Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. S.

DENGAN FRAKTUR FEMOR DEXRA ⅓TENGAH


DI RUANG 13 RSSA MALANG

Tugas Laporan Praktek


Profesi Keperawatan Bagian Surgical

O
L
E
H

SUKRIYADI
NIM.9901075047-72

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG- 2001
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapkasa. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabakan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa tidak langsung, misalnya
jatuh bertumpu pada lengan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya.
Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang
patah dengan luka terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Di antara
jenis patah tulang, patah tulang cruris adalah menduduki peringkat pertama dari
keseluruhan angka kejadian patah tulang yang terjadi. Penderita kebanyakan adalah
pengendara sepeda motor. Komplikasi akibat patah tulang cukup banyak mulai dari ringan
sampai berat bahkan sampai menimbulkan kecacatan, di samping itu patah tulang
membutuhkan biaya perawatan dan pengobatan yang cukup tinggi.

Tujuan Umum
Setelah melakukan pembelajaran klinik mampu:
- mengidentifikasikan faktor-faktor yang berkaitan dengan konsep dan teori bio-
psiko-sosial-spiritual untuk mendukung perawatan klien fraktur.
- Menganalisa dan mensintesakan sumber-sumber kepustakaan tentang anatomi
fisiologis dan patofisiologi untuk mendukung perawatan fraktur.
- Mengevaluasi kompetensi praktek keperawatan medical bedah yang berkaitan
dengan kasus fraktur.
- Melakukan keperawatan yang komprehensif yang berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal (fraktur)

Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran klinik mampu:
- Mengkaji status kesehatan klien dengan fraktur femur
- Menegakkan diagnosa keperawatan pada kasus fraktur femur
- Menyusun rencana keperawatan pada kasus fraktur femur
- Melaksanakan tindakan keperawatan pada kasus fraktur cruris.
- Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya dengan masalah
muskuloskeletal khususnya fraktur femur
- Melakukan evaluasi pada kasus femur

TINJAUAN TEORITIS

Definisi Fraktur:
Diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya
kekerasan yang timbul secara mendadak. (Aswin, dkk,; 1986).
Klasifikasi Klinis:
1. Fraktur dahan patah (greenstick fracture); terjadi pada anak-anak, tulang patah di bawah
lapisan periosteum yang elastis dan tebal (lapisan periosteum sendiri tidak rusak).
2. Fissura fraktur; patah tulang yang tidak disertai perubahan letak yang berarti.
3. Fraktur yang lengkap (complete fracture); patah tulang yang disertai dengan
terpisahnya bagian-bagian tulang.
4. Comminuted fracture; tulang patah menjadi beberapa fragmen.
5. Fraktur tekan (stress fracture); kerusakan tulang karena kelemahan yang terjadi
sesudah berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak lazim.
6. Impacted fracture; fragmen-fragmen tulang terdorong masuk ke arah dalam tulang
satu sama lain, sehingga tidak dapat terjadi gerakan di antara fragmen-fragmen itu.

Gambaran klinis fraktur:


1. Riwayat trauma.
2. Nyeri, pembengkakan dan nyeri pada daerah fraktur (tenderness).
3. Perubahan bentuk (deformitas).
4. Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian-persendian yang terdekat.
5. Gerakan-gerakan yang abnormal.
6. Krepitasi.

Prinsip terapi fraktur


Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur
yaitu:
1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985);
Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang
berperanan dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan
kemungkinan tulang yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik
untuk fraktur.
2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984)
- Reposisi.
- Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup.
Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi narkotika
intravena, obat penenang (sedatif a0 atau anastesia blok saraf lokal). Pada waktu
merencanakan perawatan klien perlu dinilai; keadaan sosial, kemungkinan dukungan
dari keluarga, kemungkinan pengaruh cedera pada kehidupan klien pada beberapa
bulan yang akan datang dan harapan dari klien sendiri. Perlu diberikan penjelasan
tentang adnya kemungkinan reduksi tidak berhasil, akibat fraktur yang dapat
terjadi, periode serta sifat ketidakmampuan klien. Contoh; klien yang mengalami
fraktur pada daerah siku jarang dapat mengekstensikan lengan sepenuhnya dan
“mengunci” sikunya. Jika reduksi ecara manual dan tertutup dengan analgetik
lokal tidak berhasil, maka upaya ini harus dihentikan, klien perlu dirawat di rumah
sakit disiapkan untuk anastesi umum dan direncanakan reduksi di kamar operasi.
- Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang pin
trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.
- Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan
plat pin, batang atau sekrup.
3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985)
Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul
penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang
tergantung pada fraktur:
- Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan
ambin atau balutan lunak
- Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace
- Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan
perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan.
- Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial
Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular. Adanya
nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal merupakan
tanda disfungsi neurovaskuler.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi
dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai.
Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang mencukupi, sehingga
pasien dapat dipindahkan memakai gibs atau brace.
Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional
sendi yang bersangkutan.

4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995)
Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot
dan kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini
dimudahkan dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi
sendi tersebut. Adanya penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup
menjadi indikasi untuk melepas bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang
sempurna (konsolidasi) seringkali berlangsung dalam waktu yang lama. Bila
konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan untuk menahan beban atau
menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.

Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut:


1. Stadium pembentukan hematom;
- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah
yang robek.
- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot).
- Terjadi sekitar 1 – 2 x 24 jam.
2. Stadium proliferasi sel/implamasi;
- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur.
- Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast.
- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.
- Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.
- Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi.
3. Stadium pembentukan kallus;
- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus).
- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.
- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.
- Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
4. Stadium konsolidasi
- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu.
- Secara bertahap menjadi tulang mature.
- Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.
5. Stadium remodeling;
- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur.
- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast.
- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan
tulang.

Faktor-faktor yang menghambat penyambungan (union) fragmen-fragmen;


1. Luas fraktur.
2. Reposisi yang tidak memadai.
3. Imobilisasi yang tidak memadai ditinjau dari segi waktu maupun luas imobilisasi.
4. Sepsis atau tindakan pembedahan.
Faktor-faktor yang mencegah terjadinya penyambungan (union) fragmen-fragmen;
1. Interposisi jaringan lunak seperti otot di antara ujung-ujung fraktur.
2. Imobilisasi yang tidak memadai.
3. Traksi yang berlebihan (distraksi), sehingga mencegah peyambungan oleh callus.
4. Infeksi.
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : SUKRIYADI


NIM : 9901075047-72
Masalah Kesehatan : Fraktur
Definisi fraktur : Diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya
disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Ada 5
(lima) macam sumber fraktur, yaitu:
- Imcompleter: Fraktur yang melibatkan bagian potongan menyilang
dari tulang salah satu sisi patah yang lain bengkok.
- Complete: Fraktur yang melibatkan seluruh potongan menyilang
dari tulang
- Tertutup (Simple): Faktur tidak meluas melewati kulit
- Terbuka (compaund): Fraktur tulang meluas melewati otot dan kulit
- Patologis: Fraktur terjadi pada penyakit tulang
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dikaitkan Dengan Patofisiologi
Jatuh Truama/Kekerasan Cedera

Benturan Kecelakaan
Kompresi tulang

Diskontinuitas fraktur

Kerusakan Rangka Perubahan Struktur Imobilisasi Penurunan Saturasi


Neuromuskular Jaringan Oksigen Arteri
Tekanan area pung-gung,
pinggang, gluteal
Kekuatan otot Tekanan pada Neoro Depresi sirkulasi
menurun sensoris meningkat Oksigen
Vaskulansasi
ROM menurun Release neurotransmiter menurun Masalah Keperawatan
prostaglandin,bradikinin Resiko tinggi keru-
bradikimin Ischemia sakan pertukaran gas
Gangguan Kontraktur
integritas Spasme otot
kulit Penurunan Ulserasi Masalah Keperawatan
aliran Resiko tinggi
darah terhadap infeksi
Respon nyeri Resiko tinggi keru-
meningkat Decubitus sakan integritas kulit
Masalah Keperawatan
Resiko tinggi Shock
Terhadap trauma Masalah Keperawatan
tambahan Nyeri akut
Resiko tinggi Resiko Shock /
terhadap disfungsi Neurogenik
vaskuler perifer
Pemeriksaan Diagnostik:
1. Pemeriksaan rontgen : untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur atau trauma
2. Scan tulang. CT Scan, IURI : untuk memperlihatkan fraktur dapat juga digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai
4. Hitung darah lengkap : peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stres
normal setelah trauma
5. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple atau cedera hati

Masalah Keperawatan: Masalah Kolaborasi:


Infeksi
1. Resiko tinggi terhadap trauma (tambahan)
2. Nyeri akut
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskular perifer
4. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas
5. Gangguan mobilitas fisik
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan kulit
7. Resiko tinggi terhadap infeksi
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko tinggi terhadap trauma (tambahan) sehubungan dengan kehilangan integritas
kulit/fraktur
Tujuan: Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur dengan kriteria:
- Stabilitas pada sisi fraktur
- Pembentukan kalus atau mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Pertahankan tirah baring/ekstremitasMeningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan
sesuai indikasi. Beri sokongan sendi gangguan posisi/penyembuhan
di atas dan di bawah fraktur bila
bergerak/membalik
2. Letakan papan di bawah tempat Tempat tidur lembut/lentur dapat membuat deformasi
tidur atau tempatkan pasien pada gips yang masih basah, mematahkan gips yang sudah
tempat tidur ortopedik kering atau mempengaruhi penarikan traksi
3. Sokong fraktur dengan bantal/ Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan
gulungan selimut, pertahankan posisi yang tepat dapat mencegah deformitas pada gips
posisi netral pada bagian yang sakit yang kering
dengan bantal pasir, papan kaki
4. Evaluasi pembebat ekstremitas Pembebat mungkin digunakan untuk memberikan
terhadap resolusi oedema immobilisasi fraktur dimana pembengkakkan jaringan
berlebihan. Seiring dengan berkurangnya edema,
penilaian kembali pembebat atau penggunaan gips
plester mungkin diperlukan untuk mempertahankan
kesejajaran fraktur
5. Pertahankan posisi/integritas traksi Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur
tulang dan mengatasi tegangan otot atau pemendekan
untuk memudahkan posisi atau penyatuan. Traksi
tulang memungkinkan penggunaan berat lebih besar
untuk Penarikan traksi daripada digunakan untuk
jaringan kulit.
6. Kaji integritas alat traksi eksternal Traksi memberikan stabilisasi dan sokongan kaku
untuk tulang fraktur tanpa menggunakan katrol, tali
atau beban memungkinkan mobilisasi atau
kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan
perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan
klem atau ikatan dapat mengubah tekanan kerangka,
menyebabkan kesalahan posisi

2. Nyeri akut sehubungan dengan spasme otot/imobilisasi


Tujuan: Nyeri hilang dengan kriteria: Rilek; mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Pertahankan bagian yang sakit Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
dengan tirah baring tulang/jaringan yang cedera
2. Tinggikan dan dukung ekstremitas Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema
yang terluka dan menurunkan nyeri
3. Hindari penggunaan sprei/bantal plastik Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena
di bawah ekstremitas dalam gips peningkatan produksi panas dalam gips yang kering
4. Tinggikan penutup tempat tidur, Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
pertahankan linen terbuka pada ibu ketidaknyamanan karena tekanan selimut pada bagian
jari kaki yang sakit
5. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyaman, Mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan
perhatikan lokasi dan karakteristik, intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi
termasuk intensitas (skala 0 – 10). persepsi atau reaksi terhadap nyeri
Perhatikan petunjuk nyeri non verbal
6. Dorong pasien untuk mendiskusikan Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat
masalah sehubungan dengan cedera merasakan kebutuhan untuk menghilangkan
pengalaman kecelakaan
7. Jelaskan prosedur sebelum memulai Memungkinkan pasien untuk mulai secara mental
untuk aktivitas juga berpartisipasi dalam mengontrol
tingkat ketidaknyamanan.
8. Beri obat sebelum perawatan aktivitas Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan partisipasi.
9. Lakukan dan awasi latihan rentang Mempertahanakan kekuatan atau mobilitas otot yang
gerak pasif/aktif sakit dan memudahkan resolusi implamasi pada
jaringan yang cedera
10. Berikan alternatif tindakan Meningkatkan sirkulasi umum: menurunkan area
kenyamanan, contoh pijatan-pijatan tekanan lokal dan kelelahan otot.
punggung, perubahan posisi
11. Dorong/ajari teknik manajemen Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa
nyeri, latihan nafas dalam, sentuhan kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping
teraupeti selidiki keluhan nyeri yang dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk
tidak biasa/tiba-tiba periode lebih lama

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskular perifer sehubungan dengan penurunan


aliran darah
Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan dengan kriteria:
- Terabanya nadi
- Kulit hangat
- Sensasi normal
- Sensori biasa
- Tanda-tanda vital stabil
- Haluaran urian adequate untuk situasi individu

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional


1. Lepaskan segala perhiasan/aksesoris Dapat membendung sirkulasi bila terjadi oedema
yang ada pada ekstremitas yang
sakit
2. Evaluasi adanya kualitas nadi Penurunan/tidak adanya nadi dapat menggambarkan
perifer distal terhadap cedera cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera
melalui palpasi. Bandingkan dengan terhadap status sirkulasi. Waspadai bahwa kadang-
ekstremitas yang sakit kadang nadi dapat terhambat oleh bekuan halus dimana
pulsasi mungkin teraba. Selain itu perfusi melalui arteri
lebih besar dapat berlanjut setelah meningkatnya
tekanan kumpertemen yang telah mengempiskan
sirkulasi arteriol atau venula otot
3. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan Kembalinya warna harus cepat (3 – 5 detik). Warna
kehangatan distal pada fraktur kulit putih menunjukan gangguan arterial. Sianosis
diduga ada gangguan vena. Nadi perifer, warna kulit,
dan sensasi mungkin normal, meskipun ada sindrom
kompertemen karena sirkulasi supervisial biasanya
tidak dipengaruhi.
4. Lakukan pengkajian neuromuskuler. Gangguan perasaan kesemutan, peningkatan atau
Perhatikan perubahan fungsi motorik/ penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak
sensorik untuk melokalisasi nyeri/ adequate/saraf rusak.
ketidaknyamanan
5. Kaji jaringan sekitar akhir gips Faktor ini disebabkan atau mengindikasikan tekanan
untuk titik yang kasar/tekan. jaringan/iskemia, menimbulkan kerusakan/nekrosis.
Selidiki rasa terbakar di bawah gips
6. Perhatikan keluhan nyeri Perdarahan atau pembentukan edema berlanjut dalam
ekstremitas untuk tipe cedera atau otot tertutup dengan fasia ketat dapat menyebabkan
peningkatan nyeri pada gerakan gangguan aliran darah dan iskemia miositis/sindrom
pasif ekstremitas kompertemen, perlu intervensi darurat untuk
menghilangkan tekanan/memperbaiki sirkulasi.
Kondisi ini memerlukan kedaruratan medik dan
memerlukan intervensi segera.
7. Perhatikan tanda iskemia ekstremitas Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat
tiba-tiba, contoh Penurunan suhu menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan, akibat
kulit dan peningkatan nyeri hilangnya aliran darah ke distal
8. Latih pasien untuk secara rutin Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpalan
latihan jari/sendi distal cedera. darah khususnya pada ekstremitas bawah.
Ambuilasi sesegera mungkin
9. Observasi nyeri tekan, pembengkakanTerdapat peningkatan potensial untuk tromboflebitis
pada dorsofleksi kaki dan emboli paru pada pasiem immobilisasi selama 5
hari atau lebih
10. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan Ketidakadequatan volume sirkulasi akan
tanda-tanda sianosis umum, kulit mempengaruhi sistem perfusi jaringan
dingin, perubahan mental
11. Kolaborasi: kompres es sekitar Menurunkan oedema atau pembentukan hematoma
fraktur sesuai indikasi yang dapat mengganggu sirkulasi
4. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas sehubungan dengan perubahan aliran
darah/emboli lemak
Tujuan: Mempertahankan fungsi pernafasan adequate dengan kriteria:
- Tidak adanya dispnea/sianosis
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal
- GDA dalam batas normal

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional


1. Awasi frekuensi pernafasan dan Takipnea, dispnea, dan perubahan dalam mental, tanda
upayanya. Perhatikan stridor dini insufisiensi pernafasan dan mungkin hanya
penggunaan otot bantu, retraksi indikator terjadinya emboli paru pada tahap awal.
terjadinya seanosisi sentral Masih adanya tanda atau gejala menunjukan distress
pernafasan luas/cenderung kegagalan.
2. Auskultrasi bunyi nafas, perhatikan Perubahan dalam atau adanya bunyi adventisius menun-
terjadinya ketidaknyamanan, bunyi jukan terjadi komplikasi pernafasan, contoh atelektasis,
hiperesonan juga adanya pneumonia, emboli. Inspirasi mengorok menunjukan
gomericik/tonki edema jalan nafas atas dan diduga emboli lemak
3. Atasi jaringan cedera tulang dengan Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak (biasanya
lembut, khususnya selama beberapa terlihat pada 12 – 72 jam pertama) yang erat sehubungan
hari pertama dengan fraktur, khususnya tulang panjang dan pelvis.
4. Beri motivasi dan bantu dalam Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi. Reposisi
latihan nafas dalam dan batuk. meningkatan drainase secret dan menurunkan kongesti
Reposisi dengan sering pada area paru dependen
5. Perhatikan peningkatan kegelisahan, Gangguan pertukaran gas/adanya emboli paru dapat
kacau, letargi, stupor menyebabakan penyimpangan pada tingkat kesadaran
pasien seperti terjadinya hipoksemia/asisdosis
6. Observasi sputum untuk tanda Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru
adanya darah
7. Insfeksi kulit untuk ptekie pada Ini adalah karakteristik paling nyata dari tanda embloli
axila lemak, yang tampak dalam 2 – 3 hari setelah cedera
8. Kolaborasi: Beri O2, awasi hasil lab, Meningkatan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal
beri obat sesuai indikasi; jaringan
kortikosteroid, heparin dosis rendah

5. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri daerah fraktur


Tujuan: Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas fisik dengan kriteria: mampu
melakukan aktivitas.
Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional


1. Kaji derajat immobilitas yang Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi
dihasilkan oleh cedera atau diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan
pengobatan dan memperhatikan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan
persepsi pasien terhadap immobilisasi kesehatan
2. Dorong partisipasi pada aktivitas Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
terapiotik atau relaksasi. Pertahankan menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa
rangsangan lingkungan, contoh; kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan
radio, TV, barang milik pribadi, jam, isolasi sosial
kalender, kunjungan keluarga atau
teman
3. Instruksikan pasien untuk/bantu Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
dalam rentang gerak pasien/aktif meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak
pada ekstremitas yang sakit dan sendi, mencegah kontraktor/atrofi dan resporpsi
yang tidak sakit kalsium karena tidak digunakan
4. Dorong penggunaan latihan Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau
isometric mulai dengan tungkai menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan
yang tak sakit kekuatan dan masa otot. Catatan: Latihan ini
dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema
5. Berikan papan kaki, bebat Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional
pergelangan, gulungan trokanter/ ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi
tangan yang sesuai (contoh: kontraktur/kaki jatuh)
6. Tempatkan dalam posisi telentang Menurunkan resiko kontraktor fleksi panggul
secara periodik bila mungkin, bila
traksi digunakan menstabilkan
fraktur tungkai bawah
7. Instruksikan/dorong menggunakan Memudahkan gerakan selama hygiene/perawatan kulit,
trapeze dan “Pasca posisi” untuk dan penggantian linen; menurunkan ketidaknyamanan
fraktur tungkai bawah dengan tetap datar di tempat tidur. “Pasca posisi”
melibatkan penempatan kaki yang tidak sakit datar di
tempat tidur dengan lutut menekuk sementara menggenggam
trapeze dan mengangkat tubuh dari tempat tidur
8. Bantu.dorong perawatan diri/ Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan
kebersihan (contoh; mandi, mencukur) kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan
kesehatan diri langsung.
9. Berikan/bantu dalam mobilisasi Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring
dengan kursi roda, kruk, tingkat, (contoh; flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan
sesegera mungkin. Instruksikan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara
keamanan dalam menggunakan alat menggunakan alat penting untuk mempertahankan
mobilitas, mobilisasi optimal dan keamanan pasien.
10. Awasi TD dengan melakukan Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai
aktivitas. Perhatikan keluhan pusing tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi
khusus (contoh kemiringan meja dengan peninggian
secara bertahap sampai posisi gerak)
11. Ubah posisi secara periodik dan dorong Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/
untuk latihan batuk/nafas dalam pernafasan (contoh dekubitus, antelektasis, pneumonia)
12. Auskultasi bising usus. Awasi Tirah baring, penggunaan analgesik, dan perubahan
kebiasaan eliminasi dan berikan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltic
keteraturan defekasi runin. dan menghasilkan konstipasi. Tindakan keperawatan
Tempatkan pada pispot, bila yang memudahkan eliminasi dapat mencegah/membatasi
mungkin, atau menggunakan komplikasi. Bedpan fraktur membatasi fleksi panggul
bedpan fraktur. Berikan privasi dan mengurangi tekanan lumbal/gips ekstremitas bawah
13. Dorong peningkatan masukan Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko
cairan sampai 2000 – 3000 ml/hari infeksi urinarius, pembentukan batu, dan konstipasi
termasuk air asam/jus
14. Berikan diet tinggi protein, Pada adanya cedera muskulesketal, nutrisi yang
karbohidrat, vitamin dan mineral. diperlukan waktu penyembuhan berkurang dengan
Pertahankan Penurunan kandungan cepat, sering mengakibatkan Penurunan berat badan
protein sampai setelah defekasi sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang. Ini dapat
pertama mempengaruhi massa otot, tonus, dan kekuatan.
Catatan: makanan protein m,eningkatkan kandungannya
pada usus halus, mengakibatkan pembentukan gas
konstipasi, sehingga fungsi GI harus secara penuh
membaik sebelum makanan berprotein meningkat
15. Tingkatkan jumlah diet kasar. Penambahan bulk pada fases membantu mencegah
Batasi makanan pembentukan gas konstipasi. Makanan pembentuk gas dapat
menyebabkan distensi abdominal, khususnya pada
adnya Penurunan mobilitas usus
16 Kolaborasi
Konsul dengan ahli terapi Berguna dalam membuat aktivitas individual/program
fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka
spesialis panjang dengan gerakan kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga penggunaan alat,
contoh, walker, tingkat, meninggikan tempat duduk di
toilet, tingkat pengambil/penggapai, khususnya alat
makan
Lakukan program defekasi (pelunak Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus
feses, edem, lakstif) sesuai indikasi
Rujuk ke perawat spesialis Pasien/orang terdekat memerlukan tindakan intesif
psikiatrik klinikal/ahli terapi sesuai lebih untuk menerima kenyataan kondisi prognosis,
indikasi immobilisasi lama, mengalami kehilangan kontrol

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit sehubungan dengan pemasangan


traksi pen, kawat, sekrup
Tujuan: Mencegah kerusakan integritas kulit dengan kriteria:
- Mencapai penyembuhan sesuai waktu
- Ketidaknyamanan hilang.

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional


1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan
asing, kemerahan, perdarahan, masalah yang mungkin disebabkan oleh alat
perubahan warna kelabu, memutih pemasangan gips atau bebat/traksi, atau pembentukan
edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut.
2. Masase kulit dan penonjolan tulang. Menurunkan tekanan pada area yang peka berisiko
Pertahankan tempat tidur kering dan abrasi atau kerusakan kulit
babas kerutan
3. Ubah posisi dengan sering Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan
meminimalkan resiko kerusakan kulit.
4. Kaji posisi cincin bebat pada alat Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cidera kulit
traksi
5. Untuk traksi kulit + perawatan
Bersihkan kulit dengan air sabun Menurunkan kadar kontamisasi kulit
hangat
Beri tintur benzoin Kekuatan kulit untuk penggunaan traksi kulit
Gunakan plester traksi kulit Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi
sirkulasi.
Lebarkan plaster sepanjang tungkai Traksi dimasukkan dalam garis dengan akhir plester
yang bebas
Tandai garis dimana plester keluar Memungkinkan untuk pengkajian cepat terhadap benda
sepanjang ekstremitas yang terselip
Letakan bantalan pelindung di bawah Meminimalkan tekanan pada area ini
kaki dan di atas tonjolan tulang
Balut lingkar tungkai Memberikan tarikan traksi yang tepat tanpa
mempengaruhi sirkulasi
Palpasi jaringan yang diplester tiap Bila area di bawah plester tekan diduga ada iritasi kulit
hari dan siapkan untuk membuka sistem balutan
Lepaskan traksi kulit tiap 24 jam Mempertahankan integritas kulit

7. Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan kerusakan kulit


Tujuan: Tidak terjadi infeksi dengan kriteria:
- Penyembuhan luka sesuai waktu
- Bebas drainase porulen
- Bebas iritema
- Bebas demam

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional


1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi/ Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit
robekan kontinuitas yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi (dapat
menimbulkan infeksi tulang)
2. Kaji keluhan peningkatan nyeri Dapat mengidikasikan timbulnya infeksi lokal/nekrosis
jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis
3. Beri perawatan steril sesuai Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan
protokol infeksi.
4. Kaji tonus otot, reflek tendon Kekakuan otot, spasmetonik otot rahang, dan disfagia
menunjukan terjadinya tetanus
5. Selidiki nyeri tiba-tiba, keterbatasan Dapat mengidikasikan osteomielitis
gerak, oedema
6. Lakukan prosedur isolasi Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan
luka/linen untuk mencegah kontaminasi silang
7. Kolaborasi: Periksa lab, beri Pemeriksaan lab dapat menentukan kelainan yang
antibiotik sesuai indikasi terjadi. Antibiotik spectrum luas dapat digunakan
secara profilaktik/dapat ditunjukkan pada
mikroorganisme khusus

Daftar Bacaan:
Doegoes, Marilynn E., (2000), Nursing care Planning, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar IKA FKUI, Ilmu Kesehatan anak, Infomedika, Jakarta.
Purnawan (1982), Kapita selekta Kedokteran, Media Aisculapues, Jakarta
Kumpulan kuliah Medical Surgical 2000, PSIK FKUB.

Anda mungkin juga menyukai