Anda di halaman 1dari 55

FRAKTUR

Perseptor :
Danurrendra, dr., Sp.B

Disusun Oleh :
Lintang Pitarani
Novia Kumala Beatrice
Putri Larasati
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa.

DEFINISI
EPIDEMIOLOGI

● WHO: 1,24 juta korban meninggal/tahun akibat


kecelakaan lalu lintas (urutan Ke-3)
● Depkes RI 2013:
○ Kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia
meningkat 21,8%/tahun dalam waktu 5 tahun.
○ 8 juta orang mengalami fraktur/tahun
■ ekstremitas atas sebesar 36,9% dan
■ ekstremitas bawah sebesar 65,2%.
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia :
• Kecelakaan mobil, motor,
• Fraktur femur 39%
• Fraktur humerus 15% atau kendaraan rekreasi
Mayoritas adalah pria 63,8%
• Fraktur tibia dan fibula 62,6%
• Jatuh 37.3%
11%

Desiartama&Aryana (2017) Penyebab Fraktur Jenis Kelamin


• Cidera atau benturan Etiologi
• Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah
tulang yang telah menjadi lemah oleh karena
tumor, kanker dan osteoporosis.
• Fraktur beban
Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi
pada orang- orang yang baru saja menambah
tingkat aktivitas mereka, seperti baru di
terima dalam angkatan bersenjata atau orang-
orang yang baru mulai latihan lari.
ANATOMI
HISTOLOGI
PROSES PENYEMBUHAN
FRAKTUR
01 Hematoma

02 Kalus Fibrotik

03 Kalus Tulang

04 Konsolidasi & Remodelling


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN TULANG
Age Youth Advanced Age
Comorbidities None Multiple Medical Comorbidities
Medication None NSAID, Corticosteroid
Social Factors Nonsmoker Smoker
Nutrition Well Nourished Poor Nutrition
Closed Fracture, Neurovascular Open Fracture with Poor Blood
Fracture Type
Intact Suplly
Trauma Single Limb Multiple Trauma Injuries
Local Factors No Infection Local Infection
JENIS-JENIS FRAKTUR

Berdasarkan ada/tidaknya
Berdasarkan garis fraktur 01 03
pergeseran

Berdasarkan bentuk garis 02 04 Berdasarkan terbuka atau tertutup


fraktur
ORTHOPAEDIC TRAUMA
ASSOCIATION
Which Bone

Which in the bone is the fracture

Which type

Which group-subgroup
Berdasarkan Garis Fraktur
Fraktur komplit Fraktur inkomplit
Garis patah melalui seluruh penampang Garis patah tidak melalui seluruh
tulang atau melalui kedua korteks penampang tulang, seperti :
tulang • Hailine fracture
• Buckle fracture atau Torus fracture
• Greenstick fracture
Berdasarkan Bentuk Garis Fraktur
Berdasarkan ada/tidaknya pergeseran
Fraktur undisplaced

Garis patah komplit tetapi kedua


fragmen tidak bergeser.

Fraktur displaced

Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur


yang juga disebut dislokasi fragmen.
Pergeseran dapat berupa :
• Translation/shift : berpindah
• Angulasi : membentuk sudut
• Shortening : pemendekan
• Rotasi : berputar
Berdasarkan Terbuka / Tertutup

Fraktur terbuka Fraktur tertutup


Bila terdapat luka yang menghubungkan Bila tidak terdapat luka yang
tulang yang fraktur dengan udara luar/ menghubungkan tulang yang fraktur dengan
permukaan kulit. udara luar/ permukaan kulit.
Dibagi 3 derajat menurut klasifikasi Gustilo Dibagi 4 derajat menurut Tscherne.
and Anderson.
Derajat Fraktur Tertutup menurut Tscherne
Derajat 0 Fraktur sederhana tanpa/disertai dengan sedikit kerusakan jaringan lunak

Derajat 1 Fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada kulit dan jaringan
subkutan
Derajat 2 Fraktur yang lebih berat disbanding derajat 1 yang disertai dengan kontusio dan
pembengkakan jaringan lunak
Derajat 3 Fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan terdapat
ancaman terjadinya sindroma kompartemen
Derajat Fraktur Terbuka menurut
Klasifikasi Gustilo and Anderson
Fracture Type
Feature
I II IIIA IIIB IIIC
Wound size (cm) <1 >1 >1 >1 >1
Energy Low Moderate High High High
Contamination Minimal Moderate Severe Severe Severe
Deep soft tissue
Minimal Moderate Severe Severe Severe
damage
Fracture comminution Severe / Severe / Severe /
Minimal Moderate segmental segmental segmental
fractures fractures fractures
Periosteal stripping No No Yes Yes Yes
Local coverage Adequate Adequate Adequate Inadequate Adequate
Neurovascular injury No No No No Yes
Infection rate 0%-2% 2%-7% 7% 10%-50% 25%-50%
Derajat Fraktur Terbuku menurut
Klasifikasi Gustilo and Anderson
• Type I - A transverse fracture through the growth plate (also
referred to as the "physis") : 6% incidence

* Type II - A fracture through the growth plate and the


metaphysis, sparing the epiphysis: 75% incidence

* Type III - A fracture through growth plate and epiphysis,


sparing the metaphysis: 8% incidence

* Type IV - A fracture through all three elements of the bone, the


growth plate, metaphysis, and epiphysis: 10% incidence

* Type V - A compression fracture of the growth plate (resulting


in a decrease in the perceived space between the
epiphysis and diaphysis on x-ray):1% incidence
Patofisiologi
Manifestasi Klinik

o Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
o Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
o Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
o Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
o yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
o Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
o Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2. Scan tulang, tomogram, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cedera hepar
PUBLIC’S FAVOURITES
Primary Survey Secondary Survey

Airway Maintenance w/ Cervical Spine • Anamnesis Mendalam (Biomekanisme


Protection Trauma)
○ Allergy
Breathing and Ventilation
○ Medication
Circulation and Hemorrhage Control
○ Past Medical History
Disability (Neurologic Evaluation) ○ Last Meal
Exposure and Environment ○ Events surrounding injury
• Head to Toe Examination
*Periksa Tanda-tanda Syok pada Pasien • Konsultasi dokter SpOT, SpBS dan/atau
SpB
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur :
• Recognize (mengenali)
Mengenali kerusakan apa saja yang terjadi baik pada jaringan maupun tulang serta
mengetahui mekanisme trauma
• Reduction (mengembalikan)
Mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semula.
Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips
Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan,
biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam
medula tulang.
• Retaining (mempertahankan)
Mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan menghilangkan
spasme otot pada ekstramitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan dapat
sembuh dengan cepat
• Rehabilitation (rehabilitasi)
Mengembalikan kemampuan anggota tubuh yang sakit agar dapat berfungsi kembali
BERBAGAI JENIS TERAPI
FRAKTUR
1. Proteksi, tanpa reposisi / imobilisasi.
2. Imobilisasi luar, tanpa reposisi.
3. Reposisi tertutup diikuti imobilisasi.
4. Traksi diikuti imobilisasi.
5. Reposisi diikuti fiksator eksterna.
6. Reposisi tertutup diikuti pen intrameduler.
7. Reposisi terbuka diikuti fiksasi interna (ORIF).
8. Eksisi fragmen diikuti prostesis.
BIDAI

• Realignment
• Evaluasi neurovascular
• Pasang 2 buah bidai melalui 2 sendi
• Fiksasi dengan elastis verban
• Evaluasi neurovascular
BERBAGAI JENIS TERAPI FRAKTUR

2
7
Hippocrates Maneuver Milch Maneuver
PHARMACOLOGICAL
TREATMENTS

• Anti Nyeri
• Anti Biotik: terutama pada fraktur terbuka
• Anti Tetanus: tanyakan riwayat imunisasi dan
pemberian ATS
Komplikasi
Komplikasi dalam waktu
Komplikasi awal
lama
o Syok
o Malunion
o Sindrom emboli
o Delayed union
lemak
o Nonunion
o Sindroma
o Nekrosis avaskuler
Kompartemen
o Kerusakan arteri tulang
o Kekakuan sendi
o Infeksi
o Gangguan saraf perifer
o Avaskuler nekrosis
SPECIFIC TYPE OF FRACTURE
Calvaria-Vertebral-Pelvic-Upper Limb- Lower Limb
FRAKTUR CALVARIA
Linier Fracture

Stellate Fracture

Decompression
Fracture

Compound Fracture
LE FORT CLASSIFICATION
Le Fort I Tooth bearing maxilla

Le Fort II Maxilla, nasal bones, and medial aspects of orbits

Le Fort III Maxilla, nasal bones, vomer, ethmoid, and small bones of skull base. The face is separated
from the skull base.
FRAKTUR VERTEBRA
Hangman Fracture

Burst Fracture

Wedge Fracture

Compression Fracture
FRAKTUR PELVIC

Stable Fracture Unstable Fracture

• Avulsion • Malgaigne
• Duverney • Straddle
• Sacral • Bucket hand
Stable Pelvic Fractures
Unstable Pelvic Fractures
FRAKTUR EKSTREMITAS
SUPERIOR
Montegia Fracture Galeazzi Fracture
Anterior dislocation of the radial head with a Fracture of the radius with shortening and
Description
fracture of the ulna, usually angulated dorsally dislocation of the distal ulna
Isolated fracture at the junction of the distal and
Dislocation at the head Radius
middle third
Subluxation or dislocation of the distal radio-
Fracture of the proximal third Ulna
ulnar joint

• Fall on an outstretched hand with the forearm in


escessive pronation
Mechanism Fall on an outstretched arm with elbow flexed
• Direct blow on back of upper forearm in self-
defense (night-stick injury)

• Open reduction in adults


ORIF Management
• Closed reduction in children
• Malunion/Nonunion
• Nonunion
Complications • Limitation of pronation or supination
• Limitation of motion at elbow
• Anterior interosseous nerve palsy
FRAKTUR EKSTREMITAS
SUPERIOR
Colles Fracture Smith Fracture
FRAKTUR EKSTREMITAS
SUPERIOR
Boxer Fracture Smith Fracture
FRAKTUR EKSTREMITAS
SUPERIOR

Bennet Fracture

Rolando Fracture
FRAKTUR EKSTREMITAS
INFERIOR
Hip Fracture Patella Fracture
FRAKTUR EKSTREMITAS
INFERIOR
Schatzker Classification Lauge Hansen
FRAKTUR EKSTREMITAS
INFERIOR
Aviator Fracture Cuboid Fracture
COMPARTEMEN SYNDROME
DEFINISI
Suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
intestitial didalam ruangan yang terbatas, yaitu
didalam kompartemen osteofascia yang tertutup.
5P
● Kontriksi kompartemen • Pain
● Cairan intrakompartemen • Parestesi
• Pale/Pallor
meningkat
● Kompresi eksternal • Paralysis
• Pulselessness

Penyebab Gejala
Tatalaksana
• Prinsipnya adalah dekompresi segera
• Lepaskan semua gips atau bebat
• Letakkan ekstremitas secara mendatar (jangan melakukan elevasi
ekstremitas karena elevasi akan menyebabkan perfusi ke perifer makin
berkurang)
• Konfirmasi tekanan intrakompartemen. Jika perbedaan antara tekanan
diastolic dan tekanan kompartemen < 30 mmHg, lakukan fasciotomy
segera
Tatalaksana
• Jika tidak ada fasilitas untuk mengukur tekanan intrakompartemen,
diagnosa harus ditegakkan berdasarkan gejala klinis, jika ada tiga atau lebih
tanda, diagnosis hampir pasti
• Jika masih ragu, lakukan evaluasi tiap 30 menit
• Jika tidak ada perbaikan gejala setelah 2 jam, lakukan fasciotomi segera
DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 (diunduh 9 Agustus 2020). Tersedia dari: http://www.
depkes.go.id/resources/download/general/ HasilRiskesdas 2013.
2. Brunicardi CF,et.al. Schwartz’s principle of surgery. 11th edition. San Francisco: McGraw-Hill Education.
2019.p.1879-1960
3. Storheim K, Zwart JA. Musculoskeletal disorders and the Global Burden of Disease study. Ann Rheum Dis.
2014 Jun 1;73(6):949–50.
4. Gross, J. Fetto, J. & Rosen, E. (2009). Musculoskeletal examination. Chichester: Wiley-Blackwell.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai