CK-MB menjadi suatu alat yang penting dalam mengevaluasi suatu Infrack
Miokardial dan sindroma koroner akut. CK-MB adalah 1 dari 3 isoenzim dimerik yang
terdiri dari aktivitas total CK. Seluruh sitoplasmik CK disusun oleh sub unit M dan/atau B
yang saling berhubungan membentuk isoenzim CK-MM, CK-MB, dan CK-BB. CK-MM
sebagian besar berada di otot lurik, keduanya yaitu pada otot skelet dan miokard.
CK-MB adalah bentuk jaringan dan awalnya dilepaskan oleh miokardium setelah MI.
Kemudian berubah di serum menjadi isoform CK-MB1. Hal ini terjadi segera setelah
gejala terjadi. Pada pasien yang memiiiki penyakit jantung, sebagai contoh: jantung
koroner, infark miokard, sterosis aorta, penyakit pembuluh darah koroner (CAD), atau
keduanya, isoenzim CK-MB sekitar 20% lebih dari total CK di dalam jaringan, dimana
kandungan CK-MB hanya 0-3% dari total CK di otot skeletal.
Pemakaian utama CK untuk kepentingan klinis adalah untuk mendeteksi infark
miokardium akut (MCI). Distribusi CK dalam miokardium adalah sekitar 80% MM dan 20
% MB, sedangkan isoenzim di otot rangka hampir seluruhnya adalah MM. Dengan
demikian kemunculan mendadak CK-MB dalam serum mengisyaratkan asal dari
miokardium, terutama pada situasi klinis yang pasiennya mengalami nyeri dada dan
perubahan elektrokardiogram.
CK dan CK-MB serum meningkat dalam 4 – 6 jam setelah MCI akut, mencapai
puncaknya dalam 18 – 24 jam (> 6 kali kadar normalnya) dan kembali normal dalam 3 – 4
hari, kecuali jika terjadi perluasan infark atau reinfark.
Selama lebih dari 20 tahun, standard emas untuk mendeteksi IMA adalah
pengukuran creatine kinase isoen- zyme MB (CK-MB) dalam serum. Peningkatan maupun
penurunan CK-MB serial sangat berkaitan dengan Infark Miokardium Akut. Tetapi petanda
enzim ini tidak kardiospesifik, dapat meningkat pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk
memprediksi Infark Miokardium Akut pada 0-4 jam setelah nyeri dada dan tidak
mendeteksi jejas pada pasien dengan onset Infark Miokardium Akut yang lama. Di samping
itu CK-MB juga tidak bisa mendeteksi adanya jejas miokard yang kecil, yang berisiko
tinggi untuk IMA dan kematian jantung mendadak.
Sensitivitas CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifisitas agak rendah.
CKMB, isoensim dari CPK, memiliki tingkat spesifisitas yang lebih tinggi dari CPK.
Peningkatan CK-MB isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung. CK-
MB juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary obstructive
myocardial necrosis, seperti peradangan, trauma, degenerasi.
CKMB sebagai standard emas diagnosis IMA mempunyai keterbatasan, yaitu tidak
kardiospesifik, dapat meningkat pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk memprediksi
IMA pada 0-4 jam setelah nyeri dada dan tidak mendeteksi jejas pada pasien dengan onset
infark yang lama. Adanya nekrosis miokard yang kecil tidak terdeteksi pada EKG maupun
oleh CK-MB dan menunjukkan risiko tinggi IMA dan kematian mendadak jangka pendek
maupun jangka panjang.
plasma heparin dari darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB
sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan injeksi intra muscular (IM). Sampel serum
atau plasma harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah pencemaran oleh adenilat
kinase) dan disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa. Serum
atau plasma dapat digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu
kamar selama beberapa jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera
a. Nilai Rujukan
De
b. Masalah Klinis
c. Pemeriksaan CK-MB
1.) Pra Analitik
Persiapan Pasien
2.) Analitik
3.) Pasca Analitik
2. Troponin
Troponin adalah molekul protein yang merupakan bagian dari otot rangka dan
otot jantung. Otot polos tidak memiliki troponin. Troponin merupakan suatu kompleks
yang terdiri dari 3 buah subunit, yaitu troponin I, troponin C, dan troponin T yang
Troponin umumnya tidak terdeteksi pada darah orang sehat. Troponin yang
berlokasi pada filamen tipis dan mengatur aktivasi kalsium untuk kontraksi otot secara
teratur, merupakan suatu protein kompleks yang terdiri dari 3 subunit dengan struktur
dan fungsi yang berbeda, yaitu : Troponin T (TnT), Troponin I (TnI),3) Troponin C
(TnC).
Troponin T spesifik untuk jantung dan struktur primernya berbeda dari otot
skelet isoform. Demikian pula TnI untuk otot jantung dan dapat dibedakan dari otot
skelet lainnya dengan cara imunologik. Sebaiknya TnC ditemukan pada otot jantung
dan rangka. Kompleks troponin adalah suatu kelompok yang terdiri dari 3 subunit
protein yang berlokasi pada filamen tipis dari apparatus kontraktil, yaitu :
pengaturan aktifasi filamen tipis selama kontraksi otot skelet dan jantung.
subunit penghambat yang mencegah kontraksi otot tanpa adanya kalsium dan
troponin.
Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT)
yang ditemukan di dalam sel-sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.
Troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) dikeluarkan ke dalam sirkulasi setelah
cedera miokardium. Sel-sel otot rangka mensintesis molekul troponin yang secara
miokardium yang cedera terjadi dalam dua fase. Pertama, pada kerusakan awal
beberapa troponin jantung dengan cepat keluar dari sel-sel miokardium dan masuk ke
dalam sirkulasi bersama dengan CK-MB dan memuncak pada 4-8 jam.
troponin jantung juga dibebaskan dari aparatus kontraktil intrasel. Pelepasan troponin
yang berkelanjutan ini memberikan informasi yang setara dengan yang diberikan oleh
Karena itu penggabungan pengukuran mioglobin (sangat sensitif tetapi kurang spesifik
untuk cedera miokardium) dan troponin jantung (sangat spesifik untuk cedera
mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri dada
karena serangan jantung atau mungkin karena penyebab lainnya. Selama ini, penanda
cedera jantung yang umum digunakan adalah CK-MBdan laktat dehidrogenase (LDH).
menimbulkan hasil positif palsu pada cedera otot lainnya. Hal ini dapat dijumpai,
misalnya pada pelari maraton atau pasien dengan distrofi otot yang menghasilkan CK-
MB di otot rangka, atau pasien dengan gagal ginjal yang mengalami gangguan
mengeluarkan CK-MB dan mioglobin dari sirkulasi. Troponin jantung tetap rendah
(yang mungkin menjadi positif pada cedera otot rangka) dan tetap tinggi untuk jangka
secara menetap pada pasien dengan penyakit miokardium yang tidak memperlihatkan
angina yang tidak stabil; troponin bisa untuk memantau perkembangan klinis pada
Ketika seorang pasien mengalami serangan jantung, kadar troponin bisa menjadi
meningkat dalam darah dalam waktu 3 atau 4 jam setelah cedera dan dapat tetap tinggi
selama 1-2 minggu setelah serangan jantung. Pengujian ini tidak terpengaruh oleh
kerusakan otot lain, sehingga suntikan, kecelakaan, dan obat-obatan yang dapat merusak
Penting untuk dicatat bahwa troponin jantung adalah penanda dari semua kerusakan
otot jantung, bukan hanya infark miokard. Kondisi lain yang langsung atau tidak
langsung mengakibatkan kerusakan otot jantung juga bisa meningkatkan kadar troponin.
dengan arteri koroner normal juga dapat menyebabkan peningkatan troponin, misalnya,
mungkin karena permintaan oksigen meningkat dan pasokan oksigen yang tidak
Troponin juga meningkat pada pasien dengan gagal jantung, kondisi inflamasi
(miokarditis dan perikarditis dengan keterlibatan otot jantung yang kemudian disebut
memar, defibrilasi dan kardioversi internal atau eksternal. Peningkatan troponin juga
meningkat pada beberapa prosedur seperti operasi jantung dan transplantasi jantung,
penutupan cacat septum atrium, intervensi koroner perkutan atau ablasi frekuensi radio.
a. Pemeriksaan Troponin I
Uji troponin bisa dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif dengan metode
yang beragam. Cara uji yang relatif simpel dan banyak digunakan adalah secara
cTnI pada serum manusia sebagai alat bantu diagnosis IMA. Jika sampel serum
ditambahkan pada sample pad, maka sampel serum akan bergerak melalui konjugasi
antibodi anti-cTnI yang dilapisi pada daerah uji. Kadar cTnI >1,0 ng/mL
menyebabkan terbentuknya pita berwarna pada daerah uji. Tidak adanya cTnI dalam
serum sampel membuat daerah tersebut tetap tak berwarna. Sampel terus bergerak
ke arah kontrol dan membentuk warna pink sampai ungu, menunjukkan uji yang
valid. Melakukan prosedur uji tersebut, peralatan dan spesimen harus pada suhu
ruangan (sampel sebaiknya baru dan bila disimpan di pendingin, harus ditunggu
sampai tercapai suhu ruangan). Sampel diteteskan secara vertikal pada sumur
sampel sebanyak 2-3 tetes (100-150 ul). Hasil dibaca antara 5 sampai 15 menit.
Interpretasi meliputi positif dan valid bila 2 pita warna tampak dalam 15 menit
(hasil tes dapat dibaca segera setelah pita warna tampak pada area tes); negatif bila
area tes tanpa pita warna dan area kontrol tampak pita warna dan invalid, jika tak
serum penderita dan larutan inkubasi yang antara lain mengandung anti berlabel
biotin dan anti biotin TnT berlabel enzim. Biotin akan berikatan dengan streptavidin.
Selanjutnya TnT yang terdapat pada serum penderita akan berikatan dengan anti
TnT berlabel dengan anti TnT berlabel Biotin yang terikat streptavidin pada satu sel
dan pada sisi lainnya berikatan dengan anti TnT berlabel enzim. Setelah itu tabung
di cuci dengan larutan pencuci dan kemudian ditambahkan subtrat ABTS dan H2O2.
bila dalam serum penderita terdapat TnT yang dapat di baca dengan fotometer pada
panjang gelombang 405 nm, pemeriksaan TnT Elisa menggunakan alat Automotik
tabung – tabung yang berisi reagensi menurut urutan yang ditunjukan pada layar
monitor. Pipet masing – masing 200 uL 6 standar, 2 kontrol Tnt dan sampel yang
akan di periksa masing – masing ke dalam tabung streptavidin. Selanjutnya alat akan
bekerja secara otomatis sampai didapatkan hasil pada kertas printer berupa kadar
TnT dalam satuan ng/mL. Lamanya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan TnT
a. Lipase
Lipase ialah enzim yang mencegah trigliserida menjadi asam lemak dan
gliserol. Enzim semacam itu ada beberapa jenis dan masing-masing mempunyai
substrat yang spesifik baginya, tetapi secara menyeluruh aktipitas lipolitik enzim-
enzim itu menggolongkannya sebagai lipase. Pancreas adalah sumber satu-satunya
lipase yang disekkresikan ke dalam lumen saluran cerna. Kadar lipase dalam
serum berkaitan lebih spesifik dengan pangkreas dari kadar amylase. Tetapi ters
untuk menetapkan kadar lipase bersifat dan lebih sulit dari pengukuran amylase.
Kadar lipase dalam serum meningkata pada radang pangkreas dan peningkatan itu
tinggal lebih lama dibandingkan dengan kadar amylase. Lipase tidak dikeluarkan
ke dalam urin.
Kadar lipase dalam serum yang tertinggi terjadi pada pangkreatitis akut, tetapi
karsinoma pancreas menyebabkan penigkatan sedang yang terus menerus. Morfin
dan obat cholinergic berpengaruh pada kadar lipase kea rah sama seperti kepada
lipase. Lipase dalam serum tahan simpan sampai seminggu atau lebih. Spesimen
yang mengalami hemolisis sedikit boleh dipakai untuk analisis, tetapi kalau
hemolisis berat, penetapan akan terganggu. Peningkatan kadar lipase dan amilase
terjadi pada permulaan penyakit, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari,
sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium
lanjut.
Prinsip :
pada suatu micro-emulsion yang akan dipecah oleh lipase menjadi co-lipase dan bile acid.
Kombinasi colipase, bile acid dan substrat akan mengalami penguraian oleh enzim
lipolitik dan esterase sehingga menghasilkan methylresorufin ester yang dengan cepat
Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah terjadinya
hemolisis.
Terapkan puasa pada klien, kecuali tetap diperbolehkan minum air selama 8 sampai
12 jam.
Pemberian obat narkotik dihentikan selama 24 jam sebelum uji dilakukan jika obat
narkotik diberikan dalam 24 jam sebelum uji dilakukan, nama obat dan waktu
Nilai Rujukan
Dewasa : 20-180 IU/l, 114-286 U/l, 14-280 U/l (Satuan SI). Nilainya berfariasi
disetiap laboratorium.
Anak : Bayi : 9-105 IU/l pada suhu 37°C. Anak : 20-136 IU/l pada suhu 37°C.
Tujuan
Masalah klinis
Enzim ini dihasilkan oleh getah pankreas, bersama dengan enzim lipase dan tripsin.
Enzim amilase memiliki kemampuan untuk mempercepat reaksi perubahan amilum
menjadi maltosa. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar
ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam
serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase
meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal
kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa sakit yang berat pada perut. Kadar
amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu, pasca bedah pada
lambung.
Prinsip :
Cara kerja :
Isoenzim serum : jenis S (saliva) : 45-70%. Jenis P (pankreas) : 30-55%. Nilai mungkin akan
Tujuan :
Untuk membantu dalam mendiagnosis pankreatitis akut dan masalah kesehatan lainnya (lihat
masalah klinis).
Masalah Klinis :
Penurunan kadar : dekstrosa 5% intravena dalam air (lV D5W), pankreatitis kronis tahap
lanjut, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme kronis, hepatitis toksik, luka bakar yang
parah, tirotoksikosis yang parah. Pengaruh obat : glukosa (lV D5W), sitrat, fluorida, oksalat.
Peningkatan kadar : pankreatitis akut, pankreatitis kronis (awitan akut), gastrektomi parsial,
pembentukan ulkus peptik, obstruksi saluran pankreas, kolesistitis akut, kanker pankreas,
asidosis diabetik, diabetes melitus, intoksikasi alkohol akut, gondong, gagal ginjal, hipertrofi
prostat jinak, luka bakar, kehamilan, pengaruh obat : meperidin (demerol), kodein, morfin,
betanekol klorida (urecholine), pentazosin (talwin), etil alkohol (jumlah besar), ACTH,
2. TRIPSIN
Dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan dialirkan kedalam usus 12 jari (duodenum). Cara
kerja enzim tripsin yaitu: asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding
molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa keseluruh sel
yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino membentuk protein
untuk berbagai kebutuhan sel. Enzim Tripsin mengubah protein menjadi polipeptida.