Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Nn. S/ Perempuan/20 tahun


b. Pekerjaan/Pendidikan : Swasta/SMA
c. Alamat : RT. 17, Talang Bakung, Jambi

B. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah


b. Jumlah anak/saudara : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Menengah
d. KB :-
e. Kondisi rumah :

Os tinggal di sebuah rumah bersama ayah, ibu, dan adiknya dengan


rumah permanen ukuran 7 x 8 m, kamar 2 buah, jamban ada didalam
rumah, pekarangan cukup luas, ventilasi kurang (jendela hanya 3
buah), sumber air minum dari sumur, sampah dibakar. Kesan : higiene
dan sanitasi lingkungan kurang baik. Pasien tinggal di lingkungan padat
penduduk. Kondisi Lingkungan Keluarga :

Lingkungan disekitar rumah pasien terlihat cukup bersih dan


nyaman.

Saat ini pasien tinggal bersama ke dau orang tua dan adiknya.
Sehari-harinya pasien bekerja sebagai wiraswasta

C. Aspek Psikologis di Keluarga :

Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara, sudah bekerja, dan
bisa membantu membiayai adiknya sekolah dan pasien anak yang sopan
dan penyabar.

D. Keluhan Utama:

1
Bengkak pada kelopak bawah mata kanan sejak 3 hari yang lalu

E. Keluhan Tambahan:
Rasa nyeri, panas dan berair pada mata kanan.

F. Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang ke Puskesmas Talang Bakung dengan keluhan nyeri pada
telinga kiri sejak +3 hari yang lalu, awalnya pasien merasakan nyeri
pada kelopak bawah mata kanan dan diikuti pembengkakan sebesar biji
kacang hijau sehari setelah nyeri dirasakan. Dua hari kemudian bengkak
dirasakan semakin membesar sebesar biji jagung. Terasa nyeri bila
ditekan.

G. Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat keluhan yang sama (-)
Riwayat penyakit pada telinga sebelumnya (-)

H. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota
keluarga pasien.

I. Pemeriksaan fisik
Tanggal Pemeriksaan : tanggal 17 Januari 2017

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : Compos mentis kooperatif

3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

4. Nadi : 86 x/ menit

5. Nafas : 18 x/ menit

6. Suhu : 37,8o C

7. Tinggi badan : 158 cm

2
8. Berat badan : 50 kg

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
Mata Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflex cahaya : +/+
Vaskularisasi : vasodilatasi
Hidung :Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut Bibir : Rhagaden
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : lidah kotor (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-), granul (-)
2. Leher : Tidak ada pembesaran KGB, JVP 5 2 cmH2O
3. Thorax : Simetris, pergerakan dinding dada tertinggal (-)

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis : simetris Statis simetri
Dinamis: simetris Dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar:ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikuler (+) Normal, Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Batas-batas jantung :

3
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

4. Abdomen
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Kembung, skar (-),spidernevi (-).
Palpasi Nyeri tekan di kuadran kanan bawah, Hepar
dan Lien tidak teraba.
Perkusi Timpani.
Auskultasi Bising usus (+) menurun.

5. Ekstremitas
Edema (-), akral hangat.
6. Genitalia
Tidak ada kelainan

Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus dengan koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Silia/ Supersilia Madarosis(-),Trikiasis(-) Madarosis(-),Trikiasis(-)
Palpebra superior Udem (+) Udem (-)
Palpebra inferior Udem (-) Udem (-)
Margo palpebra
Ka : Hordeolum (+) benjolan sebesar biji jagung, Khalazion (-)
Ki : Hordeolum (-), Khalazion (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Iris Rugae (+), coklat Rugae (+), Coklat
Pupil
Ka : Bulat, diameter 3 mm, reflex (+)
Ki : Bulat, diameter 3 mm, reflek (+)
Lensa Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Korpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus
Papil optikus

4
Tidak diperiksa Tidak diperiksa

J. Pemeriksaan Penunjang dan Anjuran


Tidak diperlukan pemeriksaan

K. Diagnosa banding

- Kalazion
- Dakriosistitis
- Selulitis preseptal

L. Diagnosa kerja
Hordeolum palpebra superior OD
M. Manajemen
a. Promotif dan Preventif :
- Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuhwajah agar tidak berulang
- Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
dan kompres hangat
- Gunakan kaca mata pelindung jika bepergian
- Hindari mengucek mata
- Jangan memencet kelopak mata yang bengkak
Promotif : Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit matanya dan
cara pencegahan danpengobatannya
b. Kuratif :

- AntibiotikDINAS :KESEHATAN
Amoksisilin tablet
KOTA3JAMBI
x 500 mg
- Kortikosteroid : Dexamethasone
PUSKESMAS 3 x 0,5 mg
TAlANG BAKUNG
- Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg
- R/ Vit Bcomplex 3 x 1 tablet
- Antibiotik topikal : Cholramfenikol Zalf 20 mg 3 x u.e

R/

R/

R/

R/
5

Pro :
Umur :
Non Farmakologi :
Kompres mata dengan air hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15
menit
Farmakologi :

- Antibiotik : Amoksisilin tablet 3 x 500 mg


- Kortikosteroid : Dexamethasone 3 x 0,5 mg
- Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg
- Vit Bcomplex 3 x 1 tablet
- Antibiotik topikal : Cholramfenikol Zalf 20 mg 3 x u.e

6
BAB II

PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bula mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata
melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata
bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi,
infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis.
Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau
pun mengancam penglihatan.1,2

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan
kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif
kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut
hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka
disebut hordeolum eksternum.Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan
rasa sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan. Hordeolum biasanya
menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur,
terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Hordeolum mudah
timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.3,4

BAB III

7
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis
okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebrae).5

1.
Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2.
Musculus orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae
adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 4,5

3.
Jaringan areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan lapis


subaponeurotik dari kulit kepala.

4.
Tarsus

8
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).

5.
Konjungtiva palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva


palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi


tepian anterior dan posterior.Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom
atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian
posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang
elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus

9
medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita
dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian
muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.5

Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra


superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus
inferior. Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari
apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos
dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah
tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae
disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris.5,6

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.


Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V
(Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V
(Trigeminus).

Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar


Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum
interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

Klasifikasi

10
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.

a. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll


dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum
eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah
kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah
sendiri ke arah kulit.

b. Hordeolum internum

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang


terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar
dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan
menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri.

Epidemiologi

11
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.

Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus


hordeolum. Pasien dengan blefaritis kronik, difungsi kelenjar meibom dan
rosasea selular adalah kelompok beresiko tinggi untuk hordeolum. Pada beberapa
studi kasus ditemukan multipelhordeolum yang rekuren sering dihubungkan
dengan defisiensi immunoglobulin M (IgM). Peningkatan kadar lipid serum
dilaporkan juga dapat meningkatkan resiko penyumbatan pada kelenjar minyak
di kelopak mata sehingga menjadi predisposisi terjadinya hordeolum.2,3

Faktor resiko

Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 5

a. Penyakit kronik.

b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.

d. Diabetes.

e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.

f. Riwayat hordeolum sebelumnya.

g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.

h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

Patogenesis

12
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan
statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar.
Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan
debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder
kelenjar Meibom di lempeng tarsal.6,7

Manifestasi klinis

a. Gejala 3,4

1) Pembengkakan.

2) Rasa nyeri pada kelopak mata.

3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.

b. Tanda

1) Eritema.

2) Edema.

3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.

4) Seperti gambaran absces kecil.

Diagnosa

Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


hasil pemeriksaan oftalmologis.

Diagnosa banding

13
Diagnosa banding hordeolum adalah :

1) Kalazion
2) Dakriosistitis.

3) Selulitis preseptal.

4) Konjungtivitis adenovirus.

5) Karsinoma sel basal.

Penatalaksanaan

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.

a. Non farmakologi1,3
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi.
Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan
infeksi ke kornea.

b. Farmakologi

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak


ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.

14
Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam


selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk
kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.

Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda


pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi
penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4
kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7
hari.

c. Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur


pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak


lurus pada margo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.

Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis


palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.

15
Pencegahan

a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum


menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi
oleh kuman.
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum


bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah
mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi
yang sesuai.

BAB IV

ANALISA KASUS

16
Dari hasil autoanamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan langsung
pada pasien, dapat ditegakkan diagnosa kerja Hordeolum. Berdasarkan
autoanamnesis pasien datang dengan keluhan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak
+3 hari yang lalu, awalnya pasien merasakan nyeri pada kelopak bawah mata
kanan dan diikuti pembengkakan sebesar biji kacang hijau sehari setelah nyeri
dirasakan. Dua hari kemudian bengkak dirasakan semakin membesar sebesar biji
jagung. Terasa nyeri bila ditekan.

Dari pemeriksaan fisik lokalis pada mata kiri ditemukan Palpebra inferior
Udem (+), Margo palpebra kanan : Hordeolum (+) benjolan sebesar biji jagung,
Khalazion (-). Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah dapat
menggambarkan gejala dari Hordeolum.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah jaga kebersihan wajah dan


membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuhwajah agar tidak berulang, usap
kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat dan kompres hangat ,
gunakan kaca mata pelindung jika bepergian, hindari mengucek mata, jangan
memencet kelopak mata yang bengkak dan menjelaskan kepada pasien tentang
penyakit matanya dan cara pencegahan dan pengobatannya. Pengobatan yang
diberikan adalah kompres mata dengan air hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15
menit. Antibiotik: Amoksisilin tablet 3 x 500 mg, Kortikosteroid :
Dexamethasone 3 x 0,5 mg, Analgetik: Paracetamol 3 x 500 mg, Vit Bcomplex 3
x 1 tablet, Antibiotik topikal : Cholramfenikol Zalf 20 mg 3 x u.e

Prognosis pada pasien ini cukup baik, selama pasien dapat melakukan
edukasi yang telah diberikan selama pengobatan dan meminum obat sesuai
anjuran.

Hubungan rumah dan lingkungan dengan diagnosis

Keadaan rumah pasien nyaman, bersih dan lingkungan sekitar


pasien tidak memiliki banyak sumber yang berhubungan dengan penyakit.

17
Hubungan perilaku kesehatan dengan diagnosis dan mengurangi
paparan penularan

Mengubah kebiasaan pasien yang dapat menyebabkan hordeolum


seperti menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan
sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang,
mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak, menggunakan kacamata
pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

Kemungkinan faktor resiko dan etiologi

- Peningkatan kadar lipid serum

- Tidak menjaga kebersihan wajah

BAB V

LAMPIRAN

18
DAFTAR PUSTAKA

19
1. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
2. Sidarta I, Mailangkay HHB. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-2,Balai
Penerbit: CV. Sagung Seto, Jakarta: 2010: Hal 58-60.
3. Riordan-Eva, Paul. 2010. Anatomi dan Embriologi Mata. In: Riordan-Eva,
P, John P. Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:EGC.
7-14.
4. The Collage Of Optometrists. Clinical management Hordeolum. Version
10. Page 1-2
5. Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.
co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine.medscape. com /
article/1213080-overview
6. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from :
http://translate.google.co .id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/ article/798940-overview

20

Anda mungkin juga menyukai