PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) merupakan salah satu
program prioritas Nasional dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Sesuai dengan Permenkes No 21 Tahun 2021, Program ini bertanggung
jawab terhadap pelayanan kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Salah satu tujuan program
ini adalah mengurangi angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan Bayi
baru lahir.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dalam gedung yang disebut dengan Upaya
Kesehatan Perseorangan ( UKP ) dan pelayanan diluar gedung yang disebut
dengan Upaya kesehatan Masyarakat ( UKM ). Pemberdayaan masyarakat
di bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun system kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
ke gawat daruratan dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak dalam Pengaturan
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa sebelum Hamil,
persalinan, dan Masa sesudah melahirkan,pelayanan kontrasepsi, dan
Pelayanan Kesehatan Seksual adalah: Untuk mengurangi angka
kesakitan dan angka Kematian Ibu dan bayi baru lahir.sehingga
tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target pembengunan Kesehatan Indonesia,
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Pemantauan Kesehatan Ibu diantaranya :
- Pemeriksaan K1 ( Ibu hamil )
- Pemeriksaan K4 ( Ibu hamil )
- Penjaringan Resiko Tinggi oleh Masyarakat dan tenaga kesehatan
- Komplikasi kebidanan ( Ibu Hamil, Ibu Bersalin, dan Ibu Nifas ) yang
di tangani
- Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
- Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
- Pemeriksaan Nifas ( KF 1, KF 2, KF 3, KF Lengkap )
- PUS ( Pelayanan Kontrasepsi )
- Kesehatan Reproduksi
2. Pemantauan Kesehatan Bayi
- KN 1 ( Kunjungan Neonatal 1 )
- KN 3 ( Kunjungan Neonatal lengkap )
- Neonatal Komplikasi yang di tangani
- Kunjungan Bayi Sesuai setandar
- Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pada bayi
3. Pemantauan Kesehatan Balita dan anak prasekolah
- Kunjungan Balita Sesuai Setandar
- Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pada balita
- Pemantauan Anak prasekolah paripurna
E. Batasan Operasional
- Batasan operasional pelayanan Program KIA dilaksanakan di dalam
gedung ( UKP ) ataupun di luar gedung (UKM) melalui posyandu,
penyuluhan, dan kunjungan rumah.
- Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah: setiap kegiatan
dan / atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan
sejak saat remaja, Calon pengantin,hingga saat sebelum hamil, dalam
rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat.
- Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah: setiap kegiatan dan / atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga melahirkan.
- Pelayanan Kesehatan Persalinan adalah setiap kegiatan dan / atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya
persalinan higga 6 ( enam ) jam sesudah melahirkan.
- Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah: setiap
kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu
selama masa nifas dan pelayanan yang mendukung bayi yang
dilahirkannya sampai bayi berusia 2 (dua ) tahin.
- Pelayanan Kontrasepsi adalah: serangkaian kegiatan terkait dengan
pemberian Obat, pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dan
tindakan-tindakan lain dalam upaya mencegah kehamilan.
- Pelayanan Kesehatan Seksual adalah: setiapkegiatan dan / atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada kesehatan seksualitas.
F. Landasan Hukum
a.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
c.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Masa Nifas, Persalinan
dan Masa sesudah Melahirkan Penyelenggaraan Pelayanan
Konntrasepsi serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
BAB 11
SETANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak
dikoordinir oleh penanggung jawab program UKM dan Pengelola Program
KIA di sesuaikan dengan tugas dan penanggung jawab desa.
Sumber Daya Manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan Program
KIA/KB adalah:
a. Dokter ( Sarjana Kedokteran )
b. Dokter Gigi ( Sarjana Kedokteran Gigi )
c. Bidan ( D 4 Kebidanan )
d. Bidan ( D 3 Kebidanan )
e. Perawat ( D 3, S1 Keperawatan dan Profesi Keperawatan )
f. Nutritionis ( D3 Gizi )
g. Sanitarian ( Sarjana Kesehatan Masyarakat )
h. Petugas Promkes ( Sarjana Kesehatan Masyarakat )
i. Petugas laboratorium ( Analis Kesehatan )
C. Jadwal Kegiatan Program KIA
Februari Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt November Des
No Jan
Kegiatan
4
DALAM GEDUNG
1 Pelayanan ANC
2 Pelayanan PNC
3 Persalinan
4 Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
5 Pelayanan KB
( Pelayanan
Kontrasepsi )
6 Pemeriksaan
Calon Pengantin
LUAR GEDUNG
1 Penyelenggaraan
kelas ibu hamil
2 Penyelenggaraa
n Kelas Ibu
Balita
3 Rapat Koordinasi
dengan
OPD/Perangkat Desa
dan masyarakat
terkait P4K termasuk
Pemantauan ibu
hamil resiko tinggi
4 ANC Terpadu
5 Kunjungan
Pembinaan
Pelayanan ANC,
Persalinan,PNC bagi
Posyandu prima,
Praktik mandiri dan
Posyandu
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Wastafel Meja
Instru USG Meja Pemeriksaan
ment /
Alat
Pengu
kur
BB/
TB
Lemari Meja
Obat dan Konsultasi
Alkes Kursi Kursi
Pintu Masuk
Kursi
Wastafe
Meja Pemeriksaan l
Meja Konsultasi
Lemari alat
Pintu Masuk edukasi dan
alkes
Pintu Masuk
Kursi Pemeriksa Wast
afel
Gynec Bad
Stand Lampt
Meja
Instr
Lemari Obat dan umen
Alkes t
Tem
pat Tempat tidut untukNifas
Inkubator Meja tidur
Resusitasi bayi
B. STANDAR FASILITAS
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan KIA-KB UPTD Puskesmas
Mangunreja memiliki penunjang yang harus dipenuhi sesuai Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019.Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, tentang persaratan peralatan Puskesmas.
1 Set Implant
a. Alat Keseharan
a) BakInstrument tertutup
yang dapat menyimpan 1 buah 2 buah
seluruh alat Implant
Removal.
a. Alat Kesehatan
a) Aligator ekstraktor 1 buah 3 buah
AKDR
b) Bak Instrument 1 buah 2 buah
Tertutup yang dapat
menyimpan seluruh
alat pemasangan dan
pencabutan AKDR
( disesuaikan dengan
besarnya alat )
c) Forcep Tenaculum 1 buah 2 buah
Schroeder panjang 25-
27 cm / 10”
d) Gunting Operasi mayo 1 buah 2 buah
Lengkung Panjang 17
cm / 6-7”
e) Klem Pemegang Kasa 1 buah 2 buah
( Forcep Sponge
Foerster Straight 25-27
cm/ 9-11”
f) Pengait ( Pencabut
AKDR Panjang 32 cm/
12,5” ( IUD removal 1 buah 2 buah
hook Panjang 32 cm /
12,5 ( IUD ) removal
hook panjang )
g) Sonde Uterus Sims
Panjang 32-33 cm / 1 buah 3 buah
12,5-13”
h) Spekulum cocor bebek 1 buah 3 buah
graves ukuran medium
i) Stand Lamp Untuk 1 buah 1 buah
Tindakan
b. Perbekalan Kesehatan lain
a) Mangkok Antiseptik
diameter 6-8 cm, atau ukuran 1 buah
60-70 ml 1 buah
V. PERLENGKAPAN
1 Apron 1 buah 3 buah
2 Baju knaguru/ kain panjang Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
3 Bantal 1 buah 2 buah
4 Bangkukecil/ Pendek 2 buah 2 buah
5 Celemek Plastik 1 buah 1 buah
6 Cangkir kecil dan sendok serta Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
pipet untuk ASI perah
a. Alat Kesehatan
1 Bak Instrumen tertutup yang dapat
menyimpan seluruh alat
pemasangan dan pencabutan 1 buah 1 buah
AKDR ( diseusikan dengan
besarnya alat )
2 Forcep tenaculum Schroeder 1 buah 1 buah
panjang 25-27 cm / 10”
3 Gunting Operasi mayo lengkung 1 buah 1 buah
panjang 17 cm / 6-7”
4 Klem long Kelly / Klem Fenster
bengkok panjang 32 cm ( Kelly 1 buah 1 buah
placenta sponge Forceps 13”)
5 Pengait pencabut AKDR panjang
32 cm ( IUD Removal hook 1 buah 1 buah
panjang )
6 Sonde Uterus Sims panjang 2-33 1 buah 1 buah
cm / 12,5-13”
7 Speculum Vagina Sims Ukuran 1 buah 1 buah
Medium
b. Perbekalan alat kesehatan lain
1 Mangkok antiseptic diameter 6-8 1 buah 1 buah
cm, atau ukuran 60-70 ml
a. Alat Kesehatan
1 Penghisap Lendir Dee Lee 2 buah 2 buah
( neonatus )
2 Stetoskop Duplex Neonatus 1 buah 1 buah
3 Termometer klinik ( Digital ) 1 buah 1 buah
4 Timbangan bayi 1 buah 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan lain
1 Pengukur panjang bayi
VII. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 1 buah 1 buah
2 Lemari Arsip 1 buah 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah 1 buah
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Kegiatan pelayananan KIA-KB di dalam gedung,sesuai dengan Peratutan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021, antara lain:
a. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
b. Pelayanan Kesehatan Calon Pengantin
c. Pelayanan Antenatal
d. Pertolongan Persalinan
e. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
f. Pelayanan Kesehatan Neonatus
g. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita
h. Pelayanan Kontrasepsi.
i. Konseling Kesehatan Masa Sebelum hamil, Masa
Hamil,Persalinan,Masa Sesudah Melahirkan,Pelayanan Kontrasepsi, dan
Pelayanan Kesehatan Seksual.
2. Kegiatan yang dilakukan diluar gedung Antara Lain:
a. Pelayanan dilaksanakan di Posyamdu Yaitu:
1) Peyananan Antenatal, Pelayanan Post natal, Pelayanan Kesehatan
Neonatal,Kesehatan Bayi dan Balita.
2) Penyuluhan dan Konseling Kesehatan Ibu, Bayi dan Keluarga
Berencana
3) SDIDTK ( Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang ).
b. Pelayanan Yang dilaksanakan dengan jadwal di luar Posyandu:
1) ANC Terpadu
2) Kelas Ibu Hamil
3) Kelas Ibu Balita
4) Kunjungan Rumah Ibu Hamil Risti
5) Kunjungan Rumah Ibu Nifas Risti
6) Kunjungan Rumah Neonatal Risiko Tinggi
7) Pembinaan Calon pengantin.
8) Otopsi Verbal Maternal Dan Neonatal.
c. Validasi dan Evaluasi data KIA-GIZI (Kolaborasi dengan Program GIZI)
B. METODE
Metode yang dilaksanakan dalam Kegiatan Program KIA-KB yaitu:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Rujukan Tingkat Program / Unit
5. Tindakan awal pra rujukan
6. Rujukan ke FPK 1 ( Poned )
7. Rujukan ke FKTL ( Rumah Sakit Umum Daerah Maupun Rumah Sakit
Swasta ).
8. Kunjungan rumah.
C. STRATEGI
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan program
KIA-KB ada 3 Strategi yaitu:
1. Strategi Advokasi
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah: Pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sector terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah: untuk meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan, bahwa program kesehatan
yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting, oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah,surat keputusan,surat instruksi, dana dan fasilitas lain.
2. Strategi Kemitraan
Tujuan darikegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal ( Tokoh agama dan tokoh
adat ) yang mempunyai pengaruh di Masyarakat. Tujuannya adalah agar
para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sector kesehatan sebagai
pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program
kesehatan. Strategi ini sebagai upaya membina suasana yang kondusif
terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepadatokoh masyarakat dan
sebagainya.
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Adalah strategi yangditujukan kepadamasyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah: mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
merekasendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat mewujudkan
denganberbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha
untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan
kemampuan ekonomi keluarga akan berda,pak tterhadap kemampuan
dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk
post obat sehat, dan sebagainya.
D. LANGKAH KEGIATAN
Keberhasilanprogram KIA- KB menurunkan angka kematian Ibu ( AKI ) dan
Angka Kematian Bayi ( AKB ), menjadi salah satu prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk itu diperlukan upaya pengelolaan
program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan memantapkan manajemen KIA
dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
secara efektif dan efisien. Dilakukan dengancara:
1. Perencanaan ( Plan )
2. Pelaksanaan ( Do )
3. Pengawasan ( Cek )
4. Tindak Lanjut dari pengawasan ( action )
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan
berkesinambungan.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puslesmas
Mangunreja untukmengatasi masalah dan kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap mutupelayanan KIA.
Langkah-langkah pelaksanaan program KIA yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Mangunreja mencakup hal-hal sebagai berikut
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah dilakukan: Berdasarkan ada tidaknya masalah,
kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan
KIA,melalui: Survey Mawas Diri, Kotak Saran, Keluhan, Temu
Wicara dan Umpan Balik dari masyarakat.
b. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
Dari hasil Identifikasi Masalah dituangkan dalam Rencana Usulan
Kegiatan,selain dari hasil identifikasi masyarakat, RUK juga berasal
dari Rencana Lima Tahunan Puskesmas, Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas (SPM ), Penilaian akinerja Puskesmas ( PKP ).
Dalam menyusun Usulan Keguatan programKIA dilakukan dengan
menetapkan:
1) Kegiatan
2) Tujuan
3) Sasaran
4) Besar/Volume Kegiatan
5) Waktu
6) Lokasi
7) Perkiraan Kebutuhan Biaya
8) Sumber Biaya.
c. Mengajukan Usulan Kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan kepada pengelola di
UPTD Puskesmas Mangunreja untuk diajukan bersama programlain
yang ada di UPTD Puskesmas Mangunreja, kemudian diajukan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten.
d. Menyusun rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK )
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka disusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK ) dalam bentuk Matrik,
dimana bentuk format hampir sama dengan RUK namun lebih
terperinci dalam Biaya dan waktu pelaksanaan. Dan dilengkapi
dengan jadwal kegiatan selama satu tahun.
RUK kemudian disosialisasikan kepada Programer lain dan seluruh
staf Puskesmas pada saat Lokakarnya Mini Puskesmas, tingkat
kecamatan maupun tingkat desa pada acara pertemuan lintas sector
seperti pertemuan PKK.Dalam pertemuan lintas sector dibuat
penggalangan kerjasama agar pihak terkait ikut serta menyukseskan
rencana kegiatan yang sudah dibuat.setelah RPK disosialisasikan,
Kerangka Acuan Program ( KAP ), Kerangka Acuan Kegiatan
( KAK ) dan Setandar Pelayanan Operasional di buat sebagai acuan
dalam melaksanan kegiatan.
2. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan berikut:
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun,mencakup jadwal
pelaksanaan kegiatan, target pencapaian, lokasi dan rincian biaya
serta tugas para penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas, sesuai
dengan rencana pelaksanaan.
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yg telah ditetapkan.
Pada waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan hal sebagai
berikut:
1) Azas penyelenggaraan Puskesmas
2) Berbagai standart pedoman pelayanan KIA
3) Kendali Mutu
4) Kendali Biaya
3. Monitoring Evaluasi
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara berkala
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
b. Mengumpulkan permasalahan, hambatan dan saran-saran untuk
peningkatan penyelenggaraan serta memberikan umpan balik.
c. Pengawasan meliputi: Pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau
kepala Puskesmas, sedangkan pengawasan ekternal dilakukan oleh
masyarakat. Pengawasan mencakup administrasi, pembiyayaan dan
teknis pelaksanaan dan teknis pelaksanaan serta hasilkegiatan.
4. Rencana Tindak Lanjut
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan,
hambatan dan saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan
dicari pemecahannya untuk peningkatan mutu pelayanan upaya
perbaikan gizi masyarakat, untuk kemudian diterapkan pada kegiatan
yang sama di tempat lain.
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan
rencana tahunan atau target dan standart pelayanan yang sudah dibuat.
Kemudian penanggung jawab program KIA, untuk kemudian
penanggung jawab program KIA melaporkan pelaksanaan kegiatan tiap
bulan yang di olah dari berbagai sumber daya, kemudian dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas. Dan langsung di laporkan ke Dinas
Kesehatan.
Dalam melaksanakan kegiatan KIA berpedoman pada Standar
Operasional Prosedur ( SOP ), setiap kegiatan.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN / SASARAN
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada pasien atau masyarakat sebagai sasaran kegiatan
maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan
Pasien atau sasaran perlu diperhatikan agar resiko atau dampak yang tidak
diharapkan dapat dihindari. Adapun tahapan-tahapan dalam mengelola Keselamatan
Pasien atau sasaran sebagai berikut:
1. Identifikasi Resiko
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Halini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah:
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
berjalan sesuai perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidak sesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. Sehingga degan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja atau Ocupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana
dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas
terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang no 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, telah
mengamanatkan antara lain: setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan ilmu teknologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan,
maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan
merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu semua
petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi, dan
desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untukmemastikan kondisi
tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dengan cara yang sesuai, mengelola
limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian Mutu adalah kegiatan yang bersipat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untukmenjaga
agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan aindikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indicator.
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Keberhasilan suatu program harus ditentukan dengan indikator, untuk upaya pelayanan
KIA indikator berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang telah di tentukan sesuai
Permemkes No 4 Tahun 2019, tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Yang dimaksud dengan SPM adalah
suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelengaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indicator dan nilai ( BENCHMARK). Prinsip dari SPM adalah:
SUSTAINABLE ( terus menerus ), MEASUREBLE ( Terukur ) dan FEASIABLE ( mungkin
dapat dikerjakan ). Adapun Setandar Pelayanan Minimal program KIA adalah sebagai
berikut.
Mangunreja ………………
Bidan Koordinator
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019, Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina
Gizi Dan Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat bina Kesehatan Ibu,2015