Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS STASE

FORENSIK

KASUS PENGANIYAAN

OLEH :
Buana Maheswara Harsya Syailendra
H1 A011 014

PEMBIMBING :
dr. Arfi Syamsun, Sp.KF
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa Menengah Atas
Status Menikah : Belum Menikah
Hasil Aloanamnesis
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD
Provinsi Nusa Tenggara Barat karena mengalami keluhan
luka pada dada kiri pasien. Berdasarkan hasil yang
didapatkan dari aloanamnesis dengan orang tua pasien.
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sempat
berkelahi dengan senior di sekolah pasien. Menurut
keterangan orang tua pasien diketahui bahwa didapatkan
sebuah besi yang menusuk dada kiri pasien saat sampai
dirumah yang diantarkan oleh teman pasien. Kejadian
bermula pada saat jam pulang sekolah, pasien sempat
beradu mulut dengan senior pasien karena masalah bahwa
pasien seorang siswa baru yang sombong dan tidak mau
memberikan sejumlah uang.
Con’t
Setelah beradu mulut, senior pasien tidak terima
dan berkelahi dengan pasien, lalu senior pasien tersebut
langusng menusukan besi beton yang didapatkan
disekitar kejadian, dan setelah ditusuk pasien terjatuh
dan mengeluarkan banyak darah dari dada kiri pasien.
Pada saat pasien terjatuh kemudian senior pasien ini
menendang kembali besi tersebut sampai besi itu masuk
lebih dalam kembali ke dada kiri pasien. Setelah
kejadian teman-teman pasien membantu pasien dan
membawa pulang pasien, kemudian keluarga langsung
membawa pasien ke Instalasi Gawat Darurat RSUD
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
TANDA VITAL
 Menurut skala Glasgow Coma Scale (GCS), maka didapatkan
skor tiga belas untuk kesadaran pasien, yaitu pasien dapat
membuka mata spontan, pasien mengalami disorientasi dan
mengalami tidak sadar beberapa menit, dan pasien masih
mampu melakukan gerakan motorik.
 Tekanan darah pasien adalah seratus tiga puluh per sembilan
puluh milimieter air raksa (130/90 mmhg).
 Frekuensi napas pasien adalah dua puluh lima kali per menit.
 Frekuensi nadi pasien adalah seratus sepuluh kali per menit.
 Suhu tubuh pasien adalah tiga puluh tujuh koma lima derajat
selsius.
DESKRIPSI LUKA
Terdapat satu buah luka pada bagian dada kiri.
Luka berbentuk teratur. Panjang luka adalah tiga
sentimeter. Lebar luka adalah dua sentimeter. Lima
belas sentimeter dari garis tengah tubuh, tujuh
sentimeter diatas garis mendatar yang melalui putting,
satu koma dua meter dari tumit. Dalam luka tidak bisa
dievaluasi. Luka berbatas tegas, tepi luka tidak rata,
tebing luka tidak dapat dievaluasi, tidak dapat
dievaluasi adanya jembatan jaringan, dan dasar luka
tidak dapat dievaluasi. Terdapat adanya besi yang
keluar dari dada kiri dengan panjang dua belas
sentimeter dan lebar satu sentimeter. Terlihat adanya
darah yang keluar dari luka, serta tidak terdapat
adanya memar pada kulit di sekitar luka.
TINDAKAN DIAGNOSTIK DI IGD
RSUD PROVINSI NTB
Memberikan O2 dan Memasang infus Ringer Laktat
20 tetes permenit
Membersihkan luka dan sekitar luka :
H2O2 : Deinfeksi Luka
RL : Irigasi
Betadine : Deinfeksi Luka
Menutup luka dengan kasa steril yang kering dan
plester.
Con’t
 Memberikan terapi pertama :
Inj. Ceftriaxsone
Inj. ATS (Anti Tetanus Serum)
Inj. Asam Mefenamat
Inj. Ketorlac
 Melakukan pemeriksaan penunjang :
Cek Darah Lengkap
EKG
Foto Rontgen Thoraks
HASIL FOTO RONTGEN
REFLEKSI KASUS
Suatu luka dapat didefinisikan sebagai
rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh
suatu trauma. Ada bermacam-macam penyebab
luka, yaitu yang disebabkan oleh tembakan, aliran
listrik, persentuhan dengan benda tumpul, benda
tajam, bahan kimia, dan sebagainya
KUALIFIKASI LUKA BERDASARKAN
PASAL 90 KUHP
Luka derajat I (Luka yang tidak menimbulkan
penyakit, atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencaharian).
Contoh: Pada laki-laki yang berumur tujuh belas
tahun ini didapatkan luka-luka lecet dan memar
akibat benda tumpul. Luka-luka tersebut tidak
berakibat penyakit atau halangan untuk melakukan
jabatan atau pekerjaan.
Con’t
Luka derajat II (Luka yang mengakibatkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan jabatan atau
pencaharian untuk sementara waktu)
Contoh : Pada laki-laki berumur sekitar dua puluh
satu tahun ini didapatkan adanya luka memar dan
luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul. Luka-
luka tersebut mengakibatkan penyakit atau
halangan melakukan jabatan atau pekerjaan
selama dua minggu.
Con’t
Luka derajat III (Luka berat, atau yanmg
mengancam jiwa)
Contoh : Pada perempuan yang berumur sekitar
dua puluh lima tahun ini didapatkan luka-luka
lecet, memar serta robeknya jaringan limpa.
Luka-luka tersebut selain mendatangkan
bahaya maut juga tidak dapat diharapkan akan
sembuh dengan sempurna.
TINJAUAN HUKUM
Pada kasus ini, karena korban mengalami luka
berat, maka hukumannya akan disesuaikan
dengan Pasal 90 KUHP tentang luka berat pada
tubuh korban. Berdasarkan pasal 90 berbunyi :
Luka derajat dua ialah : “Luka yang menyebabkan
rintangan/halangan tetap dalam menjalankan
jabatan, pekerjaan atau pencaharian untuk
sementara waktu”.
Con’t
Dimana pada kasus ini merupakan kualifikasi luka berat
yang dapat mengakibatkan jatuh sakit atau mendapat luka yang
tidak memberikan harapan akan sembuh sama sekali atau yang
menimbulkan bahaya maut. Bahaya maut disini haruslah ditinjau
dari keadaan penderita pada waktu diperiksa untuk pertama kali,
dan keadaan setelah perawatan.Keadaan ini menimbulkan bahaya
maut. Bila setelah dirawat (operasi) kemudian sembuh, haruslah
tetap dianggap luka yang menimbulkan bahaya maut (Pasal 90
KUHP). Hukum pidana pada kasus dengan penganiyaan luka berat
juga didapatkan pada pasal 351, 353, 354, dan 355 KUHP dimana
berbunyi sebagai berikut : “Jika perbuatan itu mengakibatkan luka
berat, si tersalah dihukum penjara selama-lamanya kurang lebih
tujuh hingga delapan tahun”.
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, telah terjadi tindak kekerasan
pada seorang remaja laki-laki berusia delapan
belas tahun yang dilakukan oleh senior pasien,
seorang anak laki-laki berusia sembilan belas
tahun. Menurut KUHP, kasus ini termasuk kasus
tindak pidana dengan kualifikasi luka berat pada
korban, dimana polisi dapat memproses kasus ini
lebih lanjut tanpa harus meminta persetujuan pihak
yang dirugikan (korban).
Con’t
Data yang diperolah dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik merupakan bukti yang dapat
memastikan bahwa telah terjadi kekerasan dengan
benda tumpul namun permukaan benda tajam pada
dada kiri korban. Karena terdakwa merupakan seorang
remaja proses peradilan harus disesuaikan dengan
Pasal 90 KUHP tentang luka berat pada tubuh korban.
Pada kasus ini perlu dipertimbangkan keadaan ini
menimbulkan bahaya maut. Bila setelah dirawat
(Operasi) kemudian sembuh, haruslah tetap dianggap
luka yang menimbulkan bahaya maut (Pasal 90 KUHP).
KESIMPULAN
Pasien seorang laki-laki, berusia delapan belas tahun,
datang ke IGD RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
kesadaran penuh, pekerjaan sebagai pelajar, mengaku
tertusuk besi pada dada sebelah kiri. Pada kasus ini
didapatkan hasil pemeriksaan :

1. Luka tusuk pada dada bagian kiri dapat terjadi akibat


persentuhan dengan benda tumpul permukaan yang tajam.
Luka tersebut dapat disebabkan oleh besi beton sesuai
dengan informasi dari wawancara.
Con’t
Dokter telah melakukan tindakan pembersihan luka,
pemberian obat anti nyeri, antibiotik, melakukan pemeriksaan
penunjang di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta merujuk pasien
untuk dilakukan tatalaksana lebih lanjut di RS Sanglah
Denpasar.
Perkiraan penyembuhan luka robek tersebut
memerlukan waktu empat hingga lima minggu. Luka tersebut
dapat menyebabkan hambatan dalam melakukan pekerjaan
sebagai pelajar dan dapat menimbulkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
 Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al.Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1997.p.147-158.
 Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI.Peraturan
Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Hukum Acara
Pidana, Prosedur Medikolegal, dan Kejahatan terhadap
Tubuh dan Jiwa Manusia. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994. p.33-37.
 Kusuma, S et al. Ilmu Kedokteran Forensik &
Medikolegal.Surabaya: Bagian Kedokteran Forensik FK
UNAIR. 2007; p.277-297
Con’t
Dahlan S. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.
Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan
Penerbit UNDIP. Semarang. 2000;p.125-133.
Hoediyanto, dr. Sp. F (K). 2007. Buku Ajar Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya:
Bagian IKF dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Unair.
Idries A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai