Anda di halaman 1dari 14

NAMA : Mutiara Citra Arofah

NIM : 0433131420118114

TINGKAT : 3C S1 Keperawatan STIKes Kharisma Karawang

KASUS

Seorang laki-laki berusia 25 tahun, dibawa ke RS Jiwa diantar keluarga dan polisi dalam
keadaan diborgol, menurut keluarga pasien mengamuk, marah-marah, teriak teriak dan
melempar kaca jendela tetangga, saat dikaji intonasi bicara pasien tinggi, membentak-bentak,
dan mengancam, ekspresi tegang.

Tantangan Berpikir Kritis

1. Jelaskan bagaimana terjadinya perilaku kekerasan pada kasus diatas !


Klien dibawa ke RSJ diantar keluarga dan polisi dalam keadaan di borgol. pasien
mengamuk, teriak-teriak , mengancam, membentak bentak , marah-marah dan
intonasi bicara pasien tinggi ekspresi tegang.
2. Jelaskan mekanisme koping pada pasien dengan perilaku kekerasan !
Mekanisme koping  denail, dan reaksi formasi.( Kasus diatas )
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yag dianggap sangat berpengaruh dalam
hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang
rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergul dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan
halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan
tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan dirinya dan orang
lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Selain diakibatkan
oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam
menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping
keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS
atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen
terapeutik inefektif).

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Asertif  Frustasi  Pasif  Agresif Perilaku Kekerasan

3. Bagaimana cara melakukan restrain pada kasus perilaku kekerasan !


 Dengan cara memakaikan jaket pengekang (camisole ) atau Manset / tali
untuk pergelangan tangan dan kaki
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN RESTRAIN
A. Pengertian
Restrain adalah terapi dengan alat- alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan
intervensi yang terakhir jika perilaku kliensudah tidak dapat diatasi atau di
kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasilingkungan
(Widyodinigrat. R, 2009).
B. Jenis – Jenis Restrain
1. Camisole (Jaket Pengekang)
2. Manset / tali untuk pergelangan tangan dan kaki

C. Tujuan Pemasangan Restrain


1. Menghindari hal – hal yang membahayakan pasien selama pemberian
asuhan keperawatan
2. Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari
tempat tidur)
3. Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman (safety
and security needs)
D. Sasaran Pemasangan Restrain
1. Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
2. Pasien dengan indikasi gangguan kejiwaan (gaduh gelisah)
E. Persiapan Alat
1. Pilihlah restrain yang cocok sesuai kebutuhan
2. Bantalan pelindung kulit/ tulang
F. Persiapan Pasien
Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai keperluan
G. Cara Kerja
1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
4. Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
5. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
6. Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit
dan denyut nadi padaekstremitas)
7. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain

4. Buat justifikasi muncul tanda dan gejala, (data mayor dan minor) pada kasus diatas !

DATA MAYOR DATA MINOR


Subyektif : Subyektif :
- Mengancam - Mengatakan ada yang
- Mengumpat mengancam, mengejek
- Bicara keras dan kasar - Mendengar suara yang
Obyektif : menjelekkan
- Agitasi - Merasa orang lain
- Meninju mengancam dirinya
- Membanting Obyektif :
- Melempar - Menjauh dari orang lain
- Katatonia

5. Jelaskan indikasi dan implikasi keperawatan dalam pemberian obat-obatan pada kasus
diatas !
 Indikasi :
 Pada pasien dengan keadaan marah –marah
 pasien dengan keadaan mengamuk , mengancam , membentak bentak
 pasien dengan perilaku kekerasan
 Implikasi keperawatan dalam pemberian obat adalah memfasilitasi dan
menghambat perilaku kekerasan.

6. Lengkapi data mayor dan minor (DS+DO) pada kasus diatas


DS :
 Keluarga klien mengatakan klien sering mengamuk
 Keluarga klien mengatakan klien suka Marah-marah
 Keluarga klien mengatakan klien suka teriak teriak
 Keluarga klien mengatakan klien suka melempar kaca jendela tetangga
DO :
 Intonasi bicara pasien tinggi
 Klien nampak membentak-bentak
 Klien nampak mengancam
 Ekspresi klien terlihat tegang

7. Buatkan pohon masalah berdasarkan problem 3 (Akibat-Core-Problem-Etiologi)

Resiko mencederai diri, orang lain, dan Lingkungan


Perilaku Kekerasan (Core Probelm)



Harga Diri Rendah

8. Rumuskan diagnosis keperawatan (Definisi,Penyebab,Gejala Mayor dan Minor)


Diagnosa Keperawatan (Perilaku Kekerasan)
Definisi :
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan, ditujukan pada diri sendiri
atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan (Depkes RI,
2006 dalam Dermawan, 2013).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeer,
1995).
Penyebab :
 Faktor Predisposisi
Menurut Riyadi dan Purwanto ( 2009 ) faktor-faktor yang mendukung terjadinya
perilaku kekerasan adalah
a. Faktor biologis
1. Intinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2. Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustasion aggresion theory ( teori argesif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong
individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang
melalui perilaku kekerasan.
2. Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima
pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di
rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulai individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Existential theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar
manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya
melalui perilaku destruktif.
c. Faktor sosio kultural
1. Social enviroment theory ( teori lingkungan )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
2. Social learning theory ( teori belajar sosial )
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
 Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat buruk.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stressor yang
berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain.
Sedangkan dari dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya
percaya diri dan lain-lain.Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

9. Buat intervensi keperawatan sesuai kasus diatas !

Diagnosa PERENCANAAN
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(TUM/TUM)
Risiko TUM : Klien menunjukkan tanda – 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan dari
Perilaku Klien dan keluarga tanda percaya kepada percaya dengan klien merupakan
Kekerasan mampu mengatasi perawat melalui : mengmukakan prinsip hal yang akan
atau  Ekspresi wajah komunikasi teurapeutik : memudahkan
mengendalikan cerah, tersenyum  Mengucapkan perawat dalam
risiko perilaku  Mau berkenalan salam teurapeutik. melakukan
kekerasan  Ada kontak mata Sapa klien dengan pendekatan
TUK 1 :  Bersedia ramah, baik verbal keperawatan atau
 Klien dapat menceritakkan maupun non intervensi
membina perasaannya verbal selanjutnya
hubungan  Berjabat tangan terhadap klien.
saling  Bersedia dengan klien
percaya mengungkapkan  Perkenalkan diri
masalah dengan sopan
 Tanyan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien
 Jelaskan tujuan
pertemuan
 Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu klien.
 Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apaadanya
 Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
TUK 2 : Setelah 3x Intervensi klien 2.1 bantu klien Menentukkan
Klien dapat dapat : mengungkapkan perasaan mekanisme
mengidentifikasi  Menceritakan marahnya : koping yang
penyebab perilaku penyebab prilaku  Diskusikan dimiliki oleh klien
kekerasan yang kekerasan yang bersama klien dalam
dilakukannya. dilakukannya untuk menghadapi
 Menceritakan menceritakkan masalah. Selain
penyebab perasaan penyebab rasa itu, juga sebagai
jengkel atau kesal, kesal atau rasa langkah awal
baik dari diri sendiri jengkelnya. dalam menyusun
maupun  Dengarkan strategi
berikutnya.
lingkungannya penjelasan klien
tanpa menyela,
atau memberi
penilaian pada
setiap ungkapan
perasaan klien.
TUK 3 : Setelah 3x intervensi, klien Bantu klien Deteksi dini dapat
Klien dapat dapat menceritakan tanda – mengungkapkan tanda- mencegah
mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan tanda perilaku kekerasan tindakan yang bisa
tanda – tanda secara : yang dialaminya membahayakan
perilaku kekerasan  Fisik : mata merah,  Motivasi klien klien dan
tangan mengepal, menceritakan lingkungan
ekspresi tega, dan kondisi fisik saat sekitar.
lain – lain perilaku kekerasan
 Emosional : terjadi
perasaan marah,  Motivasi klien
jengkel, bicara menceritakan
kasar. kondisi emosinya
 Sosial : bermusuhan saat terjadi
yang dialami saat perilaku kekerasan
terjadi perilaku  Motivasi klien
kekerasan. menceritakan
kondisi psikologis
saat terjadi
perilaku kekerasan
 Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang
lainh saat terjadi
perilaku kekerasan
TUK 4 : Setelah 3x intervensi, klien Diskusikan dengan klien Melihat
Klien dapat menjelaskan : seputar perilaku mekanisme
mengidentifikasi  Jenis jenis ekspresi kekerasan yang koping klien dapat
jenis perilaku kemarahan yang dilakukannya selama ini. menyelesaikan
kekerasan yang selama ini telah 4.1 Diskusikan dengan masalah yang
pernah dilakukannya klien seputar perilaku dihadapi.
dilakukannya.  Perasaannya saat kekeraan yang
melakukan dilakukannya selama ini.
kekerasan 4.2 Motivasi klien
 Efektivitas cara menceritakan jenis-jenis
yang dipakai dalam tindak kekerasan yang
menyelesaikan selama ini permah
masalah. dilakukannya.
4.3 Motivasi klien
menceritakan perasaan
klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
4.4 Diskusikan apakah
dengan tindak kekerasan
yang dilakukannya
masalah yang dialami
teratasi.
TUK 5 : Setelah 3x intervensi, klien Diskusikan dengan klien Membantu klien
Klien dapat menjelaskan akibat yang akibat negatif (kerugian) melihat dampak
mengidentifikasi timbul dari tindakan cara yang dilakukan yang ditimbulkan
akibat dari perilaku kekerasan yang pada : akibat perilaku
kekerasan. dilakukannya.  Diri sendiri kekerasan yang
 Diri sendiri : luka,  Orang dilakukan klien.
dijauhi teman, dan lain/keluarga
lain lain  Lingkungan
 Orang lain/keluarga
: luka, tersinggung,
ketakutan, dan lain
lain
 Lingkungan :
barang atau benda
rusak, dan lain lain
TUK 6 : Setelah 3x intervensi, klien Diskusikan dengan klien: Menurunkan
Klien dapat dapat menjelaskan : cara  Apakah klien mau perilaku yang
mengidentifikasi cara sehat dalam mempelajari cara destruktif yang
cara kostruktif atau mengungkapkan marah. baru berpotensi
cara – cara sehat mengungkapkan mencederai klien
mengungkapkan marah yang sehat dan lingkungan
kemarahan.  Jelaskan berbagai sekitar.
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
klien.
 Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
 Cara fisik:
nafas dalam,
pukul bantal
atau kasur, olah
raga.
 Verbal:
mengungkapka
n bahwa
dirinya sedang
kesal kepada
orang lain.
 Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
 Spiritual:
sembahyang/do
a, zikir,
meditasi, dsb
sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
TUK 7 : Setelah 3x intervensi, klien 7.1 Diskusikan cara yang Keinginan untuk
Klien dapat memperagakan cara mungkin dipilih dan marah yang tidak
mendemonstrasikan mengontrol perilaku anjurkan klien memilih bisa diprediksi
cara mengontrol kekerasan fisik, verbal, dan cara yang mungkin untuk waktu serta siapa
perilaku kekerasan. spiritual dengan cara mengungkapkan yang akan
berikut : kemarahan. memicunya
 Fisik : tarik napas 7.2 Latih klien meningkatkan
dalam, memukul memperagakan cara yang kepercayaan diri
bantal/kasur dipilih : klien serta
 Verbal :  Peragakan cara asertivitas
mengungkapkan melaksanakan (ketegasan) klien
perasaan cara yang dipilih. saat
kesal/jengkel pada  Jelaskan manfaat marah/jengkel.
orang lain tanpa cara tersebut
menyakiti  Anjurkan klien
 Spiritual : menirukan
dzikir/doa, meditasi peragaan yang
sesuai agamanya sudah dilakukan.
 Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara yang
masih belum
sempurna
7.3 Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat
marah/jengkel.
TUK 8 : Setelah 3x intervensi, 8.1 Diskusikan Keluarga
Klien mendapat keluarga mampu : pentingnya peran serta merupakan sistem
dukungan keluarga  Menjelaskan cara keluarga sebagai pendukung utama
untuk mengontrol merawat klien pendukung klien untuk bagi klien dan
resiko perilaku dengan risiko mengatasi perilaku merupakan bagian
kekerasan. perilaku kekerasan kekerasan. penting dari
 Mengungkapkan 8.2 Diskusikan ptensi rehabilitasi klien.
rasa puas dalam keluarga untuk mengatasi
merawat klien prilaku kekerasan
dengan risiko 8.3 Jelaskan pengertian,
perilaku kekerasan penyebab, dan akibat, dan
cara merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga
8.4 Peragakan cara
merawat klien (menangani
PK)
8.5 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6 Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
8.7 Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
TUK 9 : Setelah 3x intervensi klien 9.1 Jelaskan manfaat Menyukseskan
Klien bisa mnejelaskan : menggunakan obat secara program
mengguanakn obat  Manfaat minum teratur dan kerugian jika pengobatan klien.
sesuai program obat tidak mengguanakn obat. Dapat mengontrol
yang telah  Kerugian tidak 9.2 Jelaskan kepada resiko perilaku
ditetapkan minum obat klien : kekerasan klien
 Nama obat  Jenis obat (nama, dan dapat

 Bentuk dan warna warna, dan bentuk membantu

obat obat) penyembuhan

 Dosis yang  Dosis yang tepat klien.

diberikan untuk klien Mengontrol


kepadanya  Waktu pemakaian kegiatan klien
 Waktu pemakaian  Cara pemakaian minum obat dan
 Cara pemakaian  Efek yang akan mencegah klien

 Efek yang dirasakan dirasakan klien putus obat.

 Klien menggunakan 9.3 Anjurkan klien


obat sesuai program untuk :
 Minta dan
menggunakan
obat tepat waktu.
 Laporan
keperawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
9.4 Beri Pujian terhadap
kedisiplinan klien dengan
menggunakan obat.

4 Buat SP tindakan keperawatan pada kasus diatas baik untuk pasien atau keluarga !
SP 1
 Mengidentifikasi penyebab PK
 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
 Mengidentifikasi penyebab PK
 Menyebutkan cara mengontrol PK
 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol PK
 Mrnganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Melatih pasien mengontro PK dengan cara spiritual
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 5
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 1 Keluarga
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan pengertian PK tanda dan gejala serta proses terjadinya PK
 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
SP 2
 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
SP 3
 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
 Menjelaskan follow – up pasien setelah pulang

Anda mungkin juga menyukai