Disusun Oleh:
Ranty Femilya Utami
G1A215051
Pembimbing:
dr. H. Azwar Djauhari, M.Sc
BAB II
LAPORAN KASUS
AIdentitas Pasien
Nama/Jenis Kelamin/Umur
: Pensiunan
Alamat
hanya karena alergi dan akan hilang dengan sendirinya. Riwayat digaruk (+),
luka (+) lebih kurang 1 bulan yang lalu, karena tertusuk ranting saat
membersihkan halaman rumahnya, os mengaku selalu menggunakan alas
kaki.
Dua hari sebelum berobat ke puskesmas, kaki semakin bertambah
gatal dan muncul ruam kemerahan berbentuk seperti benang yang berkelokkelok, terasa menonjol dan menjalar serta meninggalkan bekas kehitaman.
Os memberitahukan keluhannya tersebut kepada anaknya, kemudian
disarankan untuk untuk berobat ke puskesmas.
Os merupakan pensiunan yang pekerjaan sehari-hari hanya
berlangsung di rumah. Diketahui di daerah sekeliling rumah banyak hewan
peliharaan seperti ayam.
F Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit lainnya
tidak ada.
G
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum
1
2
3
4
5
6
7
8
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Suhu
Nadi
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi Badan
: Tampak sehat
: Compos mentis
: 110/80
: 36, 7C
: 70 x/menit
: 20 x/menit
: 50 kg
: 145 cm
Kepala
Bentuk
: normocephal
Simetri
: simetris
Mata
Conjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
: edema (-)
Hidung
Telinga
Mulut
Bibir
: lembab
Gusi
Lidah
Tonsil
Faring
2 Leher
3 Thorax
Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kanan
Kiri
Statis-dinamis : simetris Statis dinamis : simetri
Stem fremitus normal
Stem fremitus normal
Sonor
Sonor
Auskultasi
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Hasil Pemeriksaan
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Perkusi
Auskultasi
Tidak diperiksa
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Hasil Pemeriksaan
datar, skar (-), spider nevi (-)
Supel, hepar dan lien tak teraba,
Timpani
Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Tangan
Kaki
Diagnosis
Cutaneous Larva Migrans
LManajemen
a Non farmakologis
Penekanan pada daerah lesi yang masih berwarna kemerahan.
Edukasi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama dari
kotoran hewan
Memakai sandal jika berada di tempat berpasir atau tanah
Kontrol apabila timbul gejala batuk dan sesak
b Farmakologis
- Albendazol 400 mg dosis tunggal selama 3 hari
- Cetirizin 10 mg 3 x sehari selama 3 hari
Resep
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS TALANG BAKUNG
Jambi, 5 januari 2017
R/
No. III
R/
cetirizin tab 10 mg
S3dd tab I
No. IX
Pro
: Ny.S
Umur : 57 tahun
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 DEFINISI
Cutaneous larva migrans digunakan pada kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.
Pada beberapa sumber lain menyebutan dengan nama Creeping eruption,
dermatosis linearis migrans, sandworm disease.1
3. 2 EPIDEMIOLOGI
Cutaneus larva migrans (CLM) terdistribusi secara luas dan hampir dapat
ditemukan di wilayah tropic dan sub tropic, terutama bagian tenggara Amerika
Serikat, Caribia, Africa, Amerika tengah dan selatan, India dan Asia tenggara.
Beberapa aktivitas dapat meningkatkan resiko infeksi, terutama yang berhubungan
dengan tanah yang terkontaminasi dengan kotoran hewan, seperti bermain di
lapangan, berjalan tanpa alas kaki di pantai, dan pekerjaan di bawah tanah yang
harus dilakukan dengan posisi merangkak. Selain itu pekerja yang yang dalam
kesehariannya terutama pekerja di bidang pertanian yang tidak menggunakan
sepatu memiliki resiko yang lebih besar terkena CLM.2,4,5
Selain itu, juga dilaporkan kasus juga terjadi pada daerah timur tengah.
Dimana tempat yang panas dan kelembapan yang cukup merupakan tempat yang
baik bagi persebaran infeksi cacing ini.6
3. 3 ETIOPATOGENESIS
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang
anjing dan kucing., yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di
Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada
beberapa kasus ditemukan Enchinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia
maxiales, dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly.
ini mampu penetrasi ke dalam kulit manusia dan migrasi beberapa centi meter
selama beberapa hari di antara lapisan stratum germinativum dan stratum
corneum. Hal ini dapat menginduksi reaksi inflamsi eosinophil. Sebagian cacing
ini tidak dapat meniginvasi ke bagian yang lebih dalam dan akan mati dalam
beberapa hari dan bulan.2
Infeksi bakteri juga dapat terjadi dalam berapa kasus. Hal ini diakibatkan
dari hasil garukan yang dilakukan oleh pasien sendiri. Biasanya terjadi pada orang
dengan status ekonomi yang rendah dan sebagai penyebab dari morbiditas.6
3. 4 GEJALA KLINISCUTANEUS LARVA MIGRANS
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula
akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear
atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, serta panjang 15-20 cm
dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritomatosa ini menunjukkan
bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari.1
10
harus
11
12
13
jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Obat ini sukar didapat.
Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah. Eyster mencobakan pengobatan
topical solution tiabendazol dalam DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula
pengobatan dengan suspensi obat tersebut secara oklusi selama 24-48 jam telah
dicoba oleh Davis dan Israel.1
Obat lain ialah abendazol, dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal,
diberikan 3 hari berturut-turut. Sumber lain menyebutkan dalam 5-7 hari. 1,3
Dapat juga diberikan single dose Ivermectin (200/kg BB) dapat
membunuh migrasi larva secara efektif dan mengurangi gatal secara cepat.
Topikal thiabendazole 10% cream, meskipun kurang efektif, namun dapat menjadi
terapi alternative pada anak-anak untuk mencegah adanya efek potensial dari
terapi sistemik. Nesama et all menyebetukan juga bahawa kombinasi dari obat
topical dan sistemik terkadang dibutuhkan juga dalam pengobatan cutaneous larva
migrans.3,6
Cara terapi lain ialah dengan cryotheraphy menggunakan CO2 snow (dry
ice) dengan penekanan 45 sampai 1, dua hari berturut-turut. Penggunaan N 2
liquid juga dicobakan. Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi.
Cara tersebut di atas agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana
larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan sekitarnya. Pengobatan
cara lama dan sudak ditinggalkan adalah dengan preparat antimon.1
Neseema et all menyebutkan dalam penelitian nya bahwa pengobatan
cutaneous larva migrans yang menggunakan kombinasi terapi anatara albendazole
(400 mg selama 7 hari) dan liquid nitrogen (1 sesi) lebih berkhasiat dalam
pengobatan. 6
3. 9 KOMPLIKASI
14
3. 10 PREVENTIF
Dapat dicegah dengan menghidari kontak kulit langsung dengan tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan. Ketika mengunjungi negara tropis, terutama
wilayah pantai dan area berpasir, area lembab, disarankan menggunakan sepatu
yang menutup seluruh bagian kaki. Serta menghindari duduk dan tidur di area
berpasir meskipun menggunakan handuk sebagai alas.2,3
3. 11 PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan cutaneous larva migrans sangat baik. Pada
dasarnya merupakan suatu penyakit self limiting. Manusia merupakan tempat endhost bagi parasit ini dan lesi akan bertahap hilang dalam 4-8 minggu namun
dalam beberapa kasus juga dapat selama 1 tahun.3
15
BAB IV
ANALISA KASUS
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI. Hal 125-126
2. Mary Elizabeth Wilson.2008. Helminthic Infections, Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine Seventh Edition. McGrawHill : United
States Of America. Hal 2011-2029
3. Vano Galvan, Sergio. Gil-Mosquera et all. 2009. Case Report Cutaneous
Larva Migrans : A Case Report. Biomed Central 2:112.
4. F.Conde, Jeniifer. Feldman, Steven et all. 2007. Cutaneous Larva Migrans
in a Migrant Latino Farmworker. Journal of Agromedicine, 12:2,45-48
5. Supples, Suzanne. Gupta, Shobbit et all 2013. Creeping eruptions:
Cutaneous Larva Migrans. Journal of Community Hospital Medicine.
6. Neseema, Kapadia. Borhany, Tesneem. Forooqui, Maria. 2013. Use of
Liquid Nitrogen and Albendazole in Succesfully treating Cutaneous Larva
Migrans. Journal of the Collage of Physicians and Surgeons Pakistas 2013,
23(5) : 319-321
7. Arcer, Michael. 2009. Late Presentation of Cutaneous Larva Migrans : A
case report. Case Journal 2:7533
8. Black, Michael. Grovee, David et all. 2010. Case Series Cutaneous Larva
Migrans in infant in the Adelaide Hills. Australasian Journal of
Dermatology (2010) 51 : 281-284
9. Anand. Sowmya. 2013. Cutaneous Larva Migrans : Diagnosis on Fine
Needle Aspiration. International Journal of Recent Trends in Science and
Tecnology. 9:2
17
18
19