(SAP)
“IMUNISASI”
Disusun Oleh :
Thoyyibah ( 17930099 )
JURUSAN FARMASI
2020 – 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
“IMUNISASI”
Topik : Imunisasi
1. Definisi Imunisasi
2. Manfaat Imunisasi
3. Penyakit yang dapa dicegah dengan imunisasi
4. Jenis – Jenis Imunisasi
5. KIPI ( Kejadian Ikutan Paksa Imunisasi )
6. Jadwal Imunisasi
7. Tempat dilakukan Imunisasi
Target : Balita
Penyuluh : Anggota kelompok 6 mata kuliah perilaku sehat Farmasi UIN malang
I. Latar Belakang
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus. Kematian anak per tahun di seluruh
dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Di Indonesia,
imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi. Imunisasi masih sangat
diperlukan untuk melakukan pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
seperti tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, poliodan
hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population
immunity) (Pusat Komunikasi,2011).
II. Tujuan
Penekanan konsep penyuluhan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar
berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga
pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan
maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan
(Septiarani, dkk, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penyuluhan untuk membantu
para orang tua mengetahui lebih jauh tentang imunisasu yang baik dan benar. Dengan adanya
penyuluhan ini diharapkan para orang tua tidak hanya mengetahui tetapi diharapkan berpengaruh
terhadap perilaku dan pola fikir tentang imunisasi.
III. Materi Penyuluhan
3.1. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekolompok masyarakat atau bahkan menghilangkan suatu
penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, dkk, 2017).
a) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
c) Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
a) Hepatitis B : Penyakit pada organ hati yang dapat berlangsung beberapa minggu bahkan
seumur hidup.
b) DPT : Difteri merupakan penyakit yang dapat membuat bayi sulit bernapas, lumpuh, dan
mengalami gagal jantung. Tetanus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kaku otot
dan mulut mengunci. Sementara itu, pertusis adalah batuk yang sangat parah hingga tidak
bisa bernapas dan juga mengakibatkan kematian.
c) BCG : Penyakit tuberkulosis (TB) yang terkadang juga bisa berkembang menjadi
meningitis.
d) Polio : Penyakit polio yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen
e) HiB : Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi di otak,paru-paru,dan saluran pencernaan.
f) MR : Campak adalah penyakit menular dan menyebabkan demam tinggi dan ruam serta
dapat berujung pada kebutaan, ensefalitis, hingga kematian. Sementara rubella adalah
infeksi virus yang bisa berdampak ringan pada anak, tetapi berakibat fatal bagi ibu hamil.
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya. Imunisasi wajib terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan dan
imunisasi khusus (Kemenkes,2014).
a) Vaksin BCG
Indikasi : Untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B,
dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.
Efek samping : Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi
berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat
terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping : Jika demam, kenakan pakaian yang tipis, Bekas suntikan yang
nyeri dapat dikompres air dingin, Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–
4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat, Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
c) Vaksin Hepatitis B
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulang untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah
tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur(Kemenkes,2014).
a) Vaksin DT
Indikasi : Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
Efek samping : Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan : Jika demam, kenakan pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam), anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
b) Vaksin Td
Indikasi : Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
Efek samping : Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan
(20–30%) serta demam (4,7%)
Penanganan : -
c) Vaksin TT
Indikasi : Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Efek samping : Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan : Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam
kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi
Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB
(Outbreak Response Immunization/ORI) (Kemenkes,2014).
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu,
yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus,
Japanese Ensephalitis, dan HPV(Kemenkes,2014).
3.5 KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi)
1. Pengertian
KIPI adalah kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin,
reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau hubungan kausal yang
tidak dapat ditentukan(Kemenkes,2014).
2. Penyebab
a. Klasifikasi lapangan
Kesalahan prosedur
Sebagian besar KIPI berhubungan dengan kesalahan prosedur yang meliputi
kesalahan prosedur penyimpanan, pengeloalaan dan tata laksana pemberian
vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur
imunisasi. Misalnya, dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara
penyuntikan, sterilisasi syringe dan jarum suntik, jarum bekas pakai, tindakan
aseptik dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan
vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut vaksin, tidak
memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi kontra, dan
lain-lain). (Akib, 2011).
Reaksi suntikan
Reaksi suntikan langsung, meliputi rasa sakit, bengkak, dan kemerahan pada
tempat suntikan. Adapun reaksi tidak langsung, meliputi rasa takut, pusing,
mual, sampai sinkop. Reaksi ini tidak berhubungan dengan kandungan yang
terdapat pada vaksin, yang sering terjadi pada vaksinasi massal.
(Kemenkes,2014)
Induksi vaksin/reaksi vaksin
Pencegahan terhadap reaksi vaksin, di antaranya perhatikan indikasi kontra,
tidak memberikan vaksin hidup kepada anak defisiensi imunitas, ajari orangtua
menangani reaksi vaksin yang ringan dan anjurkan untuk segera kembali
apabila ada reaksi yang mencemaskan (paracetamol dapat diberikan 4x sehari
untuk mengurangi gejala demam dan rasa nyeri), kenali dan atasi reaksi
anafilaksis, siapkan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap. (Akib,
2011).
Factor kebetulan
Penyebab tidak diketahui
b. Klasifikasi kausalitas
Pada tahun 2009, WHO merekomendasikan klasifikasi kausalitas baru berdasarkan 2
aspek, yaitu waktu timbulnya gejala (onset time) dan penyebab lain yang dapat
menerangkan terjadinya KIPI (alternative explanation: no, maybe, yes)
(Kemenkes,2014) .
Untuk kasus KIPI dengan reaksi yang ringan, seperti reaksi lokal, demam, dan
gejala-gejala sistemis yang dapat sembuh sendiri, tidak perlu dilaporkan. Jika ada
keraguan apakah suatu kasus harus dilaporkan atau tidak, sebaiknya dilaporkan, agar
mendapat umpan balik positif apabila kasus tersebut dilaporkan (Kemenkes,2014).
4.6 Jadwal Imunisasi
4.7. Tempat dilakukan imunisasi
Program keluarga harapan merupakan sebagai salah satu bentuk perluasan cakupan
jaminan sosial berupa bantuan sosial kepada keluarga-keluarga miskin, baik di pedesaan
maupun di perkotaan (Wulansari dan M. Nadjib, 2017). Di Indonesia, program imunisasi diatur
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh
unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan
imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada: (
Markum, 1997).
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, Puskesmas
pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat
diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau
melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik swasta atau
rumah sakit swasta.
V. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah orang tua yang memiliki balita, sehingga dapat
menerapkan hasil dari penyuluhan dan sadar bahwa imunisasi sangat penting untuk dilakukan.
VI. Metode
VII. Media
VIII. Pengorganisasian
Penyuluhan ini dibagi tugas agar penyuluhan dapat terstruktur, berikut pembagian tugas
dalam penyuluhan :
Penyuluh : Putri Ayu Andina ( 18930049 )
Evaluasi akan diisi saat setelah dilakukan penyuluhan berdasarkan evaluasi penyuluh
(Kelompok) dan Kuisoner peserta.
XI. Pertanyaan
1. Apakah efek samping dialami pada setiap balita atau pada hal tertentu?
Pada saat balita diberikan imunisasi, efek samping yang ditimbulkan biasanya ruam dan
kemerahan pada kulit, nyeri hingga demam ringan. Ibu – ibu diharapkan untuk tidak panic
berlebihan apabila anak ibu timbul demam. Demam yang ditimbulkan akibat setelah imunisasi
merupakan respon tubuh terhadap imunisasi, penanggulangan yang dapat diberikan seperti yang
telah dijelaskan yaitu dengan memberikan kompres hangat, memakai pakaian tipis, dan jika perlu
diberikan paracetamol sesuai dengan resep dokter. Perihal efek samping lainnya merupakan efek
samping penyerta namun tidak semua terjadi setelah imunisasi.
Pemberian vaksin atau imunisasi diberikan dengan waktu yang berbeda, dimana jadwal
dari imunisasi ini telah diatur oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, berikut jadwalnya :
3. Apa dampak yang terjadi jika tidak dilakukan imunisasi pada balita?
Jika tidak mendapat imunisasi, anak akan lebih mudah terserang infeksi dan penyakit yang
lebih serius. Selain itu, mereka juga memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, yang bias
berujung pada kecacatan bahkan kematian. Hal ini karena tubuhnya tidak diperkuat dengan sistem
pertahanan khusus yang dapat mendeteksi beberapa jenis penyakit berbahaya. Tubuh manusia
tidak dapat mengenali virus penyakit yang masuk dan karenanya tidak dapat menahannya. Ini akan
memudahkan bakteri penyakit berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak. Jika anak tidak
divaksinasi sama sekali maka anak akan berisiko sakit, bahkan penyakit ini bisa menyebabkan
anak tersebut meninggal. Sistem kekebalan anak-anak yang tidak divaksinasi tidak sekuat anak-
anak yang tidak divaksinasi. Hal ini karena tubuh anak tidak dapat mengenali virus penyakit yang
masuk ke dalam tubuh sehingga tidak dapat melawannya.
4. Bagaimana cara membedakan vaksin asli dan palsu?
Menurut Kepala Divisi Corporate Secretary PT Bio Farma, Rahman Rustan, ada beberapa
kriteria yang bisa dipakai untuk membedakan vaksin asli atau palsu, di antaranya:
Sebenarnya cara yang paling efektif untuk membuktikan keaslian sebuah vaksin yaitu dengan
cara uji laboratorium. Namun bagi masyarakat umum dapat dilakukan melalui kasat mata.
A. Menurut Notoadmodjo (2007), indikasi keberhasilan yang dapat dilihat pada diri seseorang
pada setiap tahapan proses penyuluhan adalah sebagai berikut:
Tahap sadar (arwarness). Pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru
karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.
Tahap minat (interest). Pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak
tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau
informasi yang lebih terperinci.
Tahap menilai (evaluation). Pada tahap ini seseorang mulai menilai atau
menimbangmenimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, .
Tahap mencoba (trial). Pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam
skala kecil sebagai upaya meyakinkan apakah dapat dilanjutkan atau tidak.
Tahap penerapan atau adopsi (adoption). Pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal
baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.
Metode Ceramah: Metode ini adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran,sehingga memperoleh
informasi sesuai yang diinginkan.
Metode Diskusi Kelompok: Metode diskusi merupakan pembicaraan yang direncanakan
dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan
Metode Curah Pendapat: Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah
di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang akan
dilakukan selanjutnya
Metode Panel: Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik
Metode Bermain peran: Metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia tanpa diadakan latihan yang biasanya dilakukan oleh dua orang atau
lebih
Metode Demonstrasi: Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide ,dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
Metode Simposium: Metode simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh
2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat
Metode Seminar: Metode seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai
bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akib P.A., Purwanti A. 2011. Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI) Adverse Events Following
Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat. Penyunting:
Ranuh Gde, Suyitno H, Hadinegoro S.R.S, Kartasasmita C.B, Ismoedijanto dkk. Jakarta: IDAI.
IDAI. 2017. Jadwal Imunisasi. Jakarta: IDAI.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap untuk Anak Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap untuk AnakIndonesia.
Kemenkes.2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Markum, A.H. 1997. Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Komunikasi Publik. 2011. Pertemuan Koordinasi dalam Rangka Persiapan Tahun 2012 sebagai
Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin dan Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio 2011
di 17 Provinsi . Indonesia.
Ranuh, I G, dkk. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Septiarini, R, dkk. 2015. Pengaruh Penyuluhan Mengenai Imunisasi terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu di Desa Sukarapih Kec. Sukasari. JSK. Volume 1. Nomor 2.
WHO, UNICEF, World Bank. 2009. State Of The World’s Vaccines And Immunization 3rd
Edition. Geneva: World Health Organization.
Wulansari dan M. Nadjib. 2017. Determinan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada Penerima
Program Keluarga Harapan. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia. Volume 4. Nomor 1.