Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Pengertian Asuhan Kebidanan Komunitas adalah bentuk-bentuk

Pelayanan kebidanan yang dilakukan di luar bagian atau pelayanan

berkelanjutan yang duberikan di Rumah Sakit dengan menenkankan

kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat.

(Yulifah dan Yuswanto, 2009)

2. Bidan Komunitas

Bidan Komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan

pelayanan kepada keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu

(Yulifah dan Yuswanto, 2009).

3. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuannya adalah meningkatnya kesehatan ibu dan anak balita di

dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera di

dalam komuniti (Ambarwati dan Rismintari, 2011)

4. Sasaran Asuhan Kebidanan Komunitas

Ukuran keberhasilan bidan di komunnitas adalah bangkitnya atau

lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi

kebutuhan kesehatan serta keualitas hidup perempuan di wilayah

tertentu dengan sasaran sebagai berikut :


a. Sasaran Umum

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi masyarakat,

tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat.

b. Sasaran Khusus

Perempuan selama dalam siklus kehidupannya, yaitu mulai sejak

konsepsi sampai lanjut usia. Agar pelayanan kebidanan di

komunitas terarah dan tepat sasaran, maka bidan harus

menerapakan prinsif asuhan kebidanaan komunitas. Prinsif asuhan

kebidanaan komunitas sebagai berikut adalah :

1) Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu,

kesehatan masyarakat sosial, psikologi, ilmu kebidanan

dan lain-lain yang mendukung peran bidan komunitas

2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjujung

harkat dan martabat kemanusian klien.

3) Ciri kebidanan komunitas adalah mernggunakan populasi

sebagai yunit analisis. Populasi tersebut berupa kelompok

sasaran yang terdiri atas perempuan, jumlah kepala

keluarga, jumlah neonatus, dan jumlah balita.

4) Keberhasilan diukur melalui adanya kerja sama berbagai

mitra, seperti PKK, kader kesehatan, perawat, dokter dll

( Yulifah dan Yuswanto, 2009)


5) Bentuk asuhan kebidanan komunitas

Bantuan, bimbingan, penyuluhan, konseling dan

pengawasan.

Ruang Lingkup :

a. Pengkajian kebutuhan kesehatan masyarakat

b. Perencanaan intervensi

c. Pelaksanaan intervensi

d. Menilai hasil kegiatan

6) Pelayanan kebidanan komunitas

Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya

dilakukan melalui pelayanan kebidanan. Pelayanan

kebidanan adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh

bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan

kesehatan. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas

meliputi individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah

sakit.

Pelayanan kebidanan komunitas mencakup upaya

pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.

Kegiatan pelayanan komunitas bisa dilakukan

dipuskesmas, pilindes, posyandu, bidan praktek swasta,

atau dirumah pasien. Kegiatan pelayanan komunitas

meliputi :
a) Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan

b) Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita

c) Pengobatan sederhana bagi ibu dan balita

d) Perbaiakan gizi keluarga

e) Imunisasi ibu dan anak

f) Pertolongan persalinan dirumah

g) Pelayanan KB

Manajemen kebidanan adalah metode pelayanan yang

dilakukan bidan untuk menyelamatkan klien dari

gangguan kesehatan yang dapat membahayakan

kehidupannya melalui langkah-langkah :

a) Pengkajian

b) Interpretasi data

c) Identifikasi masalah potensial

d) Kebutuhan tindakan masalah segera

e) Perencanaan

f) Pelaksanaan

g) Evaluasi hasil kegiatan (Ambarwati dan Rismintari,

2011)
B. Teori Tentang Pendekatan H.L. Blum

1. Teori Tentang Pendekatan H.L. Blum

Hendric L. Blum ( 1974 ), menyatakan bahwa ada 4 faktor utama

yang mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu, lingkungan, prilaku,

kesehatan dan keturunan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi status kesehatankeluarga :

a. Lingkungan hidup

Masalah kesehatan keluarga tergantung pada lingkungan

hidup baik secara fisik biologi dan sosial budaya. Tingkatan

pendidikan keluarga, pendidikan ibu rendah, tingkat sosial

ekonomi miskin dan keluarga merupakan gangguanuntuk mencapai

status keluarga sehat secara optimal, keadaan lainnya adalah

hubungan orang tua yang tidak harmonis, ibu tidak peduli dengan

kebutuhan anak mereka dan sulit untuk menerima pendidikan

kesehatan. Peralihan ekonomi dan sosial budaya dari suatu

keluarga merubah pola hidup keluarga dari lingkungannya.

b. Perilaku

Keluarga tidak berperilaku yang benar untuk mendukung

pola tingkah laku hidup sehat. Hal ini tampak pola makan keluarga

yang tidak benar dan mengakibatkan kegemukan serta gizi yang

berlebihan. Lebih dari 88% keluarga di desa mempunyai kebiasaan

buruk dalam membuang sampah dan 35% keluarga hidup dirumah

yang tidak sehat. Beberapa dari anggota kelompok memiliki

perilaku negative terhadap anak cacat. Dorongan dan pola didik


anak pada pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terlaksana

dengan benar.

c. Pelayanaan kesehatan

Sampai sekarang pelayanan kesehatan bagi keluarga tidak

dalam bentuk paket untuk setiap paket keluarga, tetapi dalam

pelayanan individu untuk setiap anggota keluarga. Fasilitas

penytuluhan dipusat kesehatan dan RS kota masih kurang

kompeten dan menjalankan peranannya untuk mendukung system

penyuluhan kesehatan. Pelayanan kesehatan untuk anak balita dan

pra sekolah belum mengenal jaminan kesehatan kelahiran baru

rendah. Pelayanan kesehatan bayi di tekankan pada aktifitas

kelangsungan hidup anak.

d. Genetika atau penduduk

Keluarga dibentuk menjadi dua macam manusia dengan

bermacam-macam gen dan sifat, yang mempengaruhi anak mereka.

Pelayanan genetik dalam komplek pelayanan kesehatan dianggap

sulit dan mahal untuk dilaksanakan dan membutuhkan metode

teknologi yang tinggi dengan ahli khusus.

C. Teori Singkat Tentang Pemecahan Masalah Pengambilan Keputusan

1. Pemecahan Masalah Pengambilan Keputusan ( PMPK )

Didalam pemecahan masalah terkandung suatu proses sistematika

yang mempunyai urutan logis. Langkah-langkah dalam pemecahan

masalah selengkapnya dapat dilihat dari diagram berikut :


Penetapan masalah Prioritas masalah

kesenjangan Analisa penyebab

penilaian Pemecahan masalah tujuan/sasaran

pelaksanaan Alternative pemecahan masalah

Rencana pelaksanaan Pengambilan keputusan

2. Penentuan Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah digunakan metode Hanlon

kualitatif. Prinsip dasar penetapan prioritas masalah ini adalah

membandingkan pentingnya masalah satu dengan yang lainnya dengan

cara matching untuk tiap – tiap masalah. Untuk keperluan matching

ini digunakan 3 kriteria yaitu :

a. Urgency ( U ) mendesak, yaitu apabila masalah tersebut mendesak

dalam aspek waktu perlu segera ditangani maka masalah terssebut

merupakan massalah prioritas.

b. Seriousness( S ) kegawatan, yaitu apabila maslaah tersebit dapat

menyebabkan kematian fasilitas


c. Growth ( G ) perkembangan, yiatu dilihat dari prevalensidan

insiden semakinbesar masalahsemakin diperioritaskan.

Penetapan prioritas dengan criteria urgency ( U ) mendesak

Masalah A B C D E Jumlah

Total vertical

Total horizontal

Total
Penetapan prioritas dengan criteria Seriousness ( S ) Kegawatan

Masalah A B C D E Jumlah

Total vertical

Total horizontal

Total
Penetapan prioritass dengan Growth ( G ) ( Perkembangan )

Masalah A B C D E Jumlah

Total vertical

Total horizontal

Total

D. Teori Singkat Penyakit

1. ISPA

a. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi

dua, ISPA atas dan bawah. Menurut Nelson 2002, infeksi

saluran pernafasan atas adalah infeksi yang disebabkan oleh

virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau comman cold,

faringitis akut, uvulitis akut, rhintis, nasofaringitis kronis,

sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernafasan akut bawah


merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran

atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang

termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut,

bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.

( Setiati, 2009 )

b. Jenis – Jenis ISPA

Penyakit infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau

lebih dari saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan aksesoris seperti

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi

tiga unsur yakni antara lain :

1) Infeksi

Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikrooraganisme

ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan gejala penyakit.

2) Saluran pernafasan

Saluran pernafasan merupakan organ mulai dari hidung

hingga alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura.

3) Infeksi akut

Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari ditentukan untuk menunjukan proses akut meskipun

untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam

ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.


Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran

pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah

(termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran

pernafasan. Berdasrkan batasan tersebut jaringan paru

termasuk dalam saluran pernafasan. Program

pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu:

a) ISPA Non-Pneumonia

Merupakan penyakit yang banyak dikenal

masyarakat dengan istilah batuk dan pilek.

b) ISPA Pneumonia

Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses

infeksi akut yang mengenal jaringan paru-paru ( alveoli )

biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang di

tandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas

cepat tarikan dinding dada bagian bawah.

Berdasarkan kelompok umur program-program

pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan

ISPA sebagai berikut :

(1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan,

diklasifikasikan atas :

(a) Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan

ditemukan adanya penarikan yang kuat pada

dinding dada bagian bawah ke dalam dan


adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per

menit atau lebih.

(b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila

tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding

dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada

nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.

(2) Kelompok umur 2 bulan – <5 tahun diklasifikasikan

atas :

(a) Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan

ditemukan adanya tarikan dinding dada dan

bagian bawah ke dalam.

(b) Pneumonia : tidak ada tarikan

dada bagian bawah ke dalam. Adanya nafas

cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada

umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau

lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.

(c) Bukan pneumonia : tidak ada tarikan dinding

bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat,

frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada

anak umur 2 - <12 bulan dan kurang dari 40

permenit 12 bulan - <5 tahun.

Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan

bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk,

kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit


telinga dan demam. Berikut gejala ISPA dibagi

menjadi 3 antara lain sebagai berikut :

(a)Gejala dari ISPA ringan :

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA

ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-

gejala sebagai berikut :

 Batuk

 Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu

mengeluarkan suara (pada waktu berbicara

atau menangis)

 Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus

dari hidung.

 Panas atau demam, suhu badan lebih dari

370C

(b)Gejala ISPA sedang :

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA

sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan

disertai satu atau gejala-gejala sebagai berikut:

 Pernafasan cepat sesuia umur yaitu : untuk

kelompok umur kurang dari 2 bulan

frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih

untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali permenit

atau lebih pada umur 12 bulan-<5 tahun.

 Suhu tubuh lebih dari 39◦ C


 Tenggorokan berwarna merah

 Timbul bercak-bercak merah pada kulit

menyerupai bercak campak.

 Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari

lubang telinga.

 Pernafasan berbunyi seperti menggorok

(mendengkur).

(c)Gejala dari ISPA berat

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA

berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau

ISPA sedang di sertai satu atau lebih gejala-gejala

sebagai berikut :

 Bibir atau kulit membiru

 Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

 Pernafasan berbunyi seperti menggorok dan

anak tampak gelisah.

 Sela iga tertarik ke dalam pada waktu

bernaafas.

 Nadi cepat lebih dari 160 kali permenit atau

tidak teraba.

 Tenggorokan berwarna merah.

c. Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh

membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga


hidung di saring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu

yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam

hidung. Sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat

dalam membran mukosa. Gerakan silia medorong membran

mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior

menuju faring.

d. Penyebab ISPA

ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal. Antara lain :

1) Menurut Nelson (2002), virus penyebab ISPA meliputi

virus parainfluenza, adenovirus, rhinivirus, koronavirus,

koksakavirus A dan B, streptokokus dan lain-lain.

2) Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya

ketersediaan air bersih. ( WHO, 2002 )

Untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara

yaitu:

1) Imunisasi

2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) polusi di dalam

maupun diluar rumah.

3) Mengatasi demam

4) Perbaikan makanan pendamping ASI

5) Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.

e. Cara Penularan ISPA

Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung

dari benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab


ISPA. Dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar pada

penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit

melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

a. Prilaku Hidup Bersih Sehat ( PHBS )

b. Pengertian

Menurut Notoatmodjo ( 2010 ), prilaku adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) adalah sekumpulan

prilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. ( Depkes RI, 2006 )

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar

atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok, dan masyarat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan komunikasi dan melakukan evaluasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui

pendekatan pimpinan (Advocacy), bina suasana (social sport)

dan pemberdayaan masyarakat (empowermenrt) sebagai suatu

uppaya untuk membantu masyarakat mengenali dan

mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga,

agar dapat menerapkan cara- cara hidup sehat dalam rangka

menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes

Kota Semarang, 2010)


Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengeertian PHBS adalah sekumpulan prilaku yang

dipraktekkan sebagai hasil pembelajaran untuk membantu

masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri,

dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara- cara

hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya.

c. Tatanan PHBS menurut Depkes RI tahun 2006

a) PHBS Tatanan Rumah Tangga

PHBS dirumah tangga adalah upaya penyuluhan

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tau,

mau dan mampu mempraktikan PHBS serta berperan

aktif dalam menggerakan kesehatan masyarakat ( DKK

Semarang, 2010 ).

PHBS tatanan rumah tangga merupakan upaya

untuk memberdayakan anggota masyarakat agar sadar,

mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko

terjadinya penyakit dan melindungi diri dari anaman

penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan

masyarakat ( Dinkes RI, 2006 )

Sasaran PHBS dirumah tangga adalah seluruh

anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam:


(1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah

tangga yang akan diubah perilakunya atau

anggota keluarga yang bermasalah (individu

dalam keluarga yang bermasalah).

(2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat

mempengaruhi individu dalam keluarga yang

bermasalah, misalnya kepala keluarga, ibu,

orangtua, tokoh keluarga, kader, tokoh agama,

tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas

sector yang terkait serta PKK.

(3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat

menjadi unsur membantu dalam menunjang

pendanaan, kebijakan , dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS, misalnya kepala

desa, lurah, camat, kepala puskesmas, guru,

tokoh masyarakat, dll )( DKK Semaranng, 2010)

d. Jenis kegiatan PHBS

1) PHBS dibidang gizi, missal :

a) Makan dengan gizi seimbang

b) Minum tablet zat besi selama hamil

c) Memberi bayi ASI ekslusif


d) Mengonsumsi garam beryodium

e) Member bayi dan balita capsul vitamin A

2) PHBS dibidang KIA dan KB, missal :

a) Pemeriksaan kehamilan

b) Persalinan ditolong kesehatan

c) Menimbang balita setiap bulan

d) Mengimunisasi lengkap bayi

e) Ikut KB

f) Makan makanan bergizi

g) Ibu hamil tidak merokok

3) PHBS dibidan kesehatan lingkungan, missal :

a) Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

b) Menghuni rumah sehat

c) Memiliki akses dan menggunakan air bersih

d) Memiliki akses dan menggunakan jamban

e) Memberantas jentik nyamuk

f) Membuang sampah ditempat sampah

g) Cuci tangan

4) PHBS dibidang pemeliharaan kesehatan, missal :

a) Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan

b) Aktif mengurus UKBM atau sebagai kader

c) Memanfaatkan puskesmas atau sarana kesehatan

5) PHBS dibidang gaya hidup sehat, missal :

a) Tidak merokok dalam rumah


b) Melakukan aktifitas fisik atau olahraga setiap hari

c) Makan sayur dan buah setiap hari

6) PHBS dibidang obat dan farmasi, missal :

a) Memiliki TOGA

b) Tidak menggunakan NAPZA

c) Menggunakan obat generic

d) Jauhkan anak – anak dari bahan berbahaya atau

racun

e) Minum oralit jika diare ( Dinker RI, 2006 )

e. Tujuan PHBS dirumah tangga

1) Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas

kesehatan, petugas lintas sector, media massa,

organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim

penggerak masyarakan dan dunia usaha dalam

pembinaan PHBS dirumah tangga.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk

melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan

kesehatan dimasyarakat. ( Dinkes RI, 2006 ).

f. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota

keluarga yaitu :

1) Pasangan usia subur

2) Ibu hamil dan ibu menyusui

3) Anak dan remaja

4) Usia lanjut
5) Pengasuh anak (Dinkes RI, 2006)

g. Manfaat PHBS di rumah tangga

1) Bagi rumah tangga

2) Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan

tidak mudah sakit

3) Anak tumbuh sehat dan cerdas

4) Produktif kerja anggota keluarga meningkat

5) Penularan biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk

pemenuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha

untuk peningkatan pendapatan keluarga.

h. Bagi masyarakat

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi

masalah-masalah kesehatan

3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

ada

4) Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan

pemeliharan kesehatan, tabulin, arisan jamban,

kelompok pemakai air, ambulan desa dan lain-lain.

i. Bagi pemeliharaan kabupaten atau kota

1) Peningkatan prosentase rumah tangga sehat

menunjukan kinerja dan citra pemerintah kabupaten

atau kota yang baik


2) Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dapat dialihkan untuk

pengembangan lingkungan yang sehat dan penyediaan

sarana pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan

terjangkau.

3) Kabupaten dan kota dapat dijadikan pusat pembelajaran

bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS dirumah

tangga (Dinkes RI, 2006)

j. Penilaian rumah tangga sehat

a) Menurut Depkes RI, 2006 untuk menilai rumah tangga

yang sehat digunakan 10 alat ukur PHBS yang terdiri

dari 7 indikator PHBS dan 3 indikator GHS (Gaya

Hidup Sehat).

b) 7 Indikator PHB terdiri dari KIA dan Gizi, kesehatan

lingkungan, dan upaya kesehatan masyarakat, yaitu :

c) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Rumah tangga yang memiliki ibu hamil mempunyai

akses pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan .

d) Bayi di beri ASI eksklusif sejak usia 0-6 bulan tanpa

MP-ASI.

e) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan

Adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai

pembiayaan pra upaya kesehatan seperti akses, kartu

sehat, jamsostek, asuransi perusahaan dan lain-lain.


f) Ketersediaan air bersih

Adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air

bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-

hari yang berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air

pompa, sumur terlindung dan penampung kotoran.

g) Ketersediaan jamban sehat

Adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan

jamban leher angsa dengan tengki septic atau lubang

penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.

h) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

Adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai

rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan

sehari-hari dengan jumlah penghuni (9m2/orang).

i) Lantai rumah bukan tanah

Adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan

bagian bawah yang terbuat dari papan, ubin dan kayu

(Dinkes RI, 2006)

j) Tidak merokok dalam rumah

Adalah penduduk rumah tangga umur 10 tahun ke atas

tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada

bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan

terakhir.
k) Melakukan aktifitas fisik setiap hari

Adalah penduduk keluarga umur 10 tahun atas dalam 1

minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun

berat) minimal 30 menit setiap hari.

l) Makan buah dan sayur setiap hari

Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas yang

mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap harinya dalam 1 minggu terakhir

(Dipkes RI, 2006).

Menurut DKK Semarang 2010 indikator PHBS

tatanan rumah tangga yang di gunakan di jawa tengan

terdapat 16 variabel, yang terdiri dari 10 indikator nasional

dan 6 indikator jawa tengah.

a) Indicator Nasional, yaitu :

Bagi ibu hamil apakah pertolongan persalinan

dilakukan oleh tenaga atau petugas kesehatan

(1) Bagi rumah tangga yang memilki bayi apakah

bayinya mendapat ASI ekslusif selama usia 0-6

bulan.

(2) Anggota rumah tangga mengonsumsi beraneka

ragam makanan dalam jumlah cukup untuk

mencapai gizi seimbang

(3) Anggota rumah tangga menggunakan atau

memanfaatkan air bersih


(4) Anggota rumah tangga menggunakan jamban

(5) Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama

kehamilan

(6) Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah

kedap air

(7) Anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik

atau olahraga

(8) Anggota rumah tangga tidak merokok

(9) Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK

( Jaminan pemeliharaan Kesehatan ) seperti Dana

Sehat, Akses miskin ( jamkesmas/ jmkesda ),

jamsostek, asabri, dan lain – lain dibuktikan

dengan adanya kartu peserta.

b) Indicator local Jawa Tengah yaitu, :

(1) Penimbangan balita

(2) Anggota rumah tangga membuang sampah pada

tempatnya

(3) Anggota rumah terbiasa mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah BAB

(4) Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal

2x sehari

(5) Anggota rumah tangga tidak minum miras dan

tidak menyalahgunakan narkoba


(6) Anggota rumah tangga melakukan PSN

( Pemberantasan Sarang Nyamuk ). Semua

tempat penampungan air bersih didalam maupun

diluar rumah terlihat bersih dan tidak terdapat

jentik nyamuk

c) Strata PHBS dirumah tangga menurut DKK

Semarang,2010

(1) Sehat pratama ( nilai 0-5 )

(2) Sehat madya ( nilai 6-10 )

(3) Sehat utama ( nilai 11-15 )

(4) Sehat paripurna ( nilai 16 )

d) Peran anggota rumah tangga

(1) Menerapkan PHBS dirumah tangga dalam

kehidupan sehari –hari

(2) Mengajak anggota rumah tangga lain untuk

melaksanakan PHBS melalui kelompok dana

wisma

(3) Ikut berpartisipasi dalam kegiatan dimasyarakat

terkait PHBS seperti posyandu, gerakan

pemberantasan sarang nyamuk dan sebagainya

(4) Menjadi kader untuk memberdayakan anggota

rumah tangga dimasyarakat bekerja sama tim

ditingkat desa melalui penyuluhan kelompok

dan penyuluhan masa (Dinkes RI,2006 )

Anda mungkin juga menyukai