Anda di halaman 1dari 92

KUMPULAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MASA PANDEMI COVID 19

Disusun Oleh :

NASYRATUL ILMI, S.ST.,M.Kes

DSN REJOMULYO II, RT/RW : 012/006, DESA BANJAR


NEGRI, KEC. NATAR, KAB. LAMPUNG SELATAN
DAFTAR ISI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


1. SOP Pelayanan Antenatal ..............................................................................
2. SOP Pelayanan Persalinan ............................................................................ 3.
SOP Pelayanan Nifas .................................................................................... 4.
SOP Penanganan Bayi Baru Lahir ............................................................... 5.
SOP pelayanan KB ........................................................................................
6. SOP Penanganan PER, PEB, Eklamsi ..........................................................
7. SOP Penatalaksanaan Rujukan .....................................................................
8. SOP Hemmoragic Ante Partum ...................................................................
9. SOP Hemmoragic Post Partum .....................................................................
10. SOP Penanganan Bayi
Asfiksia ....................................................................
11. SOP Mengatasi Syok .....................................................................................
12. SOP Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)................................................
13. SOP
Imunisasi................................................................................................
PELAYANAN ANTE NATAL CARE
DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen : ...../................../....../2021


PRAKTEK MANDIRI
BIDAN

Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:


09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 5
SOP Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa


kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ante natal care yang
sudah ditetapkan, mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya
pemeliharaan kesehatan selama hamil, bersalin dan nifas.
Mendeteksi dini faktor resiko dan menangani masalah tersebut
secara dini.

2. TUJUAN
1. Sebagai acuan meluangkan pemeriksaan ante natal care sehingga
dapat menyelesaikan dengan baik, melahirkan bayi yang sehat
dan memperoleh kesehatan yang optimal pada masa nifas serta
dapat menyusui dengan baik dan benar.

3. KEBIJAKAN 1. Pelayanan ante natal dapat dilakukan oleh seluruh bidan yang
berhak praktek mandiri dan bidan delima

4. RUANG LINGKUP Pemeriksaan ibu hamil di unit pelayanan KIA dan KB.
5. ALAT DAN BAHAN Alat pelindung diri
1.Sarung tangan luar
2.masker

Alat pemeriksaan ibu hamil


1. Pengukuran Tinggi badan
2. Leanec
3. Meteran pengukur tinggi fundus uteri
4. Meteran pengukur LILA
5. Selimut
6. Reflek hammer
7. Jarum suntik disposible 2,5ml
8. Air hangat
9. Timbangan berat badan dewasa
10. Tensi meter air raksa
11. Stetoskop
12. Thermometer
13. Senter
14. Kalender kehamilan

Bahan :
1. Sarung tangan
2. Kapas steril
3. Kassa steril
4. Alkohol swab
5. Jelly
6. Sabun antiseptic/ hand sanitizer
7. Wastafel dengan air mengalir
6. PROSEDUR / 1. Menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang mudah dijangkau
LANGKAH- 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama ANC
LANGKAH 3. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
4. Menyediakan akses sarana cuci tangan berupa air mengalir dan
sabun atau hand sanitizer

Anamnesis
1. Riwayat perkawinan
2. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
3. Status riwayat haid, HPHT
4. Riwayat imunisasi ibu saat ini
5. Kebiasaan ibu
6. Riwayat persalinan terdahulu

Dari anamnesa haid tersebut, tentukan usian kehamilandan buat


tafsiran persalinan

Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
2. Keadaan bumil
3. Ukur TB, BB, LILA
4. Tanda vital : tensi, nadi, RR, HR
5. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstremitas)
6. Mata : konjungtiva, ikterus, gigi
7. Kaki : oedema kaki
8. Pemeriksaan khusus
9. Umur kehamilan <20 minggu
10. Inspeksi
11. Tinggi fundus
12. Hiperpigmentasi(pada areola mammae)
13. Strie
14. Palpasi
15. Tinggi fundus uteri
16. Keadaan perut
17. Auskultasi
18. Umur kehamilan >20 minggu
19. Inspeksi
20. Tinggi fundus uteri
21. Hiperpigmentasi dan strie
22. Keadaan dinding perut
23. Palpasi
Lakukan pemeriksaan leopold dan intruksi kerjanya sbb:
pemeriksa berada disebelah kanan ibu, menghadap bagian
lateral kanan. Leopold 1
Letakan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri
untuk menentukan tinggi fundus uteri. Perhatikan agar jari
tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika diperlukan,
fiksasi uterus basah dengan meletakkan ibujari dan
telunjuktangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepis sisi simfisis.
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari – jari yang
mengfiksasiuterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa
sehingga menghadap kebagian kepala ibu .
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus
uteri dan rasakan bagian bayi yanga ada pada bagian
tersebut dengan jalan menekansecara lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan kanansecara bergantian.
Leopold 2
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu sejajar dan pada ketinggian yang sama
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser
kebawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian yang kecil
(ekstremitas)
Leopold 3
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap
kebagian kaki ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri
bawah , telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan
bawah perut ibu, tekan secara lembut bersamaan atau
bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi (bagian
keras, bulat, dan hampir homogen adalah kepala, sedangkan
tonjolan yang yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong).
Leopold 4
Letakkan ujung telpak tangan kiri dan kanan pada dinding
lateral kiri dan kanan uterus kebawah, ujung-ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan

semua jari-jari tangan kanan yang meraba bawah dinding


uterus.
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
bawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang
pada bagian kepala dideket leher dan bila presentasi bokong,
upaya kan untuk memegang pinggang bayi).
Viksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian
letakan jari-jari tangan kanan diantara tangan kanan dan
simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
24. Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin
25. Pemeriksaan tambahan
Laboratorium rutin : Hb, reduksi urine
dan protein

Akhir pemeriksaan
1. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
2. Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan

3. Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien

4. Jelaskan hasil pemeriksaan pada bumil yang meliputi: usia


kehamilan, letak janin, posisi janin, tafsiran persalinan, resiko
yang ditemukan, atau adanya penyakit lain.
5. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang

6. Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil


pemeriksaan
7. Jelaskan pentingnya imunisasi

8. Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan

9. Beri alasan bila pasien dirujuk ke rumah sakit.

7. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan sarung tangan luar


PELINDUNG DIRI 2. Terapkan kebersihan tangan di setiap
(APD) tahapan
3. Semua tahapan di laksanakan sesuai
dengan prinsip pelepasan yang benar ke
tempat sampah infeksius

.
.

8. CATATAN MUTU 1. Kartu status ibu


2. Buku register kohort ibu hamil

3. Buku register ibu hamil.

9. REFERENSI Buku Kesehatan Maternal Dan Neonatus, Yayasan Bina Pustaka,


Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2002.
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease
2019 (COVID 19)

PELAYANAN INTRA NATAL CARE


DI MASA PANDEMI COVID 19
No. Dokumen : ..../................/..../2022
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
Tanggal Terbit: Disetujui Oleh
09 April 2021
Praktik Bidan Mandiri
No. Revisi:

Marwani,Str.keb
Halaman 1 – 11

1. PENGERTIAN Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara
spontal dengan presentasi blakang kepala dan tanpa komplikasi.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19
2. TUJUAN Sebagai pedoman bidan dalam mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat optimal dan Pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19
3. ALAMAT DAN Persiapan alat:
BAHAN 1. Persiapan alat perlindungan diri
a. Apron
b. Spatu boot
c. Masker N95
d. Kaca mata google
e. Penutup kepala
f. Face shield
g. Sarung tangan
h. Termometer
2. Persiapan ibu dan bayi
a. Handuk 2 buah
b. Alas bokong
c. Selimut untuk mengganti
d. Pembalut dan celana dalam
e. Pakaian ibu
f. Kain sarung yang bersih dan kering (5 buah)
g. Pakaian bayi, topinya
h. Waslap 2 buah
3. Pencegahan infeksi
a. 1 buah ember yang berisi air dan detergen
b. 3 buah tempat sampah tertutup, untuk sampah kering,
sampah basah, dan sampah medis
c. 1 wadah larutan DTT, untuk membersihkan ibu setelah
persalinan selesai
d. 2 wadah larutan klorin 0,5%, untuk membersihkan tempat
ibu bersalin dari dan untuk mencelupkan tangan saat
melakukan dekontaminasi pada sarung tangan yang sudah
digunakan, dan satunya untuk merendam alat selama 10
menit.
4. 2 buah instrumen:
a. Partus set:
1. 2 pasang hanscoen
2. 1 kateter nelaton
3. 2 buah klem koher
4. 1 buah ½ koher
5. 1 gunting episiotomi
6. 1 buah gunting tali pusat
7. Kain kasa secukupnya
8. Pengikat tali pusat/ umbilikal
b. Heating set
1. 1 pasang hanscoen
2. 1 buah dook
3. 1 pinset sirugik
4. 1 gunting benang
5. Nailpoeder dengan jarumnya (jarum otot dan jarum
kulit
6. Kain has secukupnya
5. 1 kom kapas DTT, 1 kom larutan DTT
6. Spuit 3cc, 1 spuit 1cc, 1 spuit 5/ 10cc
7. Leanec, korentang, bengkok
8. Alat pemeriksaan TTV : tensi meter, stetoskop, thermometer,
jam
9. Set infus : cairan RL/D5 0,9%, selang infus, abochet 16/18cm,
plester
10. Obat – obatan :
a. Lidocain
b. Oxytosin
c. Ergometrin
d. Vit K
e. Tetes mata
f. Hepatitis B
g. Benang untuk menjahit
h. Bethadine dan Alkohol swab
11. Tempat plasenta
12. Alat resusitas
a. Meja yang bersih, datar dan keras
b. 1 buah kain untuk mengalasi meja
c. 1 kain untuk mengganjal bahu bayi
d. 1 buah kain digelar diatas perut ibu
e. Lampu sorot 60 watt
f. Alat penghisap lendir (bola – bola karet/ delee
g. Balon dengan sungkupnya
h. Jam dinding

Persiapan lingkungan
1. Tutup sketsel, jendela untuk menjaga privasi pasien
2. Beri penerangan yang cukup untuk memudahkan bidan dalam
melakukan tindakan yang akan dilakukan
3. Siapkan tempat tidur pasien, yang memudahkan bidan
memberikan pertolongan pada persalinan normal
Persiapan pasien
1. Berikan penjelasan tentang prosedur, tujuan dan manfaat
2. Membertahu ibu,bahwa bidan akan melakukan pertolongan
persalinan, agar bayi lahir dan ibu melewati proses persalinan
dengan normal agar terhindar dari komplikasi
3. Informed consent
Memberitahu ibu untuk menandatangani surat pernyataan
bahwa ibu bersedia dilakukan pertolongan yang akan dilakukan
Bantu klien dalam posisi yang nyaman dianjurkan ibu pada
posisi setengah duduk tidak dianjurkan ibu untuk terlentang
Persiapan petugas
Mencuci tangan dengan 7 langkah
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan
memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan
cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh
bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan
memakai handuk atau tisu.

Persiapan APD Bidan


1. Memakai masker N95
2. Memakai apron
3. Memakai face shiel
4. Penutup kepala
5. Memakai sarung tangan
6. Memakai sepatu bot
4. PROSEDUR Mengenali gejala dan tanda kala II persalinan
1. Mendengar dan melihat tanda kala II
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/
vagina
c. Terlihat perineum menonjol
d. Terlihat vulva vagina membuka

Tanda pasti kala II ditentukan dengan periksa dalam yang hasilnya


adalah:
a. Pembukaan servik telah lengkap pada pemeriksaan dalam
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan alat pelindung diri untuk pencegahan
paparan covid 19 sesuai protokol kesehatan, peralatan, bahan
dan obat – obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru
lahir siap digunakan
a. Klem, gunting, benang tali pusat/ umbilikal, siap dalam
wadahnya (tidak perlu, hanya disiapkan saja) penghisap
lendir sekarang tidak dipakai lagi, dipakai hanya saat akan
resusitasi
b. Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat
c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, thermometer dalam
kondisi baik dan bersih
d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril
sekali pakai didalam partus set/ wadah DTT
e. Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih kering, alat
penghisap lendir lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm
diatas tubuh bayi
f. Persiapkan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan
kristaloid, infus set, set darah
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu
tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca mata google
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan handuk pribadi atau tisu bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan steril/ DTT untuk pemeriksaan dalam
6. Ambil spuit dengan satu tangan (one hand) yang sudah
bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan
kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril,
tanpa mengontaminasi spuit

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik


7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan servik sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah
masuk ke dalam panggul (H III). Perhatikan cairan ketuban
(jernih atau ada mekonium).
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik. Dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan selelahnya
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi
uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120 – 160x/menit)
a. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua
temuan dan asuhan yang diberikan kedalam partograf
Menyiapkan ibu dan dan keluarga untuk membantu proses
meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa inginmeneran atau kontraksi yang kuat, bantu ibu dalam
posisi setengah duduk atau posisi yang lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat
a. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
b. Berikan cukup asupan cairan per – oral (minum) nilai DJJ
setiap kontraksi uterus selesai
14. Anjurkan ibu untuk berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit

Persiapkan untuk melahirkan


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
Diperut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5 – 6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat ⅓ bagian dibawah bokong
ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

Pertolongan untuk melahirkan


19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat
dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan lakukan
tindakan yang sesui jika hal itu terjadi, segera lanjutkan proses
kelahiran bayi, jika lilitan tali pusat dileher bayi masih longgar,
lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika lilitan tali
pusat terlalu ketat, klem tali pusat di kedua tempat lalu gunting
diantaranya. Jangan lupa untuk tetap terlindungi leher bayi
21. Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.

Membantu lahirnya bahu


22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala
bayi secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang

Membantu lahirnya badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah
kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah. Gunakan tangan yang berada diatas untuk


menelusuri dan menyangga lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan atas bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada diatas kepunggung bokong, tungkai dan
kaki bayi. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk kdi
antara kedua kaki dan pegang masing – masing mata kaki
dengan melingkarkan dan ibu jari pada satu sisi dan jari – jari
lainnya pada sisi yang lainnya agar bertemu dengan jari
telunjuk

Asuhan bayi baru lahir


25. Perhatikan dan lakukan penilaian segera pada bayi (selintas)
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan/ bernafas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, bayi mungkin mengalami


asfiksia.segera lakukan resusitasi bayi baru lahir sambil
menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis anak tidak
ada, segera persiapkan rujukan. Bila semua jawaban adalah “YA”,
lanjut ke langkah 26. Penghisapan lendir jalan nafaspada bayi tidak
dilakukan secara rutin.

26. Keringkan tubuh bayi


Bila tidak ada asfiksia, lanjutkan menejemen bayi baru lahir
normal. Keringkan tubuh bayi lainnya (kecuali kedua tangan)
tanpa membersihkan servik. Ganti handuk basah basah dengan
handuk kering.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin kedua
dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit (intramuscular) di ⅓ distal lateral paha (lakukan aspirasi
sebelum menyuntik oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali
pusat dengan 1 tangan pada sekitar 5cm dari pusar bayi,
kemudian jari telunjuk dan jari tengahtangan lainnya menjepit
tali pusat dan geser sehingga 3cm proksimal dari pusar
(umbilikal) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan
sesegera mungkin). Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk
dan jari tengan tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke
arah ibu (sekitar 5cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2cm
distal dari klem pertama. (langkah ini dilewatkan apabila
sebelumnya telah dilakukan pemotongan tali pusat karena
lilitan tali pusat pada leher yang ketat ketika kepala bayi telah
lahir seluruhnya dan sebelum putaran paksi)
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut
(sambil lindungi perut bayi)
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan
dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
c. Lepaskan klem dan masukkan kedalam wadah yang telah
disediakan
d. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
bahan apapun ke puntung tali pusat
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga menempel dengan baik di dinding
dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu atau
areola mamae untuk inisiasi menyusui dini (IMD)
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi. Jangan segera menimbang
atau memandikan bayi baru lahir
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu
paling sedikit 1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10 - 15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara
d. Berikan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.

Tata laksana manajemen aktif kala II


33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10cm dari
vulva
34. Lakukan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat
ditepi atas simfisis dan tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso –
kranial secara hati – hati untuk mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas

Jika uterus tidak segera kontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting payudara ibu

36. Bila pada penekananbagian bawah dinding depan uterus ke arah


doro ternyata diikuti pergeseran tali pusat ke arah distal maka
lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusathanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama bila uterus tak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah bawa
– sejajar latai – atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit Menegangkan tali
pusat
 Ulangi pemberian oksitosin 10 unit intramuscular
 Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat
15 menit berikutnya
37. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sesuai jarum
jam hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari
– jari tangan atau klem ovum DTT/ steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual


internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom –
kateter) jika uterus tidak kontraksi dalam 15 detik setelah
rangsangan taktil/ masase.

Menilai perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan pastikan plasenta telah dilahirkan selaputnya lengkap
dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau
tempat kusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan
menimbilkan perdarahan

Prosedur standar manajemen kala IV


41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Culupkan tangan yang bersih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40 – 60x/menit)
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi,
diresustasikan dan segera merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera
rujuk kerumah sakit
c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Lakukan kembali kontak kulit ibu – bayi dan hangatkan ibu
– bayi dalam satu selimut
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%, untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ketempat sampah
yang sesuai
50. Bersihkan badan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah diranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman atau makanan
yang diinginkan
52. Dekontaminasikan tempat bersalin dengan mengelap memakai
larutan klorin0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan lorin
0,5% selama 10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih/ DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
56. Dalam 1 jam beri salep mata/ tetes mata profiliksis infeksi,
vitamin K 1mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir pernafasan bayi (normal 40 – 60x/ menit) dan
temperatur tubuh (normal 36,5 – 37,5◦C setiap 15 menit
57. Setelah 1 jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan
bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa di susui
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV

Catatan: pastikan ibu sudah buang air kecil setelah asuhan


persalinan selesai.
5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker
6. Lepaskan sepatu boot
7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius
6. CATATN MUTU 1. Kartu status
ibu 2. Rekam medik
3. Buku register ibu bersalin.
4. Partograf

7. REFERENSI 1. Buku saku kesehatan ibu


2. Asuhan persalinan normal

3. Protokol kesehatan perjalanan internasional dalam masa


pandemi corona covid disease 2019 (COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PROSEDUR

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI
PEMERIKSAAN POST NATAL CARE
DI MASA PANDEMI COVID 19

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN No. Dokumen : ...../.................../....../2021
SOP Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman : 1 – 3 Dwi Supraptingsing, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6
minggu setelah kelahiran. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dari potensi bahaya/risiko dalam rangka pencegahan
terjadinya transmisi/penularan COVID-19
2. TUJUAN 1. Mencegah, deteksi dini, penangan komplikasi
2. Merujuk ibu nifas dengan komplikasi
3. Mendukung dan meningkatkan kepercayaan diri dalam
pelaksanaan peran ibu
4. Mendorong ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
5. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Alat :


1. Apron
2. Face shield
3. Masker
4. Penutup kepala dan leher
5. Sepatu boot
6. Timbangan bayi
7. Tensi
8. Termometer
9. Alat tulis
10. Sarung tangan
11. Jam tangan

Bahan :
Kapas DTT
4. PERSIAPAN 1. Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan,
sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan APD
lengkap sesuai protokol kesehatan pencegahan covid 19
2. Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman
3. Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas
5. PELAKSANAAN 1. Petugas menyapa ibu dengan ramah
2. Menjelaskan prosedur protokol kesehatan pencegahan covid 19
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
4. Meminta persetujuan ibu untuk diperiksa
5. Melakukan anamnesa lengkap
6. Memberikan asuhan sayang ibu
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan
8. Melakukan pemeriksaan
a. mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
b. menggunakan sarung tangan
c. memeriksa
d. mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, memantau
ibu dengan kesiapan kegawat daruratan
e. memeriksa keadaan bayi
f. tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam post
partum
g. mengambil tindakan rujukan jika terdapat indikasi
h. menjelaskan semua temuan yang diperoleh kepada ibu dan
mendiskusikan rencana asuhan dengannya
i. mendokumentasikan hasil pemeriksaan, perawatan yang
dilakukan, mencatat terapi yang diberikan bidan.
6. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

7. CATATAN MUTU 1. Kartu status ibu


2. Rekam medik

3. Buku register ibu nifas

8. EVALUASI 1. Melakukan evaluasi dari asuhan yang diberikan


2. Ulangi proses menegemen dengan cara benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif/
merencanakan kembali yang belum terencana.

9. REFERENSI Buku Kesehatan Maternal Dan Neonatus, Yayasan Bina Pustaka,


Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2002.
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY
1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PERSIAPAN

5.PELAKSANAAN

6.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

7.CATATAN MUTU

8.EVALUASI

9.REFERENSI
PELAYANAN BAYI BARU LAHIR
DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen : ...../................/...../2021


PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
SOP Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi lahir
(usia 0-28 hari)
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada saat bayi
tersebut selama 1 jam pertama setelah kelahiran
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya transmisi/
penularan COVID-19

2. TUJUAN 1. Memberikan penanganan yang tepat pada bayi baru lahir sehingga
dapat mengurangi resiko dan komplikasi yang ditimbulkan serta
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien
2. Menilai kondisi bayi baru lahir
3. Membantu terlaksananya nafas spontan
4. Mencegah hypotermi
5. Inisiasi menyusui dini
6. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19
3. KEBIJAKAN Standar pelayanan kebidanan tahun 2000
Semua bayi baru lahir spontan maupun yang tidak
Mematuhi protokol kesehatan pencegahan covid 19

4. PROSEDUR Persiapan Alat :


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Baki dan alasnya
5. Stetoskop
6. Timbangan bayi
7. Termometer
8. Penutup kepala dan leher
9. Sepatu boot
10. Meteran / pita ukur
11. Tangue spatel
12. Opthalmoscope
13. Alat tulis
14. Sarung tangan
15. Jam tangan
16. Lembar pengkajian

Tahap Pre Interaksi


1. Menjelaskan kepada klien atau keluarga tindakan yang akan
dilakukan
2. Mencuci tangan dengan air mengalir, memakai handsanitizer
3. Siapkan/ atau dekatkan alat
4. Menggunakan APD pencegahan penularan covid 19

Tahap Orientasi
1. Beri salam, panggil keluarga pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga
3. Berikan kesempatan keluarga untik bertanya sebelum kegiatan
dimulai

Tahap Kerja
1. Melakukan observasi keseluruh tubuh bayi, postur, ekstermitas,
termasuk kondisi kulit, warna kulit, adanya kelainanpada kulit,
pergerakan bayi, tanda lahir, verniks
2. Mengukur tanda-tanda vital: pernafasan, suhu, nadi
3. Kaji kepala: bentuk, adanya benjolan, mengukur lingkar kepala
dengan pita ukur
4. Kaji muka: simetris/ proposional wajah
5. Kaji telinga: bentuk, lokasi, pengeluaran
6. Kaji mata: simetris, kebersihan kelopak mata, pupil reflek
terhadap cahaya (kornea pupil), mata boneka
7. Kaji hidung: simetris, lubang hidung, keadaan cuping hidung,
adanya milia, reflek (glabella, bersin)
8. Kaji mulut: kebersihan pergerakan lidah, adanya kelainan pada
bibir/ palatum (labiopalatoskizis), reflek (rooting, isap, swaling)
9. Kaji leher dan dada: clavicula, lingkar dada, gerakan dada,
kesimetrisan puting susu, pengeluaran puting susu, bunyi nafas,
bunyi jantung, (apeks jantung), refleks tonik neck
10. Kaji abdomen: peristaltik usus, kondisi tali pusat, gerakan
pernafasan abnormal, perdarahan tali pusat
11. Kaji genitalia: perempuan: labia mayora, labia minora, klitoris.
Pengeluaran laki-laki: turunnys testis, jumlah testis, kondisi penis,
scrotum, anus, suhu tubuh, adanya atresia ani (kelainan)
12. Kaji ekstermitas atas dan bawah: pergerakan normal, simetris/
tidak, jumlah jari, reflek babinsky (genggam), walsking
(melangkah)
13. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

Tahap terminasi
1. Simpulkan hasil kegiatan
2. Langkah kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan
4. Mencuci tangan
5. Dokumentasi catat hasil tindakan dalam pencatatan keperawatan
hal-hal yang perlu diperhatikan
5. UNIT TERKAIT Ruang Bersalin/ Ruang Bayi

6. MANAJEMEN 1. Penilaian sebelum bayi lahir


BAYI BARU a. Apakah kehamilan cukup bulan?
LAHIR NORMAL b. Apakah air ketuban jernih/ tidak bercampur mekonium?
2. Segera setelah bayi lahir
a. Apakah bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif
3. Bayi cukup bulan ketuban jernih bayi menangis atau bernafas
tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif
4. Asuhan bayi baru lahir
Jaga bayi tetap hangat isap lendir dari hidung dan mulut (hanya
jika perlu)keringkan pemantauan tanda bahaya klem, ikat tali
pusat tanpa membubui apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
lakukan inisiasai menyusui dini, beri suntik vit K1 1mg intra
muskuler dipaha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusui dini,
beri salep mata antibiotika pada kedua mata, pemeriksaan fisik
beri imunisasi hepatitis B 0,5ml intra muskuler dipaha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
5. Rapihkan bayi dengan kain hangat
6. Melakukan cap stempel pada kaki bayi di surat keterangan
kelahiran

7. Memberikan bayi kepada ibu untuk menetek

8. Perhatikan pengeluaran urine dan meconium


9. Melakukan pendokumentasian

7. PELEPASAN 1. Lepaskan apron


ALAT 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
PELINDUNG DIRI 3. Lepaskan sarung tangan luar
(APD) 4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

8. CATATAN MUTU 1. Kartu Status


2. Rekam Medik
3. Buku Register Bayi Baru Lahir

9. REFERENSI Yankes Maternal Dan Neonatal 2008


Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.KEBIJAKAN

4.PROSEDUR

5.UNIT TERKAIT

6.MANEJEMEN BAYI
BARU LAHIR
NORMAL

7.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)
8.CATATAN MUTU

9.REFERENSI

PELAYANAN KB
(PEMBERIAN SUNTIK)
DI MASA PANDEMI COVID 19
No. Dokumen :...../............../...../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN

SOP Tanggal Terbit: Disetujui Oleh:


09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi :
Halaman :1 – 4
Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Pemberian obat secara intra musculer, di tunjukan untuk memberikan


obat kontrasepsi dalam jumlah dan waktu tertentu
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Memberikan penyuntikan tanpa terjadi infeksi pada tempat


penyuntikan
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. IDIKASI 1. Memasukan obat untuk mencegah kehamilan


2. Mengatur kehamilan

4. RUANG LINGKUP Pemeriksaan ibu hamil di unit pelayanan KIA dan KB.
5. ALAT DAN PASIEN Alat :
1. Alat pelindung diri (handscoen)
2. Apron
3. Face shield
4. Masker N95
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Obat amergency (anafhilatik syok)
8. Obat-obatan (depo medroksi progesteron asetat dan suntikan
kombinasi misalkan cyclofem
9. Spuit 3cc/ 5cc
10. Bak instrumen
11. Bengkok
12. Kapas alkohol
13. Tensi meter
14. Safety bo

Pasien
a. Pastikan klien benar – benar memilih metode kontrasepsi Suntik
sebagai pilihannya (infromed consent)
b. Masker N95

6. PELAKSANAAN 1. beri penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan


dilakukan
2. siapkan peralatan ke dekat pasien
3. cuci tangan dengan 7 langkah
4. pakai sarung tangan
5. melakukan pemeriksaan mengukur tekanan darah, mengukur
berat badan.
6. Melakukan pemeriksaan kusus, mata (warna sklera), payudara
(ada benjolan), leher (kelainan thyroid), perut (pembesaran
uterus), ekstermitas (varises)
7. Memberikan suntikan
8. buka dan buang tutup kaleg pada vial yang menutupi karet,
hapus karet dengan alkohol
9. buka spuit, masukan cairan suntik dalam spuit
10. bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
11. hapus hamakam daerah penyuntikan secara sirkuler
menggunakan kapas alkohol 70% tunggu sampai kering
12. mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
kiri
13. tusukan jarum kedalam otot dengan jarum dan kulit membentuk
sudut 90derajat
14. lakukan aspirasi
15. masukan obat secara perlahan-lahan
16. tarik jarum keluar setelah obat masuk dan tekan bekas suntikan
dengan kapal alkohol
17. bereskan alat
18. melepas sarung tangan
19. mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai hand sanitizer
yang telah disediakan
20. konseling pasca pelayanan, meliputi ( efek samping, tanggal
kembali suntik)

7. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker
6. Lepaskan sepatu boot
7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius
8. CATATAN MUTU 1. Kartu Status Ibu
2. Buku Register KB
3. Buku Kohort KB

9. REFERENSI 1. Buku Kesehatan Maternal Dan Neonatus, Yayasan Bina


Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2002.
2. Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi

3. Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan


internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.INDIKASI

4.RUANG LINGKUP

5.ALAT DAN PASIEN

6.PELAKSANAAN

7.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

8.CATATAN MUTU

9.REFERENSI
PELAYANAN KB
(PEMASANGAN AKDR)
DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen : ...../................../...../2021


PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
SOP Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 5
Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)


yang dipasang didalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19
2. TUJUAN Agar dapat melakukan pemasangan AKDR sesuai standar agar tidak
terjadi komplikasi.
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Alat:


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Penutup kepala dan leher
5. Sepatu boot
6. Sarung tangan TT D 2 pasang
7. Spekulum vagina
8. Gunting benang
9. Tenakulum
10. Klem panjang
11. Sonde uterus
12. Kasa steril
13. Kom kecil
14. Alat – alat PI
15. Betadine
16. Tempat sampah medis

Pasien
a. Pastikan klien benar – benar memilih metode kontrasepsi
AKDR sebagai pilihannya (infromed consent)
b. Masker N95
4. PROSEDUR 1. Konseling Awal
a. Siapkan klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya
b. Berikan informasi umum tentang KB
c. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia
dan keuntungan, keterbatasan dan jenis – jenis kontrasepsi
 Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut
digunakan
 Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tersebut
 Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah
kesehatan lain yang mungkin akan dialami
 Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami
oleh klien
d. Lakukan anamnese klien secara lengkap dan cermat
termasuk riwayat kesehatan reproduksinya untuk
memastikan tidak ada masalah kesehatan untuk
menggunakan AKDR
e. Pemeriksaan panggul
 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung
kemihnya dan mencuci area genetalia dengan
menggunakan sabun dan air
 Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun,
keringkan dengan air bersih
 Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan
 Palpasi daerah perut apakah ada nyeri, benjolan atau
kelainan lainnya di daerah supra publik
 Kenakan kain penutup klien untuk
pemeriksaanpanggul
 Atur arah sumber cahaya untuk melihat servik
 Pakai sarung tangan DTT
 Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang
akan digunakan dalam wadah steril/ DTT
 Lakukan inspeksi pada genetalia eksternal
 Palpasi kelenjar skiene dan bartholini, amat adanya
nyeri atau duh (discharge) vagina
 Masukkan spekulum vagina
 Lakukan pemeriksaan inspekulo
1) Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
2) Inspeksi servik
 Keluarkan spekulum dengan hati – hati dan letakkan
kembali pada tempat semula dengan tidak menyentuh
peralatan yang belum digunakan  Lakukan
pemeriksaan bimanual
1) Pastikan gerakan servik bebas
2) Tentukan besar dan posisi uterus
3) Pastikan tidak ada kehamilan
4) Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
 Lakukan pemeriksaan rektovaginal (adanya tumor
pada cavum douglas)
 Celupkan proses dan bersihkan sarung tangan dan
larutan klorin 0,5%, kemudian buka secara terbalik
dan rendam dalam klorin
2. Tindakan Pra Pemasangan
a. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
klien rasakan pada saat proses pemasangan dan persilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan
b. Masukkan lengan AKDR Cu T380 A didalam kemasan
steril
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa
menyentuh benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung AKDR dan dorong tabung inserter,
tarik tabung inserter sampai kepangkal lengan sehingga
akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung tarik
tabung inserter dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit inserter, dorong dan putar untuk
memasukkam AKDR yang sudah terlipat tersebut
kedalam tabung inserter
3. Prosedur Pemasangan AKDR
a. Pakai sarung tangan steril/ DTT yang baru
b. Pasang spekulum vagina untuk melihat servik
c. Usap vagina dan servik dengan larutan anti septik 2 – 3 kali
d. Jepit servik dengan tenakulumhati – hati
e. Masukkan sonde uterus dengan tehnik tidak menyentuh/
memasukkan sonde kedalam kavum uteri sekali masuk
tanpa menyentuh dinding vagina maupun bibir spekulum
f. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan
sonde
g. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang
masih berada didalam kemasan sterilnya dengan menggeser
leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh
plastik penutup kemasan
h. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril, hati – hati jangan sampai
pendorongannya terdorong
i. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan posisi
horizontal (sejajar dengan AKDR), sementara melakukan
tarikan hati – hati pada tenakulum, masukkan tabung
inserter kedalam uterus sampai leher biru menyentuh servik
atau sampai terasa adanya tahanan
j. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan sarung
tangan
k. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan tehnik
withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter sampai
pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
l. Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter didorong
kembali ke servik sampai leher biru menyentuh servik atau
sampai terasa adanya tahanan
m. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang
AKDR kurang lebih 3 – 4 cm
n. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ketempat sampah
terkontaminasi
o. Lepaskan tenakulum dengan hati – hati rendam dalam

larutan klorin 0,5%


p. Periksa servik dan bila ada perdarahan dari tempat bebas
jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik
q. Keluarkan spekulum dengan hati – hati, rendam dalam
larutan klorin 0,5%
4. Tindakan Pasca Pemasangan
a. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
b. Buang bahan – bahan yang sudah tidak terpakai lagi
ketempat yang sudah disediakan
c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
d. Cuci tangan dengan efektif (7 langkah)
e. Amati selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang
5. Konseling Pasca Pemasangan
a. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang
AKDR dan kapan harus dilakukan
b. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping
c. Beritahu klien kapan harus datang kembali untuk kontrol
d. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380 A
adalah 10 tahun
e. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medis atau
menginginkan AKDR tersebut dicabut
f. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan
g. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

6. CATATAN MUTU 10. Kartu Ibu


11. Lengkapi Rekam Medik
12. Buku Register KB
13. Buku Kohort KB

7. REFERENSI Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi


Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY

1.PENGERTIAN
2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PROSEDUR

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI

PELAYANAN KB
(PENCABUTAN AKBK)
DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen : ..../................./..../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
SOP Tanggal terbit : Disetujui oleh:
09 April 2021

No Revisi:
Halaman :1 – 4 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes


1. PENGERTIAN Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19
2. TUJUAN Agar petugas dapat melakukan pencabutan AKBK sesuai standar
agar tidak terjadi komplikasi.
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN 1. Persiapan alat:


a. Apron
b. Face shield
c. Masker N95
d. Penutup kepala dan leher
e. Sarung tangan
f. Sepatu boot
g. Meja periksa untuk tempat tidur klien
h. Penyangga lengan atau meja samping
i. Sabun untuk mencuci tangan
j. Kain penutup untuk operasi steril (bersih) yang kering
k. Tiga mangkok steril atau DTT
l. Sepasang Sarung tangan steril DTT
m. Larutan antiseptik
n. Anastesi lokal
o. Tabung suntik (5 atau 10ml) dan jarum suntik panjang 2,5 –
4 cm (no 22)
p. Skapel no 11
q. Klem lengkung dan lurus (mosquito dan cile)
r. Band aid atau kasa steril dengan plaster
s. Kasa pembalut
t. Efinefrin untuk syok anafilatik (harus tersedia untuk keadaan
darurat)
2. Persiapan klien
a. Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan
dengan sabun dan air mengalir
b. Tutup tempat tidur klien dengan kain yang bersih dan kering
c. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang
di gunakan (lengan yang terpasang implant)
d. Raba kapsul untuk menentukan lokasinya
e. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda
pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol
f. Siapkan tempat alat – alat, dan buka bungkus steril tanpa
menyentuh alat – alat di dalamnya

4. PROSEDUR 1. Tindakan sebelum pencabutan


a. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan
keringkan dengan handuk atau tissue
b. Pakai sarung tangan steril/ DTT
c. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
d. Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik, gunakan
klem steril atau DTT untuk memegang kasa tersebut
e. Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan
f. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya
g. Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntik dengan 3ml obat anastesi
2. Tindakan pencabutan kapsul
a. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak yang sama
dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira – kira
5mm dari ujung bawah kapsul
b. Pada lokasi yang udah di pilih, buat insisi melintang yang
kecil ± 4 mm dengan menggunakan scalpel
c. Mulai mencabut kapsul yang mudah di raba dari luat atau
yang dekat dari luka insisi
d. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi lengkungan
jepitan mengarah ke kulit
e. Dorong ujung kapsul pertama se dekat mungkin pada luka
insisi
f. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul
g. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem
ke dua
h. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut
3. Tindakan pasca pencabutan
a. Menutup luka insisi, bila klien tidak ingin menggunakan
implant lagi, bersihkan tempat insisi dan sekitarnya dengan
menggunakan kasa berantiseptik
b. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan
band aid
c. Buang bahan – bahan habis pakai yang terkontaminasi
d. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan
larutan klorin 0,5%, selama 10 menit
e. Cuci tangan dengan larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
sarung tangan dalam posisi terbalik
4. Konseling pasca tindakan
a. Beri tahu klien akan timbul memar, pembengkakan dan kulit
kemerahan, pada daerah pencabutan selama beberapa hari,
keadaan ini normal
b. Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan lika insisi
dirumah
c. Klien tetap segera melakukan pekerjaan rutin
d. Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali
e. Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila
memerlukan konsultasi
f. Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih
tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan
kemudian

5. CATATAN MUTU  Kartu Ibu


 Lengkapi Rekam Medik
 Buku Register KB
 Buku Kohort KB
6. REFERENSI Buku panduan pelayanan praktis kontrasepsi
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PROSEDUR

5.CATATAN MUTU

6.REFERENSI
PELAYANAN KB
(PENCABUTAN AKDR)
DI MASA PANDEMI COVID 19

No Dokumen : ..../ .............../....../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN

SOP Tanggal Terbit Disetujui oleh: 09


April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Mengeluarkan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dari seorang


akseptor
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Agar klien bisa kembali hamil atau ingin mengganti metode
kontrasepsi yang lain.
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Persiapan alat:


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Penutup kepala dan leher
5. Sepatu boot
6. Tensi
7. Sarung tangan DTT 1 pasang
8. Spekulum vagina
9. Gunting benang

Bahan
1. Kasa DTT
2. Air DTT
3. Alat PI
4. Penjepit benang IUD
5. Betadine
6. Tempat sampah medis
4. PROSEDUR 1. Konseling pra pencabutan
a. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
b. Tanyakan tujuan kunjungan
c. Tanyakan apa alasan mencabut AKDR tersebut dan jawab
pertanyaannya
d. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah ingin
mengatur jarak kehamilan atau membatasi jumlah anaknya)
e. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien
rasakan pada saat proses pencabutan dan setelah pencabutan
2. Tindakan pra pencabutan
a. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemih dan
cuci genitalia dengan menggunakan air bersih dan sabun
b. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan
c. Cuci tangan dengan efektif
d. Pakai sarung tangan steril / DTT
e. Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang akan
dipakai dalam wadah steril/ DTT
3. Prosedur pencabutan
a. Lakukan pemeriksaan bimanual
b. Pasang spekulum vagina untuk melihat servik, atau vagina
dengan air DTT
c. Jepit benang yang dekat servik dengan klem
d. Tarik keluar benang secara mantap tetap hati – hati untuk
mengeluarkan AKDR
e. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien kemudian rendam
dalam larutan klorin 0,5%
f. Keluarkan spekulum dengan hati – hati
4. Tindakan pasca pencabutan
a. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
b. Buang bahan – bahan yang sudah tidak di pakai lagi ke
tempat yang sudah di sediakan
c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan secara
terbalik dan rendam dalam larutan klorin tersebut
d. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang
5. Konseling pasca pencabutan
a. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami
masalah
b. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan
c. Jawab semua pertanyaan klien
d. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang
tesedia dan resiko keuntungan dari masing – masing alat
kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak kehamilan
atau ingin membatasi jumlah anaknya
e. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara
sampai klien memustuskan alat kontrasepsi baru yang akan
di pakai

5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker
6. Lepaskan sepatu boot
7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius
6. CATATAN MUTU  Kartu Ibu
 Lengkapi Rekam Medik
 Buku Register KB
 Buku Kohort KB
7. REFERENSI Buku panduan pelayanan praktis kontrasepsi
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PROSEDUR

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI
PELAYANAN KB
(PENBERIAN KONTRASEPSI PIL
KOMBINASI)
DI MASA PANDEMI COVID 19
No. Dokumen : ...../.................../...../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
Tanggal Terbit : Disetujui oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

SOP No Revisi:

Halaman :1 – 3
Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Alat kontrasepsi yang berbentuk pil yang mengandung hormon aktif
estrogen dan progestan, yang fungsi utamanya menekan ovulasi dan
mengentalkan lendir servik sehingga sulit dilalui oleh sperma
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Untuk mengatur jarak kehamilan dan membatasi jumlah kelahiran


Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN PASIEN Persiapan klien dan persiapkan pil KB

1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Sarung tangan
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Tensi
8. Termometer
9. Stetoskop

Bahan
Pil KB kombinasi

Pastikan klien benar – benar memilih metode kontrasepsi pil


kombinasi sebagai pilihannya (infromed consent)
4. PROSEDUR 1. Konseling Awal dan konseling metode kusus
2. Intruksi pada klien
Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan ikuti
panah yang menunjuk deretan beriut
a. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada waktu
yang sama
b. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7
siklus haid
c. Sangat dianjurkan penggunaanya pada hari pertama haid
d. Bila paket habis (28 tablet), sebaiknya mulai minum pil dari
paket baru
e. Bila muntah dalamwaktu 2 jam setelah menggunakan,
ambilah pil lain atau menggunakan metode kontrasepsi lain
f. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka
bila keadaan kemungkinan dan tidak memperburuk keadaan
klien, pil dapat diteruskan
g. Bila muntah atau diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih,
cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
h. Bila lupa minum pil (hari 1 – 2), sebaiknya minum pil itu
segera setelah ingat, walaupun harus minum 2 pil pada hari
yang sama. Tidak perlu menggunakan kontrasepsi yang lain.
Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1 – 21) sebaiknya minum 2
pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan. Juga
sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket
pil tersebut
i. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan

5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

6. CATAN MUTU 1. Kartu Status Ibu


2. Buku Register KB

3. Buku Kohort KB

7. REFERENSI Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi


Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY
1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN PASIEN

4.PROSEDUR

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI

PENANGANAN PRE EKLAMSI RINGAN/


BERAT DAN EKLAMSI
DI MASA PANDEMI COVID 19
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN No Dokumen :...../.................../...../2021
SOP Tanggal Terbit : Disetujui oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, protein urine dan oedema
yang timbul karena kehamilan dan terjadi pada triwulan ke 3
kehamilan.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Sebagai acuan bidan dalam melakukan penatalaksanaan pada


kasus preeklamsi ringan, preeklamsi berat, dan eklamsi 1.
Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsi
3. Mengatasi atau menurunkan resikojanin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksi sampai kematian janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat se
segera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa
resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda
lebih lama
5. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Persiapan alat:


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Sarung tangan
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Tensi
8. Stetoskop
9. Spuit 10. Termometer

Persiapan bahan:
1. Larutan MgSO4
2. Aquades
4. PENATALAKSANAAN Tatalaksana umum
Ibu hamildengan preeklamsi harus segera dirujuk ke rumah sakit

1. Pre eklamsia ringan


Pada pre eklamsia ringan penanganan simptomatis dan berobat
jalan dengan memberikan Mgso4 dalam 6 jam sesuai prosedur

Cara pemberian dosis awal


 Ambil 4 larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml aquades
 Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
 Jika akses IV sulit, berikan masing – masing 5 g MgSO4 (12,5
ml larutan MgSO4 40%) IM boka boki

Cara pemberian dosis rumatan


a. Ambil 6 g MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) danlarutan
dalam 500 ml larutan Ringer laktat/ ringer asetat, lalu berikan
secara IV dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam, dan
diulangi hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir
(bila eklamsi)
b. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, reflek patella dan jumlah
urin
c. Bila frekuensi pernafasan <16x/menit, dan atau tidak di
dapatkan reflek tendon patella, dan atau terdapat oliguria
(produksi urin <0,5 ml/kg) BB janin, segera hentikan
pemberian MgSO4
d. Jika terjadi depresi nafas, berikan Ca glukosa 1 g IV (10 ml
laturan 10% bolus dalam 10 menit)
e. Selama ibu dengan preeklamsi dan eklamsi di rujuk, pantau dan
nilai adanya perburukan preeklamsi. Apabila terjadi eklamsi
lakukan penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan.
Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15 – 20 menit). Bila
setelah pemberian MgSO4 ulangi masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit
 Sedative
 Obat penunjang
 Nasehat
1. Lebih banyak istirahat barimg penderita juga
dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga
tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang
membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah
menjadi lebih lancar
2. Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala
sakit kepala, mata kabur, oedema mendadak atau berat
badat naik. Pernafasan semakin sesak, nyeri ulu hati,
kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang,
pengeluaran urin berkurang
3. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah
sakit atau merujuk penderita
 Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
 Protein dalam urine 1 +/>
 Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam

seminggu
 Oedema bertambah dengan mendadak
 Terdapat gejala dan keluhan subjektif
2. Pree eklamsia berat dan ringan Pencegahan
dan tatalaksana kejang
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernafasan
(oksigen) dan sirkulasi (cairan intra vena)
b. MgSO4 diberikan secara intra vena kepada ibu dengan
eklamsi (sebagai tatalaksana kejang), dan pre eklamsi berat
(sebagai pencegahan kejang)
c. Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal, lalu rujuk ibu segera ke
fasilitas kesehatan yang memadai
d. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera
kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap
dengan fasilitas ventilator tekanan positif
Cara pemberian MgSO4
 Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah
kejang atau kejang berulang
 Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g
5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker
6. Lepaskan sepatu boot
7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius
6. CATATAN MUTU 1. Kartu Status Ibu
2. Buku Rekam
Medik
7. REFERENSI Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY

1.PENGERTIAN
2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PENATALAKSANAAN

5.CATATAN MUTU

6.REFERENSI

PELAYANAN RUJUKAN DI
MASA PANDEMI COVID 19

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN No. Dokumen :..../ .................../...../2021
Tanggal Terbit : Disetujui Oleh :
SOP 09 April 2021
Ketua IBI Cabang Lampung Selatan
No Revisi :

Halaman : 1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes


1. PENGERTIAN Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggung jawab
terhadap kondisi klien/ pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih
memadai ( tenaga atau pengetahuan, obat dan peralatan)
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN 1. Sebagai acuan penatalaksanaan pengantaran rujukan sampai


rumah sakit tujuan dengan cepat dan aman
2. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
3. Merupakan asuhan sayang ibu dan bayi
4. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. PROSEDUR Persiapan rujukan


Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan,
disingkat dengan BAKSOKUDA yang dijabarkan sebagai berikut:

B (Bidan):
Pastikan/ ibu/ bayi/ klien/ didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke
fasilitas rujukan, menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuai
protol kesehatan pencegahan covid 19

A (Alat):
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (seperti: Apron, Face
shield, Masker N95, Sarung tangan, Penutup kepala dan leher,
Sepatu boot, spuit, infus set, tensi meter dan stetoskop, alat
resusitasi dll) bersama ibu ke tempat rujukan,perlengkapan dan
bahan – bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan

K (Keluarga):
Beritahu ibu dan keluarga tentang penggunaan protol kesehatan
dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan memberi tahu ibu
kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa dirujuk. Suami
dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui ibu (klien) ketempat rujukan

S (Surat):
Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien)
alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obat yang
telah diterima ibu (klien), sertakan juga partograf yang dipakai
untuk membuat keputusan klinik.

O (Obat):
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas
rujukan. Obat-obat teraebut mungkin akan diperlukan selama di
perjalanan

K (Kendaraan):
Siapkan kendaraan yang memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup nyaman. Pastikan kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan tepat waktu.

U (Uang):
Ingatkan pada keluarga untuk membawa uang yang cukup untuk
membeli obat-obat yang diperlukan dan bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu atau bayi tinggal difasilitas rujukan

DA (Darah):
Ingatkan keluarga untuk mempersiapkan keluarga yang bisa donor
darah yang mempunyai golongan darah yang sama dengan pasien
untuk persiapan bila diperlukan transfusi darah
4. LANGKAHLANGKAH 1. Bidan menggunakan APD lengkap sesuai protokol kesehatan
pencegahan penularan COVID 19
2. Bidan melakukan kajian terhadap pasien
3. Bidan memastikan pasien yang di rujuk sesuai dengan kriteria
pasein – pasien yang perlu/ harus di rujuk
4. Bidan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai alasan pasien dirujuk
5. Bidan mempersilahkan pasien/ keluarga menandatangani
persetujuan rujukan
6. Bidan menyiapkan surat rujukan
7. Bidan melengkapi surat rujukan berupa:
 Nama faskes yang dituju serta lokasi faskes tersebut
 Identitas pasien berupa, nama, umur, alamat, serta nomor
kartu jaminan
 Resume klinis berupa anamnese singkat, hasil
pemeriksaan fisik, diagnosa kebidanan, dan terapi yang
telah diberikan
8. Bidan memastikan pasien dalam keadaan stabil
9. Bidan memastikan alat – alat kesehatan yang terpasang pada
pasien dalam keadaan baik
10. Bidan menyiapkan alat kesehatan dan obat – obatan yang
diperlukan dalam proses rujukan
11. Bidan menyerahkan surat rujukan kepada pasien atau keluarga
pasien
12. Bidan mendampingi pada saat merujuk pasien
13. Apabila pasien menolak untuk dilakukan rujukan, pasien
wajib

mengisi dan menandatangani surat penolakan tindakan medis


yang berisi alasan penolakan untuk di rujuk. Bidan memberikan
informasi tentang alternatif pengobatan, resiko alternatif
pengobatan, dan resiko tentang keputusan yang diambil pasien.

5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

6. CATATAN MUTU 1. Kartu status ibu


2. Buku register rujukan

7. REFERENSI Buku saku pelayanan kesehatan ibu di faskes dasar dan rujukan
2014
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.PROSEDUR

4.LANGKAH –
LANGKAH

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI
HEMORAGIC ANTE PARTUM
DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen :...../................../ ...../2021


PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
Tanggal Terbit : Disetujui Oleh
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

SOP No. Revisi :

Halaman 1 – 3 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Perdarahan pervagina setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum


persalinan. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari
potensi bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya transmisi/
penularan COVID-19
2. TUJUAN Sebagai acuan bidan dalam penanganan pasien dengan hemoragic
ante partum. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Alat :


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Sarung tangan
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Tensi
8. Termometer
9. Alat tulis
10. Sarung tangan
11. Jam tangan

Bahan :
 Set infus
 Cairan RL/D5%
 Selang infus
 Torniket
 Abochet 16/18
 Plester
 Handsanitizer

4. PERSIAPAN  Petugas siap melaksanakan asuhan ibu hamil , cuci tangan,


sebelum dan sesudah bekerja
 Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman
 Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas
 Menggunakan APD lengkap sesuai protokol kesehatan
pencegahan covid 19
5. PELAKSANAAN 1. Petugas menyapa ibu dengan ramah
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3. Meminta persetujuan ibu untuk diperiksa

4. Melakukan anamnesa lengkap

5. Memberikan asuhan sayang ibu

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan

7. Melakukan pemeriksaan
Tatalaksana umum
a. PERHATIAN, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk secsio cesaria.
Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati – hati, untuk
menentukan sumber perdarahan
b. Perbaiki kekurangan cairan/ dara dengan infus cairan (Nacl
0,9% atau RL)
c. Lakukan penilaian jumlah darah
d. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan secsio
cesaria tanpan menghitung usia kehamila
e. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur pertimbangan terapi ekspektif
f. Lakukan rujukan
6. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

7. CATATAN MUTU 10. Kartu status ibu 11.


Rekam medik
12. Buku register ibu hamil.
8. REFERENSI Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PERSIAPAN

5.PELAKSANAAN

6.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

7.CATATAN MUTU
8.REFERENSI

HEMORAGIC POST PARTUM


DI MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen :...../................../ ...../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes


SOP
1. PENGERTIAN Perdarahan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan
pervagina yang lebih banyak dari normal, antara 24 jam hingga 12
minggu setelah persalinan.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Sebagai acuan bidan dalam penanganan pasien dengan hemoragic


post partum.
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19
3. ALAT DAN BAHAN Alat :
1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Penutup kepala dan leher
5. Sepatu boot
6. Tensi
7. Termometer
8. Alat tulis
9. Sarung tangan
10. Jam tangan

Bahan :
1. Set infus
2. Cairan RL/D5%
3. Selang infus
4. Torniket

5. Abochet 16/18

6. Plester

7. Handsanitizer

4. PERSIAPAN 1. Petugas siap melaksanakan asuhan ibu hamil , cuci tangan,


sebelum dan sesudah bekerja
2. Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman

3. Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas

4. Menggunakan APD lengkap sesuai protokol kesehatan


pencegahan covid 19

5. PELAKSANAAN 1. Petugas menyapa ibu dengan ramah


2. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3. Meminta persetujuan ibu untuk diperiksa

4. Melakukan anamnesa lengkap

5. Memberikan asuhan sayang ibu

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan


7. Melakukan pemeriksaan
a. Tatalaksana
umum
1) panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
2) nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien
3) bila menentukan tanda-tanda syok, lakukan
penatalaksanaan syok
4) berikan oksigen
5) pasang infus IV dengan canul berukuran besar 16/18
dan mulai pemberian cairan kristaloid (Nacl 0,9% atau
RL) sesuai kondisi ibu
6) lakukan pengawasan TD, Nadi ibu dan pernafasan
7) periksa kondisi abdomen, kontraksi uterus, nyeri tekan
perut, dan tinggi fundus uteri
8) pemeriksaan jalan lahir dan area perineum untuk
melihat perdarahan dan laserasi
9) periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
10) pasang kateter untuk memantau volume urine
dibandingkan dengan cairan yang masuk (produksi
urin normal 0,5-1ml/kg BB/ jam atau sekitar 30ml/jam
11) siapkan transfusi darah
12) tentukan penyebab dari perdarahan
b. Tatalaksana kusus
1) Atonia uteri
a) lakukan pemijatan uterus
b) pastikan plasenta lahir lengkap
c) berikan 20-40 u oksitosin dalam 1000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40
tetes/menit, hingga perdarahan berhenti
d) bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan
tidak berhenti, berikan ergometrin 0,2 Mg IM atau
IV, dapat diikuti pemberian 0,2 Mg IM setelah 15
menit, dan berikan 0,2 Mg IM atau IV setiap 4
jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5
dosis (1mg)
e) jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam
treneksamat secara IV (bolus selama 1 menit
dapat diulang setelah 30 menit

2) Robekan jalan lahir ruptur perineum dan


robekan dinding vagina
a) lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan
b) lakukan iridagi pada tempat luka dan bersihkan
dengan anti septik
c) hentikan sumber perdarahan dengan klem dan ikat
dengan benang yang dapat diserap
d) lakukan penjahitan
e) bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 gr
asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit) lalu rujuk pasien
3) Robekan servik
a) paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiri dan kanan dari portio
b) jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan/
jahitan dilakukan secara kontinyu dimulai dari
luar hingga semua robekan dapat dijahit
f) bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 gr asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit) lalu rujuk pasien
4) Retensio plasenta
a) berikan 20 – 40 u oksitosin dalam 1000ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tetes/
menit dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 u
dalam 1000ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/menit, hingga perdarahan
berhenti
b) lakukan tarikan tali pusat terkendali
c) bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati-hati
d) berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal
(ampisilin 2 gr secara IV dan metronidazole
secara IV)
e) Segera atasi atau rujuk pasien bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi
5) Sisa plasenta
a) berikan 20 – 40 u oksitosin dalam 1000ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tetes/
menit dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 u
dalam 1000ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/menit, hingga perdarahan
berhenti
b) Lakukan eksplorasi digital (bila servik terbuka)
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila
servik hanya dapat dilalui instrumen, lakukan
evakuasi sisi plasenta dengan aspirasi
vakummanual atau dilatasi dan kuretase
c) Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti
kasus atonia uteri
6) Inversio uteri segera reposisi uterus namun jika
reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio terjadi
cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu

7) Gangguan pembekuan darah


a) Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut
koagulopati dapat dicegah jika volume darah
dipulihkan segera
b) Tangani kemungkinan penyebab solusio plasenta
c) Segera rujuk pasien
6. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

7. CATATAN MUTU 1) Kartu status ibu


2) Rekam medik

3) Buku register ibu bersalin

8. REFERENSI Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PERSIAPAN

5.PELAKSANAAN

6.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

7.CATATAN MUTU

8.REFERENSI
PROSEDUR KLINIK
PENANGANAN BAYI ASFIKSIA
DI MASA PANDEMI COVID 19

No Dokumen :...../................../2021
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
SOP Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 6 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Keadaan dimana bayi baru lahir tidak bernafas secara spontan dan
teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat janin
sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini berkaitan dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat
dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesuadah
persalinan
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Sebagai acuan bidan dalam memberikan pertolongan pada bayi


dengan asfiksia dengan tujuan
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebri
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
mengeluarkan oksigen kepala otak, jantung dan alat – alat vital
lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
5. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. KEBIJAKAN Standar pelayanan kebidanan tahun 2000

4. ALAT DAN BAHAN


Persiapan alat:

1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Penutup kepala dan leher
5. Sarung tangan
6. Sepatu boot

7. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering, dan hangat


8. Handuk atau kain bersih dan kering 2

9. Handuk atau kain kecil untuk mengganjal bahu 1

10. Alat hisap lendir

11. Boola karet bersih dan kering

12. Penghisap dele DTT / steril

13. Oksigen

14. Tabung sungkup balon sungkup dengan katup pengatur tekanan

15. Lampu 60 watt dengan jarak lampu sekitar 60cm

16. Jam atau pencatat waktu

5. PENATALAKSANAAN
Penilaian bayi baru lahir

1. Lakukan penilaian selintas

a. Apakah air ketuban jernih atau bercampur mekonium

b. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan

c. Apakah bayi bergerak aktif

Bila salah satu jawaban adalah tidak lanjutkan pada langkah –


langkah resusitasi

2. Bila air ketuban bercampur mekonium

a. Lakukan penilaian apakah bayi/ bernafas/ normal/ megap –


megap/ tak bernafas

 Jika menangis atau bernafas normal, potong tali pusat


dengan cepat, tdak di ikat dan tidak di bubuhi apapun

 Jika megap – megap atau tidak bernafas, buka mulut


lebar, usap mulut dan isap lendir, potong tali pusat
dengan cepat, tidak di ikat dan tidak di bubuhi apapun,
dilanjutkan dengan langkah awal

Langkah awal

3. Selimuti bayi dengan handuk/ kain kering dengan muka dan


dada tetap terbuka

4. Letakkan bayi di tempat resusitasi

5. Pastikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengatur tebal


handuk/ kain ganjal bahu yang telah di siapkan

6. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada mulut <5


cm dan kemudian hidung bayi sedalam < 3 cm

7. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok – gosok


dada/ prut/ punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk
meangsang pernafasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang
bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering. Biarkan
muka dan dada terbuka

8. Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha nafas

a. Bila menangis kuat atau bernafas spontan lakukan asuhan


bayi baru lahir

b. Bila tetap tidak bernafas atau megap – megap maka lakukan


ventilasi

Langkah 2 – 8 dilakukan dalam waktu 30 detik

Ventilasi

9. Mulai ventilasi

a. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami


masalah (seperti telah di prediksi sebelumnya) sehingga
perlu dilakukan tindakan resusitasi

b. Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta


mereka ikut membantu (pengawasan ibu dan pertolongan
bayi baru lahir dengan asfiksia)

10. Ventilasi dapat dilakukan dengan balon dan sungkup

Langkah – langkahnya adalah sama, perbedaannya hanya pada


beberapa hal berikut ini. Dengan tabung dan sungkup

a. Udara sekitar harus di hirup ke dalam mulut dan hidung


penolong, kemudian hembuskan lagi ke jalan nafas bayi
melalui mulut tabung sungkup

b. Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan


mulut dari pangkaltabung untuk menghirup udara baru dan
baru memasukkannya kembali ke jalan nafas bayi (bila
penolong tidak melepas mulutnya dari pangkal tabung/
mengambil nafas dari hidung dan langsung meniupkan
udara, maka yang masuk adalah udar ekspresi dari paru
penolong

c. Pemenuhan frekuensi 20 kali dalam 30 detik menjadi sulit


karena penghisapan udara

11. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar penolong dapat
menilai pengembangan dada bayi waktu dilakukan penghisapan
udara

12. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan sungkup dengan
jalan meniup pangkal tabung dan menekan balon sambil
menahan corong sungkup

13. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan


perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi)

Ventilasi percobaan

14. Tiup pangkal tabung atau tekan balon untuk mengalirkan udara
(20 cm air) ke jalan nafas bayi

a. Perhatikan gerakan dinding dada

b. Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru


dan udara masuk dengan baik

c. Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kembali

d. Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup dan hidung

e. Posisi kepala dan jalan nafas

f. Sumbatan jalan nafas oleh lendir pada mulut dan hidung

g. Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan

Ventilasi definitif

15. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan


ventilasidefinitif dengan jalan meniupkan udara dengan
frekuensi 20 kali dalam waktu 30 detik

a. Nilai hasil ventilasi (pernafasan setiap 30 detik)

16. Lakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan tindakan

a. Jika 30 detik pertama bayi menangis kuat dan bergerak aktif


maka selimuti bayi dan serahkan pada ibunya untuk
menjaga kehangatan tubuh dan inisiasi menyusui dini

b. Jika setelah 30 menit pertama bayi belum bernafas spontan


atau megap – megap maka lanjutkan tindakan ventilasi

c. Jika bayi mulai bernafas tetapi disertai dengan tarikan atau


retraksi dinding dada bawah maka segera rujuk ke fasilitas
rujukan sambil tetap memberikan ventilasi

17. Juka bayi blm bernafas spontan atau megap – megap lanjutkan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik dan selanjutkan lakukan
penilaian ulang > lihat 16 a – c

a. Bayi tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari 2 menit


> siap rujukan

b. Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak bernafas


dan tidak ada denyut jantung

Tindakan pasca resusitasi

18. Bila resusitasi berhasil, melanjutkan penatalaksanaan aktif


persalinan kala III sesuai penuntun persalinan normal

19. Bila perlu rujukan

a. Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan


keluarga

b. Melanjutkan resusitasi

c. Memantau tanda – tanda bahaya

d. Mencegah hipotermi

e. Memberikan vitamin K1

f. Mencegah infeksi

g. Membuat surat rujukan

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus

20. Jika resusitasi tidak berhasil

a. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga

b. Memberikan petunjuk perawatan payudara

c. Melakukan pencatatn dan pelaporan khusus

21. Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah digunakan

a. Penghisap lendir direndam setelah di bilas dengan larutan


klorin 0,5% dengan semprit

b. Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5%

c. Rendam kain ganjal pengering tubuh bayi

6. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot


7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

7. CATATAN MUTU
 Rekam Medik

 Catat Secara Rinci

Kondisi saat lahir

Tindakan untuk memulai pernafasan

Waktu antara lahir dengan tindakan langkah awal dan ventilasi

Proses resusitasi dan hasilnya

Bila resusitasi gagal, apa penyebabnya

Keterangan dirujuk apa bila dirujuk

 Buku Register Bayi Baru Lahir

 Buku Kohort Bayi


8. REFERENSI Buku saku pelayanan kesehatan anak
Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN


4.PERSIAPAN

5.PELAKSANAAN

6.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

7.CATATAN MUTU

8.EVALUASI

9.REFERENSI

MENGATASI SYOK DI MASA


PANDEMI COVID 19

PRAKTEK MANDIRI No. Dokumen :...../................/2021


BIDAN
Tanggal Terbit : Disetujui Oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan
No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes


SOP
1. PENGERTIAN Suatu kondisi dimana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ – organ vital
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN 1. Mencegah, deteksi dini, penangan komplikasi


2. Merujuk ibu nifas dengan komplikasi
3. Mendukung dan meningkatkan kepercayaan diri dalam
pelaksanaan peran ibu
4. Mendorong ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
5. Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Alat :


1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Sarung tangan
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Tensi
8. Termometer
9. Alat tulis
10. Jam tangan

Bahan :
1. Cairan Nacl 0,9% atau RL
2. Kateter
3. Urine bag
4. PERSIAPAN 1. Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cucitangan, sebelum
dan sesudah bekerja
2. Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman
3. Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas
5. PELAKSANAAN 1. Tatalaksanan umum
a. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain
b. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigen
c. Miringkan ibu kekiri
d. Hangatkan ibu
e. Pasang infus intra vena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar no 16 atau 18
f. Berikan cairan kristaloid (Nacl 0,9% atau Ranger Laktat)
sebanyak 1 liter dengan cepat 15 – 20 menit
g. Pasang kateter urine untuk mengetahui jumlah urin yang
keluar
h. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam satu jam
pertama hingga 3 liter dalam 2 sampai 3 jam, pantau
kondisi ibu dan tanda – tanda vital
i. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lebih lengkap secara si multan
j. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit
k. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan
infus sampai 0,5ml / menit (8 – 9tts/ menit), pantau
keseimbangan cairan
l. Tanda – tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada
perbaikan adalah sebagai berikut:
 Tekanan darah sistolik lebih dari 100mmHG
 Denyut nadi <90 x/ menit
 Status mental membaik (gelisah berkurang)
 Produksi urin >30 ml/jam
m. Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekwensi nadi <100
x/ menit dan tekanan darah sitolik >100mmHg)
n. Pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan 500ml
tiap 3 – 4 jam (40 – 50 tts/menit)
o. Pertimbangan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lain
2. Tatalaksana khusus
Syok hemoragik
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari
tau dan atasi sumber perdarahan
 Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu
 Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat
persalinan
 Perdarahan setelah persalinan
b. Transfusi dibutuhkan jika HB<7 gr/dl atau secara klinis
ditemukan anemia berat
Syok anfilatik
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif dan
berikan efinefrin/ adrenalin 1:1000 (1gr/ml) dengan dosis
0,2 – 0,5 ml/ IM atau sub cutan
c. Berikan terapi surfotif dengan anti histamin (difenhidramin
25 – 50 IM IV), penghambat reseptor H2 (ranitidine 1mg/
kg BB IV dan kortikosteroid (metilprednisolon 1 – 2 mg/kg
BB / hari diberikan tiap 6 jam)

6. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

7. CATATAN MUTU 1. Kartu status ibu


2. Rekam medik

3. Buku register ibu hamil.

8. EVALUASI 1. Melakukan evaluasidari asuhan yang diberikan


2. Ulangi proses menegemen dengan cara benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif/
merencanakan kembali yang belum terencana.

9. REFERENSI Buku saku pelayanan kebidanan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.ALAT DAN BAHAN

4.PERSIAPAN

5.PELAKSANAAN

6.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

7.CATATAN MUTU

8.EVALUASI

9.REFERENSI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
DI MASA PANDEMI COVID 19

PRAKTEK MANDIRI No. Dokumen : ...../................../....../2021


BIDAN
SOP Tanggal terbit : Disetujui oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampng Selatan

No Revisi:

Halaman :1 – 4 Dwi Aupraptiningsih, S.ST


M.Kes

1. PENGERTIAN Pencegahan infeksi merupakan bagian dalam dan dari


terpenti ng
setiap komponen per awatan BBL. BBL rentan terhadap
sangat purna.
infeksi karenasystem imunitasnya masih em
kurang s
bahaya/risiko
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat terjadinya
yang
transmisi/penularan COVID-
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
19 rangka
dalampencegahan
2. TUJUAN Melindungi petugas kesehatan dan pasien dari resiko penularan
infeksi
Pencegahan terjadinya transmisi/penularan COVID-19

3. ALAT DAN BAHAN Alat


1. Alat sterilisasi
2. Bak pencuci alat
3. Sikat

Bahan
1. Larutan klirin
2. Sabun
3. Air mengalir
4. PENATALAKSANA 1. Menjaga kebersihan tangan
AN a. Jaga agar kuku jari- jari tangan agar tetap pendek
b. Tutup luka ditangan dengan bahan kedap air
c. Selalu bersikan tangan pada situasi berikut:
 Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
 Sebelum memegang alat atau atau instrumen infansif,
baik ketika mengenakan sarung tangan atau tidak
 Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi,
membran mukosa, kulit yang tidak intak, atau kasa
penutup luka
 Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang

terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien yang


sama
 Setelah melepas sarung tangan steril maupun non steril
d. Jika tangan tidak terlihat kotor gunakan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol
Jika terlihat kotor namun pembersih tangan berbahan dasar
alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan air sabun yang
mengalir
e. Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/ cairan
tubuh, atau setelah menggunakan toilet cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir . cuci tangan juga di anjurkan
bila dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora,
gunakan tehnik mencuci tangan 7 langkah selama 40 – 60
menit
f. Sebelum menangani obat – obatan atau menyiapkan makan
bersihkan terlebih dahulu tangan menggunakan sabun dan
air mengalir
g. Bila difasilitas kesehatan tidak tersedia kran dengan air
bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat
yang cukup tinggi dan berikan kran di dasar ember sehingga
air bisa mengalir keluar untuk cuci tangan
2. Mengenakan sarung tangan
a. Gunakan sarung tangan steril atau sudah di desinfektan
tingkat tinggi (DTT) ketika melakukan prosedur bedah,
menolong persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka
episiotomi, dan menjahit robekan perineum
b. Gunakan sarung tangan steril yang panjang sampai menutup
siku ketika melakukan placenta manual, atau KBI
c. Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non steril) untuk
melakukan pemeriksaan vagina, memasang infus,
memberikan obat infeksi, dan mengambil darah
d. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
 Membersihkan alat ditempat tidur
 Mengelola bahan yang terkontaminasi sampah dan
limbah
 Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran
3. Melindungi diri dari darah dan cairan tubuh
a. Gunakan sarung tangan yang sesuai petunjuk diatas
b. Tutup semua bagian kulit yang tidak intak atau utuh dengan
bahan tahan air
c. Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan
anti air, serta sepatu boot karet ketika menolong persalinan
d. Melindungi mata dengan memakai kaca mata atau
perlengkapan lain
e. Gunakan masker dan topi atau tutup kepala
4. Membuang sampah tajam dengan benar
a. Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak
dapat ditembus oleh jarum
b. Pastikan semua jarum dan spuit di gunakan hanya satu kali
c. Jangan menutup kembali, membengkokkan atau pun
merusak jarung yang telah digunakan
d. Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke

tempat penampungan sampah tajam tanpa memberikannya


pada orang lain’
e. Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh,
tutup atau plester wadah tersebut lalu bakar
5. Membuang sampah dan limbah secara aman
a. Buang plasenta, darah, cairan tubuh, dan benda – benda
yang terkontaminasi ke wadah anti bocor
b. Kubur atau bakar segera sampah padat yang terkontaminasi
c. Buang limbah cair ke saluran kusus
d. Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat penampungan
setelah membuang sampah atau limbah yang infeksius
6. Mengelola pakaian dan kain yang terkontaminasi
a. Petugas yang menangani klien harus menggunakan alat
pelindung diri berupa sarung tangan rumah tangga, sepatu
tertutup kedap air, apron, kaca mata pelindung
b. Kumpulkan pisahkan semua pakaian dan kain yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh di kantong plastik
kusus
c. Bila darah maupun cairan tubuh lain dengan air sebelum
mencucinya dengan sabun.
7. Ruang lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi
meliputi:
1. Membangun budaya cuci tangan( kebersihan tangan)
2. Membangun budaya penggunaan Alat Pelindung Diri Alat
pelindung diri terdiri dari sarung tangan, masker, gaun
pelindung, goggle/perisai wajah, sepatu pelindung dan topi
pelindung. Pemantau penggunaan alat pelindung diri sesuai
dengan indikasi.
3. Penerapan dekontaminasi alat kesehatan termasuk sterilisasi
• Dekontaminasi
• Pencucian dan pembilasan
• Pemilahan alat
• Pengeringan
• Pengemasan dan pelabelan
• Sterilisasi alat
• Penyimpanan alat steril
4. Pengendalian lingkungan
• Pengendalian lingkungan yaitu :
• Kualitas udara
• Kualitas air
• Permukaan lingkungan
• Desain dan konstruksi bangunan
5. Pengelolaan limbah
• Identifikasi jenis limbah
• Pemisahan limbah Wadah tempat
penampungan sementara limbah infeksius
• Pengangkutan
• Pengolahan limbah
• Penanganan limbah benda tajam
• Pembuangan benda tajamPengelolaan
tumpahan
cairan tubuh dan merkuri dengan spill kit
6. Penatalaksanaan linen

 Linen infeksius dan non infeksius.


7. Perlindungan petugas kesehatan
• Tatalaksana pajanan
• Tatalaksana pajanan bahan infeksius di tempat kerja
• Langkah dasar tatalaksana klinis profilaksis pasca
pajanan HIV pada kasus kecelakaan kerja
• Posbindu karyawan secara berkala
8. Penempatan pasien
9. Higine respirasi/ etika batuk
10. Praktek menyuntik yang aman
11. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui kontak
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui droplet
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara
( airbone )
5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron
PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield
5. Lepaskan masker
6. Lepaskan sepatu boot
7. Lepaskan sarung tangan dalam
8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan
9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan
yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius
6. CATATAN MUTU Buku pencatatan tanggal steril alat

7. REFERENSI Permenkes no 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan pengendalian


Infeksi
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN

3.PENATALAKSANAAN

4.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI (APD)
5.CATATAN MUTU

6.REFERENSI

PELAYANAN IMUNISASI DI
MASA PANDEMI COVID 19

No. Dokumen : ...../.................../...../2021

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
Tanggal Terbit : Disetujui oleh:
09 April 2021 Ketua IBI Cabang Lampung Selatan

SOP No Revisi:

Halaman :1 – 4
Dwi Supraptiningsih, S.ST M.Kes

1. PENGERTIAN Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dari potensi
bahaya/risiko dalam rangka pencegahan terjadinya
transmisi/penularan COVID-19

2. TUJUAN Sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak
sekolah di pelayanan kesehatan. Pencegahan terjadinya transmisi/
penularan COVID-19
Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin
merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan
3. ALAT DAN PASIEN Alat

1. Apron
2. Face shield
3. Masker N95
4. Sarung tangan
5. Penutup kepala dan leher
6. Sepatu boot
7. Termometer
8. Stetoskop
9. Spet
10. Safety box (kotak pengaman)
11. Pemotong/kikir ampul pelarut

12. Termos/Vaksin carrier


13. Cool Pack / Kotak dingin cair

Bahan
1. Alkohol swab
2. Bacillus Calmette Guerin (BCG);
3. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib);
4. Hepatitis B pada bayi baru lahir;
5. Polio; dan 6. Campak.
4. PROSEDUR Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1. Menggunakan APD sesuai protokol kesehatan pencegahan covid
19
2. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
3. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
4. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
5. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es

1. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial


vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
2. Catat suhu di dalam lemari es.
3. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan untuk VVM dan tanggal kedaluarsa (EEFO,
FIFO).

Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin


Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah
aman untuk diberikan, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan
gunkan vaksin atau pelarut tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah
masuk kriteria C dan D jangan dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut
jika tanggal kadaluarsa telah lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator
ini menunjukkan adanya pembekuan atau anda menduga bahwa
vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT, HepB,
DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes
kocok.

Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi


Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap
(fasilitas pelayanan kesehatan), antara lain:
• Mudah diakses
• Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau
debu;• Cukup tenang

Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach)


• Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup
ventilasi.
• Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu
harus teduh.

Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan


beberapa hal berikut:

1. Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang


dapat masuk dan keluar dari pelayanan dengan lebih cepat dan
mudah;
2. Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang
panas tidak terkena sinar matahari;
3. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan
4. Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan
terpadu yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program
(KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);
5. Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain
dibatasi sehingga tidak penuh sesak;
6. Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan
atau dekat dengan meja imunisasi anda.

5. PELEPASAN ALAT 1. Lepaskan apron


PELINDUNG DIRI 2. Lepaskan penutup kepala dan leher
(APD) 3. Lepaskan sarung tangan luar
4. Lepaskan face shield

5. Lepaskan masker

6. Lepaskan sepatu boot

7. Lepaskan sarung tangan dalam

8. Terapkan kebersihan tangan/hand hygiene di setiap tahapan

9. Semua tahapan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelepasan


yang benar dan buang ke tempat sampah infeksius

6. CATAN MUTU 1. Alat tulis (kertas, pensil dan pena)


2. Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT/ KIA)

3. Buku register bayi dan WUS

7. REFERENSI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun


2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Surat Edaran no 2 tahun 2021. Protokol kesehatan perjalanan
internasional dalam masa pandemi corona covid disease 2019
(COVID 19)

HISTORY

1.PENGERTIAN
2.TUJUAN

3.ALAT DAN PASIEN

4.PROSEDUR

5.PELEPASAN ALAT
PELINDUNG DIRI
(APD)

6.CATATAN MUTU

7.REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai