Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pityriasis versicolor (PV) atau tinea versicolor merupakan suatu infeksi


jamur superfisial yang berulang kronis pada stratum corneum, dengan
karakteristik makulae irreguler depigmentasi berskuama, dan sering terjadi pada
tubuh dan ekstremitas. Nama pityriasis digunakan untuk mendeskripsikan
keadaan kulit yang memiliki skuama mirip dengan kulit padi. Memiliki warna
yang beragam sehingga pada nama bagian kedua disebut versicolor. Infeksi
jamur ini juga disebut dengan tinea versicolor. PV disebabkan oleh infeksi jamur
Malassezia furfur yang menyebabkan pertumbuhan superfisial berlebih dalam
bentuk hifa. M. furfur (yang sebelumnya disebut sebagai Pityrosporum ovale, P.
orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normalnya berada di keratin kulit dan folikel
rambut pada individu dalam masa pubertas dan setelahnya. Organisme ini
bersifat oportunistik; dalam kondisi tertentu jamur komensal ini berubah menjadi
bentuk filamen yang patogenik lalu menyebabkan pytiriasis versicolor dan
folikulitis Malassezia, dan dihubungkan dengan patoogenesis dermatitis
seboroik. Infeksi Malassezia tidak menular; tetapi, pertumbuhan berlebihan flora
normal kulit terjadi dalam kondisi tertentu.1.2,3
Prevalensi pityriasis versicolor di Amerika Serikat sekitar dua sampai
delapan persen dari populasi. Sedangkan prevalensinya, dilaporkan mencapai
50% di lingkungan yang panas dan lembab di Samoa Barat dan 1,1% di Swedia
yang bertemperatur rendah. Sedangkan, untuk insidensinya sendiri cukup tinggi,
yaitu sekitar 30-40 % pada daerah beriklim tropis.4
Pytiriasis versicolor biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan
insiden puncak pada usia 20an. Infeksi ini jarang terjadi bila produksi
sebum menurun atau tidak ada. Kejadiannya menurun pada usia
dekade kelima dan keenam. Faktor-faktor predisposisi terjadinya
pityriasis versicolor adalah temperatur tinggi/kelembaban relatif, kulit
berminyak, hiperhidrosis, faktor-faktor herediter, terapi glukokortikoid,
dan imunodefisiensi. Penggunaan minyak seperti minyak kelapa
menjadi predisposisi PV pada anak-anak. Di negara-negara tropis,
kondisi ini lebih sering daripada subtropis, muncul saat musim panas,
memengaruhi 2% populasi; dapat menurun kejadiannya pada bulan-
2

bulan yang sejuk. Pada individu yang aktif secara fisik, dapat terjadi
sepanjang tahun.1,4
Malassezia berubah dari bentuk blastospora menjadi bentuk mycelial
dengan pengaruh dari faktor-faktor predisposisi. Asam dikarboksilat (tyrosinase
inhibitor) yang dibentuk dengan oksidasi enzimatik asam lemak pada lipid
permukaan kulit menghambat secara kompetitif tyrosinase yang diperlukan untuk
pembentukan pigmen melanosit di melanosit epidermal dan oleh karenanya
menyebabkan hipomelanosis. Pada makulae hiperpigmentasi, organisme
Malassezia menginduksi pembesaran melanosome yang dibuat oleh melanosit di
lapisan basal epidermis.1,4
Lesi pityriasis versicolor dapat terjadi selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Biasanya tidak ada gejala kulit yang dirasakan pasien.
Terkadang disertai pruritus ringan. Individu dengan PV biasanya datang karena
masalah kosmetik adanya bercak pigmentasi. Lesi kulit berupa makulae berbatas
tegas, berbentuk bulat atau oval, bervariasi dalam ukuran. Skuama dapat muncul
dengan cara menggosok lesi secara perlahan. Lesi yang telah diterapi lebih
sedikit skuamanya. Pada kulit putih, lesi berwarna coklat muda. Pada kulit
berwarna, lesi berwarna putih. Pada kulit gelap, lesi kulit berupa makulae coklat
tua. Distribusi lesi bisa di tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, axillae,
lipatan paha, paha, genitalia. Lesi di wajah, leher, dan/atau kepala terjadi pada
pasien yang menggunakan glukokortikoid krim/salep atau topikal.1,4
Pemeriksaan penunjang untuk pityriasis versicolor adalah dengan
pemeriksaan mikroskopik pada preparat skuama dengan KOH, lampu Wood, dan
dermatopatologi. Pemeriksaan mikroskopik dapat menunjukkan hifa berfilamen
dan bentuk jamur globus, yang disebut spaghetti and meatballs. Pemeriksaan
lampu Wood menunjukkan skuama berfluoresensi kuning keemasan.
Hiperkeratosis bervariasi, hiperplasia psoriasiform, inflamasi kronis dengan
dilatasi pembuluh darah bisa tampak dengan dermatopatologi. Diagnosis
pityriasis versicolor ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan dikonfirmasi
dengan penemuan preparasi KOH yang positif.1,5
Pityriasis versicolor dapat menetap selama bertahun-tahun bila
faktor predisposisinya tetap ada. Depigmentasi terjadi selama
berbulan-bulan setelah infeksi dieradikasi.4
3

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Lukman Arif
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Guru
Status Marital : Menikah
Alamat : Jl.AsriKkaton Indah D2/25 Malang
No.RM : 10869080
Pemeriksaan : 27 Desember 2013
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Bercak putih di punggung dan lengan
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh adanya bercak putih di lengan dan punggung
yang disertai gatal sejak satu bulan yang lalu. Bercak putih semakin
lama semakin banyak. Gatal hilang timbul, timbul terutama saat
berkeringat. Pasien bekerja sebagai guru jurusan mesin di SMK dan
sering di luar untuk mengajar (setelah mengajar siang hari di sekolah,
pasien berkeliling ke tempat bimbingan belajar yang lain untuk
mengajar). Pasien mengeluh bahwa beliau mudah berkeringat. Pasien
mengaku berganti pakaian tiga kali per hari.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya yaitu 3 tahun yang
lalu dengan keluhan adanya bercak putih di punggung. Riwayat atopi pada
pasien disangkal.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama pada keluarga pasien.
2.2.5 Riwayat Pengobatan
4

3 tahun yang lalu mendapat pengobatan salep (tidak tahu namanya) dan
pasien tidak kontrol lagi. Untuk keluhan yang sekarang, sebelum ke RSSA,
pasien mengoleskan kalpanax pada ruam dan mengoleskan kayu putih ketika
terasa gatal.
2.2.6 Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai guru jurusan mesin di SMK dan sering di
luar untuk mengajar (setelah mengajar siang hari di sekolah, pasien
berkeliling ke tempat bimbingan belajar yang lain untuk mengajar).

2.3 Status Pasien (27 Desember 2013)


2.3.1 Status Dermatologis
Lokasi : lengan atas dan bawah D/S dan punggung
Distribusi : Tersebar
Ruam : Makulae hipopigmentasi, berbatas tegas tepi irregular,
jumlah multiple dengan ukuran diameter bervariasi antara 1-2 cm

Gambar 1. Lokasi dan Distribusi Ruam Pada Pasien


5
6

2.3.2 Status Generalis


Tanda Vital
Frekuensi denyut jantung : 80x/menit, reguler, kuat
Frekuensi nafas : 20x/menit, reguler
Tensi : 140/100

Kepala dan Leher


a. Ukuran : normosefal
b. Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
c. Wajah : simetris, tidak ada ruam, tidak ada sianosis
d. Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-),palpebra edema (-), mata cowong -/-
e. Telinga : bentuk normal, posisi normal, tidak ada
sekret dan massa
f. Hidung : tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum,
tidak ada perdarahan, tidak ada pernafasan cuping hidung
g. Tenggorokan : Faring hiperemi (+) , Eksudat(-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-) , mukosa bibir sianosis (-) ,
lidah , ,gigi dan gusi normal
Tonsil : Hyeremia (-/-) ,nodul (-/-) ,edema (-/-), membrane (-/-)
Faring : Hyeremia (+/+) ,nodul (-/-) ,edema (-/-)
Lidah : tidak ada atropi papil lidah
h. Leher : Inspeksi : tidak ada massa
Palpasi : pembesaran kelenjar leher (-), kaku kuduk (-)

Thorax
Inspeksi Umum : bentuk dada kesan normal, simetris, tidak ada retraksi, tidak
ada deformitas
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
Perkusi : Batas jantung kanan = sternal line dekstra
Batas jantung kiri = sesuai ictus
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-)
7

Paru:
Inspeksi : gerakan dinding dada kanan-kiri saat bernafas simetris, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : gerakan dinding dada kanan-kiri saat bernafas simetris, stem
fremitus D = S.
sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Perkusi : kanan | kiri :
Auskultasi : suara napas : laju pernapasan 20x/menit, reguler

vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler

rhonkhi kanan | kiri: - -


- -
- -

wheezing kanan | kiri: - -


- -
- -
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Perkusi : pekak, shifting dullness (-), meteorismus (-)
Palpasi : soefl, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit normal

Ekstremitas : Ruam pada tangan. Edema(-)

2.4 Diagnosis Banding


Pityriasis versicolor
Pityriasis Alba
Vitiligo

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Wood lamp : ruam berfluoresensi kuning keemasan
Pemeriksaan KOH dari skuama :hifa pendek dengan spora (spaghetti
with meatballs)
8

2.6 Diagnosis
Pityriasis versicolor

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Medikamentosa
2.7.1.1 Oral
Ketoconazole tablet 1 x 200 mg per oral selama 4 minggu
2.7.1.2 Topikal
Topisel solution (selenium sulfide 25%) digunakan 20 menit sebelum
mandi
2.7.3 Edukasi
Menghindari kelembaban yang berlebihan dengan cara segera mengganti
pakaian bila berkeringat
Menghindari penggunaan pakaian yang ketat atau tidak menyerap
keringat
Menghentikan penggunaan bedak, bobok, dan obat luar lainnya

2.8 Follow Up
Setelah pemberian medikamentosa pasien tetap juga tidak sembuh maka
dapat segera kembali dan kontrol setelah 2 minggu pengobatan

2.9 Prognosis
quo ad vitam : ad bonam
quo ad sanam : ad bonam
quo ad fungsionam : ad bonam
quo ad kosmetikum : ad bonam
9

BAB III
PEMBAHASAN

Pytiriasis versicolor merupakan infeksi jamur superfisial pada kulit yang


biasanya disebabkan oleh saprofit yang tidak menyebabkan inflamasi. Kelainan
kulit ini bersifat umum, luas, dan jinak, walaupun sering terjadi berulang. Seperti
yang ditunjukkan dari namanya, pytriasis versicolor menunjukkan manifestasi
klinis : adanya makula dengan berbagai macam warna dari putih ke merah muda
atau coklat. Lesi ini memiliki karakteristik kulit yang mengelupas, walaupun pada
lesi yang lebih luas bukti ini hanya dapat ditemukan pada tepi makula, dan bisa
hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi. Pada beberapa pasien dapat mengeluh
gatal/pruritus, tetapi pytiriasis versicolor biasanya bersifat asimptomatis, dan
pada kebanyakan pasien hanya mengeluhkan alasan kosmetik dari penyakit ini.6
Pasien Tn. LA datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSSA pada tanggal
27 Desember 2013 dengan keluhan utama timbul bercak putih di lengan dan
punggung. Pasien kemudian didiagnosis sebagai pityriasis versicolor
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan
sederhana.
Dari anamnesis, didapatkan keluhan bercak putih di lengan dan
punggung yang semakin banyak, dengan disertai rasa gatal. Gatal terutama
timbul saat berkeringat. Hal ini sesuai dengan gambaran pityriasis versicolor
yang dikarakteristikkan oleh makulae irreguler depigmentasi berskuama, yang
paling sering terjadi pada tubuh dan ekstremitas, serta dapat disertai oleh
pruritus ringan.1,3
Pasien bekerja sebagai guru teknik mesin yang sering berkeringat. Data
ini menguatkan dugaan pityriasis versicolor oleh karena pasien ini memiliki
faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya PV, yaitu tinggal di daerah tropis,
kelembaban, kemungkinan temperatur lingkungan yang tinggi (pekerjaan yang
berhubungan dengan mesin), dan gampang berkeringat. Adanya keluhan gatal
mengurangi kemungkinan diagnosis vitiligo.1,4
Ruam terletak di punggung dan lengan yang merupakan tempat yang
paling sering timbulnya pityriasis versicolor, yaitu di tubuh dan ekstremitas. Ruam
merupakan gambaran makulae hipopigmentasi, berbentuk bulat, irregular,
sebagian berkonfluensi satu sama lain, berbatas tegas, jumlah multiple dengan
ukuran diameter bervariasi antara 1-2 cm. Gambaran ruam pada pasien ini
10

berupa makulae hipopigmentasi yang berbatas tegas menurunkan kemungkinan


diagnosis pityriasis alba dan vitiligo. Pityriasis alba biasanya berlokasi di wajah,
bagian luar lengan dan bahu. Lesinya berbatas tidak tegas dan skuama lebih
kasar, lesi tampak berwarna abu-abu. Vitiligo biasanya mudah dikenali dengan
area-area depigmentasi berbatas tegas dan tidak berskuama, biasanya di regio
wajah, ekstremitas dan genital. 1,5
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pityriasis
versicolorditegakkan dari pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan dengan
lampu Wood dan KOH. Pemeriksaan di bawah lampu Wood menunjukkan
fluoresensi kuning yang sesuai dengan gambaran pityriasis versicolor.
Pemeriksaan dengan KOH menunjukkan hifa pendek dengan spora. Adanya sel
budding yeast yang berbentuk ovoid bersama hifa menyebabkan gambaran
spaghetti and meatballs.7
Telah diketahui bahwa organisme penyebab pytiriasis versicolor adalah
Malassezia spp. Spesies ini dimasukkan dalam ordo Malasseziales, kelas
Ustilaginomycetes, phylum Basidiomycota. Malassezia spp. merupakan bagian
dari flora normal di kulit manusia. Lokasi superficial dari organisme Malassezia di
kulit yaitu didalam stratum korneum memperlihatkan bahwa respon imun yang
terjadi adalah minimal. Pada saat berbentuk yeast organism ini disebut dengan
Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum ovale sedang saat dalam stadium
mycelia dikenal dengan nama Malassezia furfur. Tentang bagaimana organism
ini berubah dari stadium yeast menjadi mycelia yang patologis masih belum
diketahui dengan pasti.4
Sebagian besar kasus pityriasis versicolor terjadi pada individu yang tidak
menderita defisiensi imunologis. Alasan mengapa M. furfur menyebabkan
Pytriasis versicolor pada beberapa individu, dan tetap menjadi flora normal pada
individu lain tidak diketahui sepenuhnya. Faktor tersebut yang membuat
terjadinya variasi adalah faktor eksogen dan endogen. Tetapi dari semua faktor
tersebut yang paling berpengaruh jelas adalah faktor endogen. Adapun faktor
endogen yang menyebabkan perkembangan pitiriasis versikolor antara lain,
malnutrisi, penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid sistemik
ataupun imunosupresan, dan keadaan hiperhidrosis. 4
Organisme ini lipofilik dan lipid penting untuk pertumbuhannya secara in
vitro dan in vivo. Selain itu, stadium mycelial dapat diinduksi secara in vitro
dengan penambahan kolesterol dan kolesterol ester ke media yang sesuai.
11

Karena organisme ini cepat berkolonisasi pada manusia selama pubertas saat
lipid kulit meningkat dan Pytriasis versicolor bermanifestasi di area-area kaya
sebum (misalnya, dada, punggung), variasi individu dalam hal lipid permukaan
kulit diduga berperan penting dalam patogenesis penyakit. Meskipun demikian,
dalam suatu studi pasien dengan PV dan subyek kontrol tidak menunjukkan
perbedaan kuantitatif dan kualitatif pada lipid permukaan kulit. Lipid permukaan
kulit signifikan untuk keberadaan M. furfur yang normal pada kulit manusia, tetapi
kemungkinan lipid berperan kecil dalam patogenesis Pytriasis versicolor. 4
Pasien ini mendapatkan terapi ketoconazole oral 1 x 200 mg dan topisel
(selenium sulfida) topikal yang dioleskan 20 menit sebelum mandi. Pasien juga
diberikan edukasi untuk menghindari faktor-faktor predisposisi timbulnya
pityriasis versicolor, dengan menghindari kelembaban berlebihan.
Pasien harus diberi informasi bahwa pityriasis versicolor disebabkan oleh
jamur yang normalnya ada di permukaan kulit sehingga tidak menular. Kondisi ini
tidak meninggalkan jaringan parut yang permanen atau perubahan pigmentasi,
dan perubahan warna kulit membaik dalam waktu 1-2 bulan setelah terapi
dimulai. Pityriasis versicolor dapat diterapi dengan sukses dengan berbagai
agen. Agen topikal efektif meliputi selenium sulfida, sodium sulfasetamid,
siklopiroksolamin, serta antifungi azole dan allilamin. Berbagai regimen dapat
digunakan. Selenium sulfida lotion dioleskan pada area kulit yang terpengaruh
setiap hari selama 2 minggu; setiap kali setelah dioleskan, dibiarkan selama 10
menit sebelum dicuci/mandi. Pemberian per minggu agen-agen topikal selama
beberapa bulan ke depan dapat membantu mencegah rekurensi.4,5
Terapi oral juga efektif untuk pityriasis versicolor dan seringkali lebih
dipilihpada pasien karena lebih mudah dan tidak memakan waktu. Terapi oral
dapat diberikan bersama regimen topikal. Ketoconazole, fluconazole, dan
itraconazole merupakan agen oral pilihan pertama. Berbagai regimen dosis telah
digunakan. Dengan ketoconazole, diberikan dosis 200 mg per hari selama 10
hari dan sebagai dosis tunggal 400 mg, keduanya memiliki hasil yang sama.
Fluconazole diberikan dalam dosis 150 sampai 300 mg setiap minggu selama 2-
4 minggu. Itraconazole biasanya diberikan pada 200 mg per hari selama 7 hari.
Pramiconazole dan sertaconazole juga telah digunakan dalam terapi pityriasis
versicolor. 4
12

BAB IV
RINGKASAN

Telah dilaporkan kasus dengan diagnosis pityriasis versicolor pada pasien


Tn.LA. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh adanya
bercak putih di lengan dan punggung yang disertai gatal sejak satu
bulan yang lalu. Bercak putih semakin lama semakin banyak. Gatal
hilang timbul, timbul terutama saat berkeringat. Pasien bekerja sebagai
guru jurusan mesin di SMK dan sering di luar untuk mengajar (setelah
mengajar siang hari di sekolah, pasien berkeliling ke tempat bimbingan
belajar yang lain untuk mengajar). Pasien mengeluh bahwa beliau
mudah berkeringat. Pasien mengaku berganti pakaian tiga kali per hari.
Pasien pernah berobat di RSSA 3 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama
dan diberi obat seperti salep, Untuk keluhan yang sekarang, sebelum ke RSSA,
pasien mengoleskan kalpanax pada ruam dan mengoleskan kayu putih ketika
terasa gatal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan ruam di lengan atas dan bawah D/S
dan punggung berupa makulae hipopigmentasi, berbatas tegas tepi irregular,
jumlah multiple dengan ukuran diameter bervariasi antara 1-2 cm. Dari
pemeriksaan penunjang Wood lamp didapatkan ruam berfluoresensi emas dan
pemeriksaan skuama dengan KOH 10 % tampak hifa pendek dengan spora
(spaghetti with meatballs).
Pasien dirawat jalan dan diterapi ketoconazole tab 1 x 200 mg dan
selenium sulfide solution. Prognosis bonam.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolf, Klaus, Lowell A.G., Stephen I.L., Barbara A.G, Amy S.P., and David
J.L. 2008. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine, seventh edition.
USA: Mc Graw Hill.
2. Oakley, Amanda. 2010. Pitytiasis Versicolor.
http://www.dermnetnz.org/fungal/pityriasis-versicolor.html Diakses tanggal
4 Juni 2014.
3. Gosh, Sudip Kumar, Sunil K.D., Indranil S., Jayasree N.B., Arghyaprasun
G., and Aloke K.R. 2008. Pityriasis versicolor: A Clinicomycological and
Epidemiological Study from A Tertiary Care Hospital. Indian J Dermatol
2008:53(4):182-5.
4. Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor.
http://emedicine.medscape.com/article/1091575-overview Diakses
tanggal 4 Juni 2014.
5. Richardson, Malcolm D. and David W.W. 1994. Fungal Infection
Diagnosis and Management. London: Blackwell Scientific Publication.
6. Crespo, V. Crespo-Erchiga, and E. Gmez-Moyano. 2008. Controversies
In Dermatology:Pityriasis Versicolor and the Yeasts of Genus Malassezia.
Actas Dermosifiliogr. 2008;99:764-71
7. Hawranek, Thomas. 2002. Cutaneous Mycology. In Fungal
Allergy and
Pathogenicity. Basel: S. Karger AG.

Anda mungkin juga menyukai