 proximal dextra.

4) Pemeriksaan Laboratorium

NO PEMERIKSAAN METODE HASIL NORMAL

HEMATOLOGI RUTIN

1 Hemoglobin Cyanmeth 11,7 13,4 – 17,1 g/dl

2 PCV Autoanalisis 33,7 40-50 %

3 Eritrosit Impedance 3.700.000 4 jt – 6 jt sel/ul

4 Granulosit Flowcytometri 84 50-76%

5 Limfosit 12 20-40%

6 Monosit 4 2-8%

7 Leukosit Impedance 13.300 4000-11.000

sel/ul

8 Trombosit 198.000 140.000-

350.000 sel/ul

9 MVC Autoanalisis 91,1 82-92 fl


10 MCH 31,6 27-31 pg

11 MCHC 34,7 32-37 g/dl

12 RDW 10,9 10,0- 16,5 %

13 PCT 0,14 0,10 – 1,00 %

14 MPV 7,0 5,0 – 10,0 fl

15 RDW 17,8 12,0 – 18,0 %

IMUNOLOGI

16 HbsAg Imunokromatografi NON NON REAKTIF

REAKTIF

17 Anti HIV NON NON REAKTIF

REAKTIF

HATI

18 SGOT IFCC 73 < 37 U/l

19 SGPT 45 < 42 U/l

GINJAL

20 BUN Barthelot 16,1 6 – 20 mg/dL

21 Kreatinin serum 1,20 0, 83 – 1, 43

mg/dL

GLUKOSA

22 Glukosa darah GOD-PAP 108 < 140 mg?dL

sewaktu

FAAL HEMOSTASIS

23 APTT 29,3 27,4 – 39,3 detik


24 PPT 13,7 11,3 – 14,7 detik

XIX. TINDAKAN DAN TERAPI

Infus RL 20tpm

Injeksi ceftriaxone 2x1 vial 1g

Injeksi santagesik 3x1 amp 500mg

Injeksi ranitidine 2x1 amp 50mg

Injeksi kalnex 3x1 amp 500mg

2. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data Subyektif : Kerusakan Nyeri akut

- Klien mengeluh neuromuskuloskeletal

nyeri pada kaki

kanan

- Klien mengatakan

nyeri cekot-cekot

- Klien mengatakan

nyeri pada bagian

paha kiri

- Klien mengatakan

nyeri berskala 5

- Klien mengatakan
nyeri hilang

timbul

Data Objektif :

- Terdapat nyeri

tekan pada area

fraktur

- Klien tampak

menahan sakit

- Terpasang skin

traksi 3kg pada

kaki kanan

- TTV

TD:110/70 mmHg

N : 88x/menit
Respon nyeri Gangguan mobilitas
RR : 20x/menit
fisik
S : 36,4 C 0

Data Subyektif

- Klien mengatakan

nyeri pada kaki

kanan

- Klien mengatakan

nyeri saat
dilakukan

pergerakan

Data Objektif

- Klien tampak

menahan sakit

- Gerakan klien

terbatas

- Klien terpasang

skin traksi 3kg di

kaki kanan

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuloskeletal

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan respon nyeri


3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil Perencanaan dan rasional

Nyeri akut Tujuan : 1. kaji nyeri dengan skala

berhubungan Setelah dilakukan Rasional :

dengan kerusakan tindakan keperawatan nyeri merupakan respon

neuromuskuloskel 3x24 jam diharapkan subjektif yang dapat dikaji

etal nyeri berkurang. dengan menggunakan

Kriteria hasil : skala nyeri. Klien

1. mampu melaporkan nyeri biasanya

mengungkapkan nyeri diatas tingkat cedera.

berkurang

2. skala nyeri 2. Atur posisi imobilisasi

berkurang pada paha

3. tampak rileks Rasional: imobilisasi yang

adekuat dapat mengurangi

pergerakan

fragmen tulang yang

menjadi unsur utama

penyebab nyeri pada

daerah paha

3. Manajemen

lingkungan : lingkungan
tenang, batasi pengunjung,

dan istirahatkan klien.

Rasional : lingkungan

tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal

dan pembatasan

pengunjung akan

membantu meningkatkan

kondisi oksigen ruangan

yang akan berkurang

apabila banyak

pengunjung yang berada

diruangan istirahat akan

menurunkan oksigen

jaringan perifer.

4. Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam ketika

nyeri muncul

Rasional : meningkatkan

asupan oksigen sehingga

akan menurunkan nyeri

sekunder akibat iskemia.


5. Ajarkan teknik distraksi

pada saat nyeri

Rasional : distraksi dapat

menurunkan stimulus

internal dengan

mekanisme peningkatan

produksi endorfin dan

enkefalin yang dapar

memblok reseptor nyeri

agar tdak dikirimkan ke

korteks serebri sehingga

menurunkan persepsi nyeri

6. Lakukan managemen

sentuhan

Rasional : managemen

sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat

membantu menurunkan

nyeri. Masase ringan dapat

meningkatkan aliran darah

dan oksigen ke area nyeri.


7. Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman,

misalnya waktu tidur,

belakang tubuh klien

dipasang bantal kecil.

Rasional : istirahat

merelaksasikan semua

jaringan sehingga akan

meningkatkan

kenyamanan.

8. Kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

analgesik

Rasional : analgesik

memblok lintasan nyeri

sehingga nyeri akan

berkurang.

2. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Jam Implementasi paraf Evaluasi

Nyeri akut 13/4/19

berhubungan 15.15 1.Mengaji nyeri Evaluasi dilakukan


pada jam 18.00 WIB
dengan dengan skala
Subjektif :
kerusakan 1.klien mengeluh
nyeri pada kaki
15.20 2. Memanajemen kanna
neuromuskulos
2. klien mengatakan
lingkungan : nyerinya cekot-cekot
keletal
3. klien mengatakan
lingkungan tenang, nyeri dibagian paha
kanan
batasi pengunjung, 4. klien mengatakan
berskala 5
dan istirahatkan klien 5. klien mengatakan
nyeri hilang timbul
15.25
Objektif :
3. Mengajarkan 1. terdapat nyeri
tekan pada area
teknik relaksasi fraktur
2. klien tampak
pernapasan menahan sakit
3. TTV :
dalam ketika TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
nyeri muncul RR : 20x/menit
15.30 S : 36,4 0C

4. Mengajarkante Assessment :
Masalah
knik distraksi keperawatan belum
teratasi

15.35 pada saat nyeri Planning :


Rencana tindakan

5. Melakukan dilanjutkan nomer

15.40 managemen 1,5,6 dan 7

sentuhan
6. Memberikan

kesempatan

waktu istirahat

bila terasa

nyeri dan
15.50
berikan posisi

yang nyaman

7. Berkolaborasi

dengan dokter

dalam

pemberian

analgesik

Nyeri akut 14/4/19

berhubungan 07.00
dengan Evaluasi dilakukan
pada jam 09.00 WIB
kerusakan
Subjektif :
neuromuskulos 07.10 1.klien mengeluh
nyeri pada kaki
keletal kanna
2. klien mengatakan
1. Mengaji nyeri nyerinya cekot-cekot
3. klien mengatakan
07.15 dengan skala nyeri dibagian paha
kanan
4. klien mengatakan
berskala 4
2.Melakukan 5. klien mengatakan
nyeri hilang timbul
managemen
Objektif :
sentuhan 1. terdapat nyeri
tekan pada area
fraktur
2. klien tampak
3. Memberikan
menahan sakit
3. TTV :
07.30 kesempatan
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
waktu istirahat
RR : 20x/menit
S : 36,5 0C
bila terasa
Assessment :
nyeri dan Masalah
keperawatan teratasi
berikan posisi sebagian
yang nyaman Planning :
Rencana tindakan
15/4/19
Nyeri akut dilanjutkan nomer 1
15.20 4. Berkolaborasi
berhubungan dan 7
dengan dokter
dengan
dalam
kerusakan 15.35
pemberian
neuromuskulos
analgesik
keletal Evaluasi dilakukan
pada jam 18.00 WIB

Subjektif :
1.klien mengeluh
nyeri pada kaki
kanna
1. Mengaji nyeri 2. klien mengatakan
nyerinya cekot-cekot
dengan skala 3. klien mengatakan
nyeri dibagian luka
operasi
2. Berkolaborasi 4. klien mengatakan
berskala 5
dengan dokter 5. klien mengatakan
nyeri hilang timbul
dalam
Objektif :
pemberian 1. terdapat luka post
operasi
analgesik 2. klien tampak
menahan sakit
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 83x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4 0C

Assessment :
Masalah
16/4/19 keperawatan teratasi
sebagian
Nyeri akut 07.15
Planning :
berhubungan Rencana tindakan

dengan dilanjutkan nomer 1

kerusakan 07.30 dan 7

neuromuskulos

keletal
Evaluasi dilakukan
pada jam 09.30 WIB

Subjektif :
1. Mengaji nyeri 1.klien mengeluh
nyeri pada kaki
dengan skala kanna
2. klien mengatakan
nyerinya cekot-cekot
3. klien mengatakan
2. Berkolaborasi nyeri dibagian luka
operasi
dengan dokter 4. klien mengatakan
dalam berskala 3
5. klien mengatakan
pemberian nyeri hilang timbul

analgesik Objektif :
1. terdapat luka post
operasi
2. klien tampak
menahan sakit
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,6 0C

Assessment :
Masalah
keperawatan teratasi
sebagian

Planning :
Rencana tindakan

dilanjutkan nomer 1

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai pembahasan penelitian dari tinjauan

kasus pada Klien Closed Fraktur Femur di Ruang Bougenvil RSUD Dr. R

Koesma Tuban dengan unit analisis yang diteliti berjumlah 2 klien. Serta untuk

mengetahui perbedaan antara kasus nyata yang telah ditemukan dengan teori.
5.1 Pengkajian Keperawatan pada Klien Closed Fraktur Femur di Ruang

Bougenvil RSUD Dr. R Koesma Tuban

Pada tinjauan kasus didapatan data bahwa pengkajian tanggal 04 April

2019 pada klien 1 ditemukan data yaitu An. “S” berusia 7 tahun yang terdiagnosa

Closed Fraktur Femur 1/3 Proximal Sinistra. Saat dilakukan wawancara klien

mengeluh nyeri pada kaki kiri, nyeri cekot-cekot, berskala 6 dan nyeri hilang

timbul, nyeri bertambah saat dilakukan pergerakan. Saat dilakukan pengkajian

klien tampak menahan sakit, kaki kiri terpasang spalk, terdapat nyeri tekan pada

area fraktur

Selanjutnya data kedua pada pengkajian tanggal 13 April 2019 pada klien

2 ditemukan data yaitu Sdr “L” berusia 20 tahun yang terdiagnosa Closed Fraktur

Femur 1/3 Proximal Dextra. Saat dilakukan wawancara klien mengeluh nyeri

pada kaki kanan, nyeri cekot-cekot, berskala 5 dan nyeri hilang timbul, nyeri

bertambah saat dilakukan pergerakan. Saat dilakukan pengkajian klien tampak

menahan sakit, kaki kanan terpasang skin traksi 3kg, terdapat nyeri tekan pada

area fraktur.

Pada umumnya keluhan utama pada kasus closed fraktur femur yaitu rasa

nyeri. Nyeri tersebut dapat menjadi akut atau kronis tergantung lamanya serangan

(Asikin, 2017).

Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial,

atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Nyeri hanya

dapat dirasakan dan dapat digambarkan secara akurat oleh individu yang
mengalami nyeri itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu

usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,

pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial

(Andarmoyo, 2013).

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri. Pada

sebagian anak terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang

dialami karena mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima

nantinya. Pada pasien lansia, ada beberapa yang mencari perawatan kesehatan

karena nyeri, yang lainnya enggan untuk mencari bantuan bahkan ketika

mengalami nyeri hebat, karena mereka merasa takut nyeri tersebut menandakan

penyakit yang serius (Andarmoyo, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa keluhan utama pada klien 1 dan klien 2 Closed

Fraktur Femur yaitu nyeri pada area fraktur dengan skala nyeri yang berbeda.

Kemungkinan berbeda tersebut dikarenakan perbedaan usia. Perbedaan usia mulai

dari anak-anak mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri, semakin

bertambahnya usia maka akan mengganggap bahwa nyeri adalah sesuatu yang

biasa terjadi sehingga cenderung untuk mengabaikan nyeri dan menahan nyeri

yang berat.

5.2 Diagnosa Keperawatan pada Klien Closed Fraktur Femur di Ruang

Bougenvil RSUD Dr. R Koesma Tuban

Dari data pengkajian yang dilakukan terhadap kedua klien sesuai dengan

format pengkajian keperawatan medical bedah kemudian dilakukan analisa data

yaitu pengelompokkan data yang telah disusun dalam satu tabel yang berisi data
subyektif, data obyektif, problem (masalah), dan etiologi (penyebab + tanda dan

gejala). Sehingga dari analisa data tersebut akan muncul masalah keperawatan

yaitu nyeri akut berhubungan dengan kerusakan neuromuskuloskeletal yang

ditandai dengan adanya batuk produktif dan adanya suara napas tambahan berupa

ronkhi.

Diagnosis keperawatan pada klien 1 dan klien 2 sama dengan penyebab

yang sama juga yaitu trauma bedah yang ditandai dengan luka jahitan post SC,

ekspresi wajah klien tampak menahan sakit, klien tampak lemas.

Menurut Muttaqin 2008, diagnosa keperawatan yang biasa ditemui pada

klien dengan Closed Fraktur Femur yaitu nyeri akibat pergerakan fragmen tulang,

resiko tinggi infeksi akibat luka operasi pada paha, kerusakan integritas kulit dan

ansietas. Diagnosa keperawatan yang prioritas utama pada klien Closed Fraktur

Femur adalah nyeri akut berhubungan dengan kerusakan neuromuskuloskeletal

yang ditandai dengan adanya luka jahitan post SC.

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan diagnosa keperawatan pada kedua

klien sama, dan penyebabnya juga sama, hal ini dikarenakan keluhan pada klien

yang sama. Pada Closed Fraktur Femur, nyeri merupakan masalah yang paling

sering dijumpai karena terjadi kerusakan pada jaringan lunak.

5.3 Perencanaan Keperawatan pada Closed Fraktur Femur di Ruang

Bougenvil RSUD Dr. R Koesma Tuban


Perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 sama meliputi

mengkaji nyeri dengan skala, mengatur posisi imobilisasi pada paha,

memanajemen lingkungan, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan ketika nyeri

muncul, mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, melakukan managemen

sentuhan, memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri, dan berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgesik.

Pada perencanaan klien menurut Muttaqin 2012 yaitu mengkaji nyeri

dengan skala, mengatur posisi imobilisasi pada paha untuk mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menyebabbkan nyeri, memanajemen

lingkungan : lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan klien untuk

menurunkan stimulus nyeri eksternal, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan

ketika nyeri muncul dapat miningkatkan oksigen sehingga menurunkan nyeri

sekunder skibat iskemia, mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri untuk

menurunkan stimulus internal, melakukan managemen sentuhan berupa dukungan

psikologis dapat membantu menurunkan nyeri, memberikan waktu istirahat bila

terasa nyeri untuk merelaksasikan semua jaringan, dan berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgesik.

Namun tidak semua rencana intervensi pada klien 1 dan klien 2 dilakukan,

ada yang tidak sesuai dengan teori karena mmengatur posisi imobilisasi pada paha

sudah dilakukan saat klien berada di IGD RSUD Dr. R Koesma Tuban. Adanya

perbedaan pada perencanaan dan teori karena disesuaikan dengan kondisi /

keadaan dan kebutuhan yang diperlukan klien serta menyesuaikan dengan kondisi

ruang perawatan
5.4 Pelaksanaan Keperawatan pada Closed Fraktur Femur di Ruang

Bougenvil RSUD Dr. R Koesma Tuban

Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 yaitu mengkaji

nyeri dengan skala, mengatur posisi imobilisasi pada paha, memanajemen

lingkungan, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan ketika nyeri muncul,

mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, melakukan managemen sentuhan,

memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri, dan berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik.

Pada implementasi menurut teori adalah mengkaji nyeri dengan skala,

mengatur posisi imobilisasi pada paha untuk mengurangi pergerakan fragmen

tulang yang menyebabbkan nyeri, memanajemen lingkungan : lingkungan tenang,

batasi pengunjung, dan istirahatkan klien untuk menurunkan stimulus nyeri

eksternal, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan ketika nyeri muncul dapat

miningkatkan oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder skibat iskemia,

mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri untuk menurunkan stimulus internal,

melakukan managemen sentuhan berupa dukungan psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri, memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri untuk

merelaksasikan semua jaringan, dan berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgesik (Muttaqin, 2012).

Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 sudah sesuai teori

yang ada, tetapi ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan sesuai teori yaitu
mengatur posisi imobilisasi pada paha dikarenakan tindakan tersebut sudah

dilakukan di ruang IGD sebelum klien pindah ke ruang buougnevil.

Pada klien 1 dan klien 2 tidak mengalami hambatan karena kedua klien

kooperatif, mengajukan beberapa pertanyaan dan ikut mempraktikkan apa yang

diajarkan. Klien menerapkan apa yang diajarkan oleh perawat untuk meringankan

keluhan yang dirasakan, serta menganggap tindakan yang diberikan oleh perawat

sangat penting bagi kesehatan.

5.5 Evaluasi Keperawatan pada Closed Fraktur Femur di Ruang Bougenvil

RSUD Dr. R Koesma Tuban

Tujuan intervensi pada klien 1 dan klien 2 tercapai sebagian karena

didapatkan hasil klien mengeluh nyeri berkurang, namun tetap masih merasakan

nyeri belum hilang, dapat melakukan mobilisasi meskipun secara bertahap dan

klien sudah lebih segar dari hari sebelumnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan

evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan 2 jam setelah peneliti melakukan

implementasi.

Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan

dengan menilai kemampuan dalam merespons rangasangan nyeri diantaranya 1)

klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, 2) mendapatkan pemahaman yang

akurat mengenai nyeri, 3) mampu mempertahankan kesejahteraan dan

meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, 4) mampu

menggunakan tindakan-tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis, 5) mempu


menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri (Andarmoyo,

2013).

Evaluasi yang didapat pada klien 1 dan klien 2 bahwa tujuan intervensi

keperawatan tercapai sebagian. Hal ini dikarenakan klien sudah mampu mengikuti

dan mau melaksanakan intervensi tindakan keperawatan yang dianjurkan oleh

perawat.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Klien 1 dan klien 2 adalah pasien baru closed fraktur femur dimana pada masa

ini keluhan utama dari klien adalah nyeri. Keluhan utama pada klien 1 dan
klien 2 sama yaitu nyeri pada kaki yang mengalami fraktur. Ada perbedaan

skala nyeri pada klien 1 dan klien 2. Klien 1 mengeluh nyeri dengan skala 6

dan klien 2 mengeluh nyeri dengan skala 5.

2. Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 sama dengan penyebab yang

sama pula pada klien closed fraktur femur adalah nyeri akut berhubungan

dengan kerusakan neuromuskuloskeletal ditandai dengan adanya luka jahitan /

luka bekas operasi Sectio Caesarea

3. Perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 yaitu mengkaji

nyeri dengan skala, mengatur posisi imobilisasi pada paha, memanajemen

lingkungan, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan ketika nyeri muncul,

mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, melakukan managemen sentuhan,

memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri, dan berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik.

4. Implementasi / tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2

sesuai dengan rencana tindakan yang telah di buat. Peneliti melakukan

tindakan selama 3x24 jam

5. Evaluasi akhir dari penelitian pada kedua klien masalah teratasi sebagian

dengan didapatkan data, kedua klien mengungkapkan nyeri berkurang, wajah

kedua klien tampak rileks.

6.2 Saran

Beberapa kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yang dapat

disampaikan yaitu :
1. Diagnosa keperawatan pada 2 klien tersebut sama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan kerusakan neuromuskuloskeletal ditandai dengan

adanya luka jahitan / luka bekas operasi Sectio Caesarea. Klien diajarkan

tindakan untuk mengantisipasi dan mengurangi terjadinya nyeri seperti teknik

distraksi dan relaksasi.

2. Keluarga sebaiknya ikut serta dalam tindakan keperawatan untuk mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan klien.

3. Bagi tenaga kesehatan sebaiknya lebih peduli dan empati terhadap klien.

Anda mungkin juga menyukai