GLAUKOMA SEKUNDER
Pembimbing
Dr. Trisna Rini, Sp.M
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
ILMU KESEHATAN MATA
Mengetahui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “IGLAUKOMA SEKUNDER”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini merupakan salah satu
tugas yang harus dilaksanakan sebagai bagian dari kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Mata di RSAL Surabaya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami ucapkan pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan referat ini, terutama kepada dr. Trisna Rini, Sp.M yang
membimbing penyusunan referat ini.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dari semua pihak demi kesempurnaannya. Semoga
referat ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan suatu neuropati optic kronik yang ditandai oleh pencekungan
(capping) discus opticus dan pengecilan lampang pandang , biasanya disertai dengan
peningkatan intraocular . pada sebagian besar kasus, glaucoma tidak disertai oleh penyakit
lainnya.
Glaukoma merupakan masalah kesehatan mata yang penting di Indonesia. Distribusi
penyakit glaukoma di Indonesia sebesar 13,4%. Prevalensi kebutaan akibat penyakit
glaukoma sebesar 0,2% (Depkes, 1997). Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua
terbesar di Indonesia setelah katarak dan seringkali mengenai orang berusia lanjut.1
Di amerika serikat diperkirakan 3 juta penduduk amerika serikat terkena glaucoma,
dan diantara kasus-kasus tersebut sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang
mengalami kebutaan akibat glaucoma, termasuk 100.000 penduduk amerika, menjadikan
penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah.
Mekanisme peningkatan tekanan intraocular pada glaucoma adalah gangguan aliran
keluar aqueous humor akibat kelainan system drainase sudut bilik mata depan (glaucoma
sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke system drainase (glaucoma sudut
tertutup).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Humor akueus atau cairan aquos adalah cairan jernih yang mengisi bilik
mata depan dan belakang. Volumenya sekitar 250 μL dan kecepatan
pembentukannya yang bervariasi diurnal adalah 1,5-2 μL/mnt. Cairan aquous
diproduksi di badan siliar dan berjalan antara lensa dan iris, dan melalui pupil.
Cairan aquous membawa oksigen, glukosa dan beberapa nutrisi penting lainnya.
Cairan ini masuk di bilik anterior dan mengalirkannya melalui sudut drainase
(trabecullar meshwork). Jalinan/jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
Schelmm.3
Terdapat dua jalur utama keluarnya cairan akuous yaitu 4,5 :
5
Gambar 2.1. Aliran Aqueos Humor Normal
B. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani ”Glaukos” yang berarti hijau kebiruan
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan pertama yang irreversibel (Ilyas, 2004). Glaukoma
adalah suatu keadaan pada mata yang ditandai dengan kenaikan tekanan intraokuli,
penurunan visus, penyempitan lapang pandang, dan atropi nervus optikus.5,6
Glaukoma merupakan kumpulan beberapa penyakit dengan tanda utama
tekanan intraokuler yang tinggi dengan segala akibatnya yaitu, penggaungan dan
atrofi papil saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. Di dalam bola mata
(intraokular) terdapat cairan bola mata atau humor akuos yang setiap saat mengalir
dari tempat pembuatannya sampai berakhir disaluran keluar. Bila dalam
pengalirannya mengalami hambatan, maka akan terjadi peningkatan tekanan bola
mata sehingga menganggu saraf penglihatan dan terjadi kerusakan lapang pandang
mulai ringan sampai berat sesuai tinggi dan lamanya tekanan tersebut mengenai saraf
mata. 7
6
C. Epidemiologi
D. Faktor Risiko
7
E. Patogenesis
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik
posterior, melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan
terjadi peningkatan tekanan sehingga merusak serabut saraf mata. Perlu diketahui,
saraf mata berfungsi meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Di otak, bayangan
tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu benda (vision).
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata atau
menimbulkan skotoma (kehilangan lapangan pandang). Bila seluruh serabut saraf
rusak dan tidak diobati, glaukoma pada akhirnya akan menimbulkan kebutaan
total.Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Pada penderita glaukoma, yang terjadi adalah kerusakan serabut
saraf mata sehingga menyebabkan blind spot.6
8
Faktor-faktor penyebab penggaungan dan degenerasi papil saraf optik 7:
F. Klasifikasi
9
b. Glaukoma sudut tertutup, terdiri atas :
Akut
Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris
bombe yang menyebabkan sumbatan sudut bilik mata depan (BMD)
oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran cairan aquos dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat. Glaukoma sudut tertutup terjadi
pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik BMD.
Sub akut
Pada glaukoma sudut tertutup sub akut episode peningkatan TIO
berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut membaik
secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut BMD
berupa pembentukan sinekia anterior perifer.
Kronik
Sejumlah kecil pasien dengan predisposisi penutupan BMD tidak
pernah mengalami episode peningkatan akut TIO tetapi mengalami
sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai peningkatan
bertahap dari TIO.
11
1. Gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut
saraf pada pupil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik.
3. Ekskavasio papil saraf optik
12
Kelainan kimiawi dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana protein lensa
dan makrofag menutup sudut bilik mata depan, hal ini disebut glaukoma fakolitik.
Protein lensa yang terlepas dari kapsulnya dapat menyebabkan iridosiklitis, hai ini
disebut glaukoma fakotoksik.
Pengobatan
• Dapat diberikan obat-obat anti glaukoma
• Bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi perifer
• Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk menghilangkan penyebab
utamanya dan hal ini merupakan pengobatan yang paling berhasil.
13
Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan glaukoma sekunder yang dapat terjadi
pada stadium dini dan juga stadium lanjut. Pada stadium dini terjadi peradangan uvea
anterior, timbul hiperemi yang menimbulkan bertambahnya produk humor akuos,
juga ikut keluarnya sel-sel radang dengan fibrinnya akibat gangguan permeabilitas
dari pembuluh darah dan menyebabkan meningginya tekanan intraokuler. Pada
stadium lanjut adanya seklusio pupil, oklusi pupil, sinekhia perifer dapat
menimbulkan iris bombe yang menyebabkan sudut iridokornealis sempit dan
menimbulkan gangguan aliran keluar dari humor akuos sehingga tekanan intraokuler
meningkat yang pada akhirnya dapat menyebabkan glaukoma sekunder.
Glaukoma sekunder akibat uveitis anterior itu sendiri dikelompokkan menjadi
glaukoma sekunder sudut terbuka dan glaukoma sekunder sudut tertutup.8
Pada tahap awal glaukoma sekunder akibat uveitis anterior, banyak berhubungan
dengan glaukoma sudut terbuka seperti yang terlihat pada gambar. Hambatan aliran
humor akuos berhubungan dengan menumpuknya sel-sel inflamasi dan serat fibrin
ditrabekulum (T). Pada tahap lanjut, sinekhia perifer (P) dapat muncul dan sudut
iridokornealis akan terbuka kurang dari 50% jika sudut tertutup oleh sinekhia perifer.
Terapi pada glaukoma sudut terbuka ini lebih banyak dengan medikamentosa.
14
Pada tahap yang lebih lanjut dari penyakit ini, pada banyak kasus, dapat
terjadi glaukoma sudut tertutup sebagai efek sekunder dari sinekhia perifer atau efek
sekunder blok pupil dari produk hasil inflamasi dipupil. Ini dapat juga karena pada
awalnya terjadi sebagai serangan berulang ringan dari uveitis yang tidak terdeteksi
yang menyebabkan sinekhia perifer dan menjadi glaukoma sudut tertutup kronik.
Gambar menunjukkan keadaan sudut tertutup (A) dengan presentase lebih dari
50%. Pada uveitis tahap lanjut ini glaukoma sudut tertutup dapat berasal dari sinekhia
perifer atau efek sekunder blok pupil dari produk inflamasi yang ada dipupil (P).
Anatomi dari sudut iridokornealis tidak dapat dilihat dengan jelas pada pemeriksaan
gonioskopi disebabkan adanya sinekhia perifer dari iris dan adanya iris bombe
sehingga iris terdorong kedepan oleh cairan humor akuos pada kamera okuli posterior
sehingga menutupi sudut iridokornealis tersebut. Jika sudut sudah terbuka maka kita
dapat mengontrol glaukoma sekunder dan uveitis sehingga dapat menurunkan tekanan
intraokular, pengontrolan ini sulit dilakukan jika kondisi sudah berlangsung dalam
jangka waktu yang cukup lama dan telah ada jaringan fibrotik permanen pada
trabekulum, pada keadaan ini glaukoma sekunder yang terjadi dapat berlangsung
permanen selamanya. Pada kasus yang lain, setelah periode panjang pada uveitis yang
15
tidak diterapi atau dikontrol, sudut perlahan-lahan akan tertutup oleh sinekhia perifer,
pada keadaan ini, tentu saja glaukoma juga dapat berlangsung permanen pula.10
2. Stadium glaukoma
16
Tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokuler meningkat (glaukoma
sekunder) yang disertai rasa sakit yang sangat. Media refrakta keruh, pada
funduskopi sukar menentukan besarnya tumor.
3. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus
kemudian dapat pecah ke depan sampai ke luar dari rongga orbita disertai
nekrosis di atasnya. Pertumbuhan dapat pula terjadi ke belakang sepanjang N.
II dan masuk ke ruang tengkorak. Penyebaran ke kelenjar getah bening, dapat
masuk ke pembuluh darah untuk kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
N. Diagnosis
1. Anamnesis
Kehilangan penglihatan yng disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari
penderita, samapai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kadang-kadang
pada beberapa penderita mungkin sudah mengeluh adanya skotoma-skotoma di daerah
Bjerrum (parasentral pada lapang pandangnya). Tetapi umumnya gangguan penglihatan baru
dirasakan bila sudah ada kekeruhan media atau kelainan makula.5
Gangguan penglihatan subjektif pada penderita glaukoma paling sering disebabkan oleh
edema kornea akibat peninggian TIO yang cepat.Gangguan penglihatan yang lain adalah
haloglaukomatosa yaitu penderita melihat lingkaran-lingkaran pelangi disekitar bola lampu.
Keadaan ini umumnya disebabkan oleh edema kornea atau sudah ada sklerosis nukleus lensa.
Selain itu astenopia seperti mata cepat lelah, kesulitan akomodasi pada waktu membaca dekat
17
dan kehilangan penglihatan untuk beberapa saat (transient blackout) dapat disebabkan
keadaan glaukoma.5
Rasa sakit pada penderita glaucoma mempunyai derajat yang berbeda-beda. Sakit ini terdapat
disekitar mata, pada alis mata atau didalam bola mata dengan atau tanpa sakit kepala. Mata
merah terutama akibat injeksi siliar yang terjadi pada peninggian TIO yang cepat, sering
disertai mual muntah.8
Dengan cara palpasi, Penderita dan pemeriksa duduk berhadap-hadapan. Mata penderita
disuruh melihat ke bawah, tetapi celah mata tidak tertutup rapat. Kedua jari telunjuk
pemeriksa diletakkan di atas kelopak mata atas, tepat di bawah rima orbita. Kedua
telunjuk ini sedikit ditekan sampai permukaan sklera terasa. Keadaan tekanan bola mata
dapat dinilai.
a. Biomikroskopi
Pada kasus glaukoma berbagai perubahan dapat dijumpai misalnya injeksi siliar,
pelebaran pembuluh darah konjungtiva dan epislera, edema kornea, keratik presipitat, sinekia
iris, atropi iris, neovaskularisasi iris, pelebaran pupil, ekstropion uvea, dan katarak
glaucomatous.1
Kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari
penderita, sampai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kadang-kadang
pada beberapa penderita mungkin sudah mengeluh adanya skotoma-skotoma di daerah
18
Bjerrum (parasentral pada lapang pandangnya). Tetapi umumnya gangguan penglihatan baru
dirasakan bila sudah ada kekeruhan media atau kelainan macula. Kehilangan proyeksi
penglihatan ini umumnya dimulai dibagian nasal, kemudian disebelah atas atau bawah,
bagian temporal biasanya bertahan cukup lama sampai menghilang sama sekali. Dalam
keadaan ini tajam penglihatan sudah ditingkat menghitung jari, bahkan bisa lebih buruk lagi.5
c. Tonometri
Pengukuran ini dikenal dengan palpasi atau finger tension. Pengukuran ini
memberikan hasil yang kasar, dan memerlukan banyak pengalaman. Walaupun tidak teliti,
cara palpasi ini masih bermanfaat pada keadaan di mana pengukurn tekanan dengan alat tidak
dapat dilakukan, misalnya menghindari penularan konjungtivitis dan infeksi kornea.5
Dengan cara ini, TIO dapat diukur secara langsung, dengan kanulasi ke bilik mata
depan yang dihubungkan dengan manometer, atau secara tak langsung, melalui kornea
dengan alat tonometer. Banyak alat dirancang untuk cara tak langsung seperti tonometer
Schiotz, tonometer Maklakof, tonometer anaplasi Goldmann, tonometer anaplasi Hand Held,
tonometer Mackay Marg, dan lail-lain.5
19
karena praktis dan relatif murah dan yang kedua karena lebih tepat dan tidak banyak
dipengaruhi kekakuan dinding bola mata.5
d. Funduskopi
e. Perimetri
f. Genioskopi
Gonioskopi adalah pemeriksaan biomikroskopi sudut bilik mata depan, tempat dilalui
cairan intraokular sebelum keluar ke kanal Schlemm. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
apakah sudut bilik mata depan tertutup atau terbuka.5
g. Tonografi
Tonografi adalah cara pemeriksaan parameter lain dinamika cairan intraokuler yang
diperkenalkan oleh W.Morton Grant. Grant menunjukkan pencatatan TIO dengan tonometer
indentasi elektronik dalam jangka waktu tertentu digabung dengan tabel Fridenwald dapat
memperkirakan daya pengeluaran dan pembentukan cairan intraokular.5
h. Tes Provokasi
O. Penatalaksanaan
1. Midriatika
Penggunaan midriatika pada pupil untuk mencegah blok pupil dan untuk
melepaskan sinekhia yang ada..
2. Topikal kortikosteroid
20
Bentuk kedua dari terapi adalah penggunaan topikal kortikosteroid.
Penggunaan ini juga mempunyai resiko karena dapat meningkatkan tekanan
intraokuler pada 20%-30% individu. Jika hal ini terjadi dapat diganti dengan
fluoromethylone atau steroid yang mirip yang mempunyai resiko lebih rendah
menaikkan tekanan intraokuler tapi efek anti inflamasinya kuat.
3. Injeksi steroid subkonjungtiva
Pada pasien yang tidak berespon pada midriatika dan topikal kortikosteroid
dapat digunakan injeksi steroid subkonjungtiva
4. Steroid sistemik dengan terus memonitor uvea anterior
Pada pasien yang tetap tidak berespon adekuat terhadap antiinflamasi topikal
steroid digunakan steroid sistemik. Luntz memilih menggunakan prednisolone
oral dengan dosis awal 120 mg sehari dan memonitor reaksi uvea anterior.
Dimaksudkan jika dengan dosis 120 mg per hari dan sekresi dari uvea anterior
menurun, maka dosis akan diturunkan perlahan-lahan, dengan tetap
memperhatikan reaksi uvea anterior (untuk menaikkan dan menurunkan dosis).
5. Cytotoxic
Pada pasien dengan glaukoma sekunder yang menjadi uveitis kronis dimana
pengobatan dengan midriatika dan steroid tidak membaik, penggunaan
cytotoxic misalnya cylosporin atau methotrexate dapat memberikan hasil yang
baik dengan terkontrolnya glaukoma dan proses peradangan pada uvea anterior
.
6. Hipotensif agen
a. Simpatomimetik
21
perlahan kembali meningkat. Di Inggris, terdapat peningkatan kecenderungan
untuk melakukan pembedahan drainase dini. 10,11
8. Pembedahan
Menurut Luntz jika tekanan berkisar antara 35-40 mmHg dengan nervus
optikus normal, maka diikuti 1-2 bulan untuk memantau keadaan papil
nervus optikus, lapang pandang, peningkatan rasio cupdisc, jika semua ini
masih dalam batas normal sementara uveitis masih aktif dan ophtalmologis
yakin masih ada kemungkinan terapi berhasil maka terapi medikamentosa
dapat diteruskan. Tetapi jika papil nervus optikus sudah menunjukkan tanda-
tanda kerusakan dan defek lapang pandang sudah sangat spesifik glaukoma,
maka harus segera dioperasi. Jika sudah terjadi sinekhia anterior perifer dan
kerusakan sudut iridokornealis sudah muncul, diperlukan trabekulektomi,
seklusio pupil dapat diatasi dengan iridektomi perifer (dengan laser).
Iridektomi perifer dan pembebasan pupil juga perlu dilakukan jika terjadi
22
sinekhia posterior yang ektensif antara iris dan lensa. dilakukan secara dini
sebagai terapi glaukoma. 10
P. Komplikasi
Jika pengobatan terlambat akan cepat berlanjut pada tahap akhir glukoma
yaitu gloukoma absolut.
Q. Prognosis
Diagnosis yang lebih awal dan penanganan dini pada glaukoma dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
23
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26
27