A. Identitas Pasien
Saat ini pasien tinggal bersama ke dau orang tua dan adiknya.
Sehari-harinya pasien bekerja sebagai wiraswasta
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara, sudah bekerja, dan
bisa membantu membiayai adiknya sekolah dan pasien anak yang sopan
dan penyabar.
D. Keluhan Utama:
1
Bengkak pada kelopak bawah mata kanan sejak 3 hari yang lalu
E. Keluhan Tambahan:
Rasa nyeri, panas dan berair pada mata kanan.
I. Pemeriksaan fisik
Tanggal Pemeriksaan : tanggal 17 Januari 2017
4. Nadi : 86 x/ menit
5. Nafas : 18 x/ menit
6. Suhu : 37,8o C
2
8. Berat badan : 50 kg
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis : simetris Statis simetri
Dinamis: simetris Dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar:ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikuler (+) Normal, Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Batas-batas jantung :
3
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Kembung, skar (-),spidernevi (-).
Palpasi Nyeri tekan di kuadran kanan bawah, Hepar
dan Lien tidak teraba.
Perkusi Timpani.
Auskultasi Bising usus (+) menurun.
5. Ekstremitas
Edema (-), akral hangat.
6. Genitalia
Tidak ada kelainan
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus dengan koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Silia/ Supersilia Madarosis(-),Trikiasis(-) Madarosis(-),Trikiasis(-)
Palpebra superior Udem (+) Udem (-)
Palpebra inferior Udem (-) Udem (-)
Margo palpebra
Ka : Hordeolum (+) benjolan sebesar biji jagung, Khalazion (-)
Ki : Hordeolum (-), Khalazion (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Iris Rugae (+), coklat Rugae (+), Coklat
Pupil
Ka : Bulat, diameter 3 mm, reflex (+)
Ki : Bulat, diameter 3 mm, reflek (+)
Lensa Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Korpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus
Papil optikus
4
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
K. Diagnosa banding
- Kalazion
- Dakriosistitis
- Selulitis preseptal
L. Diagnosa kerja
Hordeolum palpebra superior OD
M. Manajemen
a. Promotif dan Preventif :
- Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuhwajah agar tidak berulang
- Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
dan kompres hangat
- Gunakan kaca mata pelindung jika bepergian
- Hindari mengucek mata
- Jangan memencet kelopak mata yang bengkak
Promotif : Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit matanya dan
cara pencegahan danpengobatannya
b. Kuratif :
- AntibiotikDINAS :KESEHATAN
Amoksisilin tablet
KOTA3JAMBI
x 500 mg
- Kortikosteroid : Dexamethasone
PUSKESMAS 3 x 0,5 mg
TAlANG BAKUNG
- Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg
- R/ Vit Bcomplex 3 x 1 tablet
- Antibiotik topikal : Cholramfenikol Zalf 20 mg 3 x u.e
R/
R/
R/
R/
5
Pro :
Umur :
Non Farmakologi :
Kompres mata dengan air hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15
menit
Farmakologi :
6
BAB II
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bula mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata
melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata
bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi,
infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis.
Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau
pun mengancam penglihatan.1,2
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan
kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif
kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut
hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka
disebut hordeolum eksternum.Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan
rasa sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan. Hordeolum biasanya
menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur,
terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Hordeolum mudah
timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.3,4
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis
okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebrae).5
1.
Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2.
Musculus orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae
adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 4,5
3.
Jaringan areolar
4.
Tarsus
8
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).
5.
Konjungtiva palpebrae
9
medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita
dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian
muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.5
Definisi
Klasifikasi
10
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
a. Hordeolum eksternum
b. Hordeolum internum
Epidemiologi
11
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.
Etiologi
Faktor resiko
a. Penyakit kronik.
d. Diabetes.
Patogenesis
12
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan
statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar.
Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan
debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder
kelenjar Meibom di lempeng tarsal.6,7
Manifestasi klinis
a. Gejala 3,4
1) Pembengkakan.
b. Tanda
1) Eritema.
2) Edema.
Diagnosa
Diagnosa banding
13
Diagnosa banding hordeolum adalah :
1) Kalazion
2) Dakriosistitis.
3) Selulitis preseptal.
4) Konjungtivitis adenovirus.
Penatalaksanaan
a. Non farmakologi1,3
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi.
Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan
infeksi ke kornea.
b. Farmakologi
14
Antibiotik topikal
Antibiotik sistemik
c. Pembedahan
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
Komplikasi
15
Pencegahan
Prognosis
BAB IV
ANALISA KASUS
16
Dari hasil autoanamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan langsung
pada pasien, dapat ditegakkan diagnosa kerja Hordeolum. Berdasarkan
autoanamnesis pasien datang dengan keluhan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak
+3 hari yang lalu, awalnya pasien merasakan nyeri pada kelopak bawah mata
kanan dan diikuti pembengkakan sebesar biji kacang hijau sehari setelah nyeri
dirasakan. Dua hari kemudian bengkak dirasakan semakin membesar sebesar biji
jagung. Terasa nyeri bila ditekan.
Dari pemeriksaan fisik lokalis pada mata kiri ditemukan Palpebra inferior
Udem (+), Margo palpebra kanan : Hordeolum (+) benjolan sebesar biji jagung,
Khalazion (-). Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah dapat
menggambarkan gejala dari Hordeolum.
Prognosis pada pasien ini cukup baik, selama pasien dapat melakukan
edukasi yang telah diberikan selama pengobatan dan meminum obat sesuai
anjuran.
17
Hubungan perilaku kesehatan dengan diagnosis dan mengurangi
paparan penularan
BAB V
LAMPIRAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
2. Sidarta I, Mailangkay HHB. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-2,Balai
Penerbit: CV. Sagung Seto, Jakarta: 2010: Hal 58-60.
3. Riordan-Eva, Paul. 2010. Anatomi dan Embriologi Mata. In: Riordan-Eva,
P, John P. Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:EGC.
7-14.
4. The Collage Of Optometrists. Clinical management Hordeolum. Version
10. Page 1-2
5. Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.
co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine.medscape. com /
article/1213080-overview
6. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from :
http://translate.google.co .id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/ article/798940-overview
20