Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SPESIALIS JIWA PADA

KLIEN HALUSINASI DI RUANG SADEWA DI RS DR. H MARZOEKI


MAHDI BOGOR

Sri Nyumirah
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
Email : srinyumirah@yahoo.co.id

ABSTRAK
Halusinasi merupakan diagnosa keperawatan terbanyak yang dikelola penulis selama menjalankan praktik
residensi tiga di ruang Sadewa. Tujuan penulisan ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan model stres adaptasi Stuart yang terkait dengan proses keperawatan dan
Interpersonal Peplau terkait dengan pendekatan 6 peran perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada
klien halusinasi.
Terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga dilakukan pada 7 klien, terapi perilaku dilakukan pada
3 klien dan terapi kognitif dilakukan pada 10 klien. Terapi tersebut dilakukan mulai tanggal 18 Februari-20
April 2013.
Hasil penerapan terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga meningkatkan kemampuan klien
dalam menggunakan tanggapan yang rasional dalam melawan pikiran dan perilaku yang negatif, sehingga
mengurangi respon kognitif, afektif dan perilaku yang negatif, serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam
merawat klien dengan halusinasi. Hasil penerapan terapi perilaku meningkatkan kemampuan klien dalam
melawan pikiran negatif yang muncul saat halusinasi muncul. Hasil penerapan terapi kognitif juga meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan perilaku yang positif saat halusinasi muncul.
Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa terapi perilaku, terapi kognitif dan terapi
perilaku kognitif dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa pada klien halusinasi dan perlu
disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan.

Kata kunci : Halusinasi, Terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dan terapi kognitif, model stres adaptasi
Stuart dan interpersonal Peplau

ABSTRACT
Hallucination was the major nursing diagnose found during the clinical nursing psychiatric practice at
Sadewa ward. The aim of this scientific writing paper was to described the nursing intervention of clients with
hallucination by using the application of Stuart’s Stress Adaptation Model and Peplau’s Interpersonal Model.
Stuart’s Stress Adaptation Model focused on nursing process while Peplau’s Interpersonal Model focused on 6
roles of nursing with hallucination clients.
Cognitive behavior therapy (CBT), cognitive therapy (CT), behavior therapy (BT) and family psycho
education (FPE) were recognize as nursing intervention that provided to 10 clients during Feb, 18 – April, 20
2013. CBT and FPE were delivered to 7 of clients with hallucination, BT was delivered to 3 of clients, and CT
was delivered to 10 of clients.
Result shown that CBT was increased the client’s ability to counter negative thought by using rationale
thought. This also reported that this treatment decreased the signs and symptoms of hallucination (cognitive,
affective and psychomotor). Given the FPE also reported to increase the family’s ability to nurturing the clients.
Furthermore, CT and BT were also recognized to increased the client’s ability to counter negative thought and to
perform the positive behavior when hallucination was occurred.
This scientific writing paper recommended that CBT, CT, BT, and FPE were the nursing intervention that
needs to be standardizing of psychiatric nursing intervention to client with hallucination and also need to
socialize for all clinical settings.

Key words : hallucination, Cognitive behavior therapy (CBT), cognitive therapy (CT), behavior therapy
(BT), Stuart’s Stress Adaptation Model and Peplau’s Interpersonal Model

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 1
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
PENDAHULUAN gangguan jiwa berat yang dialami oleh
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat klien adalah skizofrenia.
emosional, psikologis, dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa
memuaskan perilaku dan koping individu yang ditandai dengan penurunan atau
efektif, konsep diri yang positif dan ketidakmampuan berkomunikasi,
kestabilan emosional (Johnsons, 1997 gangguan realita (halusinasi dan waham),
dalam Videback 2008). Gangguan jiwa afek yang tidak wajar atau tumpul,
adalah merupakan respon maladaptif gangguan kognitif (tidak mampu berfikir
terhadap stressor dari dalam dan luar abstrak) dan mengalami kesukaran
lingkungan yang berhubungan dengan melakukan aktivitas sehari-hari
perasaan dan perilaku yang tidak sejalan (Keliat,2006). Seorang yang mengalami
dengan budaya/kebiasaan/norma setempat skizofrenia terjadi kesulitan berfikir
dan mempengaruhi interaksi sosial dengan benar, memahami dan menerima
individu, dan fungsi tubuh (Townsend, realita, gangguan emosi/perasaan, tidak
2009). mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah perubahan perilaku.
kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan Gejala yang muncul dari skizofrenia dibagi
kemungkinan akan berkembang menjadi dalam 5 dimensi, yaitu gejala positif,
25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga gejala negatif, gejala kognitif, gejala
berhubungan dengan bunuh diri, lebih agresif dan hostilitas serta gejala depresi
dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri dan anxious (Shives, 2005; Sinaga, 2008).
setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gejala positif mengambarkan fungsi
Prevalensi terjadinya gangguan jiwa berat normal yang berlebihan dan khas, meliputi
di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan waham, halusinasi, disorganisasi
Dasar (2007) adalah sebesar 4,6 permil, pembicaraan dan disorganisasi perilaku
dengan kata lain dari 1000 penduduk kegelisahan. Gejala agresif dan hostile,
Indonesia empat sampai lima diantaranya gejala ini menekankan pada masalah
menderita gangguan jiwa berat (Balitbang pengendalian impuls.
Depkes RI, 2008). prevalensi gangguan
mental emosional seperti gangguan Berdasarkan berbagai gejala diatas pada
kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari klien skizofrenia mengambarkan
populasi orang dewasa dengan prevalensi banyaknya masalah yang muncul seperti
tertinggi di Jawa Barat yaitu 20,0%. penyerangan terhadap orang lain, perilaku
Prevalensi gangguan jiwa berat di mencederai diri dan orang lain, depresi,
Indonesia sebesar 0,46 %, dengan kata lain rasa bersalah/harga diri rendah, waham,
dari 1000 penduduk Indonesia empat halusinasi. Halusinasi adalah persepsi atau
sampai lima diantaranya menderita tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
gangguan jiwa berat. Prevalensi gangguan rangsangan (stimulus) eksternal.
jiwa berat di Jawa Barat sebesar 0,22 % Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dan angka tersebut meningkat menjadi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
0,40% di kota Bogor. yang sebenarnya tidak terjadi.

Kondisi diatas menggambarkan prevalensi Tindakan keperawatan yang dilakukan


masalah kesehatan jiwa baik gangguan pada klien dengan halusinasi yaitu
jiwa ringan sampai berat cukup tinggi dan tindakan keperawatan generalis dan
membutuhkan penanganan yang serius spesialis. Tindakan keperawatan yang
serta berkesinambungan. Salah satu generalis sesuai dengan standar asuhan

2 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


keperawatan yaitu mengidentifikasi kemampuan kognitif dan perilaku klien
halusinasi yang muncul (isi, jenis, durasi, harga diri rendah. Fauziah, Hamid &
situasi dan respon), mengontrol halusinasi Nuraini (2009) mengatakan terapi perilaku
dengan menghardik atau mengusir, kognitif dapat meningkatkan kemampuan
bercakap-cakap dengan orang lain, kognitif dan perilaku klien skizofrenia
melakukan kegiatan dan minum obat dengan perilaku kekerasan. Wahyuni,
dengan teratur, serta melakukan terapi Keliat & Yusron (2010) mengatakan terapi
aktivitas stimulasi persepsi (Fortinash, perilaku kognitif dapat meningkatkan
2007). Hal ini sesuai dengan penelitian kemampuan kognitif dan perilaku klien
yang dilakukan oleh Caroline, Keliat, & halusinasi. Erwina, Keliat, Yusron &
Sabri (2008) bahwa penerapan standar Helena (2010) mengatakan terapi perilaku
asuhan keperawatan klien halusinasi dalam kognitif dapat meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi akan mempengaruhi kognitif dan perilaku klien pasca gempa.
kemampuan kognitif dan psikomotor klien, Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh
sehingga klien halusinasi akan mengalami Morisson (2009) mengatakan terapi
penurunan terhadap intensitas tanda dan perilaku kognitif dapat diberikan pada
gejala halusinasi yang muncul. Tindakan klien skizofrenia yang menjadikan klien
keperawatan spesialis yang dapat dapat mengontrol perilaku marah,
dilakukan untuk klien baik individu mengontrol klien yang berbicara sendiri
maupun keluarga dengan halusinasi antara atau halusinasi dan dapat meningkatkan
lain untuk terapi individu adalah terapi hubungan klien baik di rumah sakit,
perilaku kognitif (CBT) bahwa penerapan keluarga dan di tempat kerja.
terapi psikososial dengan perilaku kognitif
dapat merubah pola pikir yang negatif METODE PENELITIAN
menjadi positif, sehingga perilaku yang Penelitian ini dilaporkan dan dianalisis
maladaptif menjadi adaptif (Martin, 2010). berdasarkan praktik klinik keperawatan
jiwa III di RS Dr Marzoeki Mahdi di
Terapi perilaku (BT) menurut Laraia Ruang Sadewa selama 9 minggu yaitu dari
(2005) merupakan terapi yang digunakan tanggal 18 Februari sampai dengan 19
untuk membentuk perilaku baru yang April 2013. Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
positif, sehingga meningkatkan Mahdi (RSMM) Bogor merupakan Rumah
ketrampilan atau meminimalkan perilaku Sakit Tipe A Khusus yang merawat klien
yang dihindari. Terapi kognitif (CT) dengan gangguan fisik, jiwa dan Napza,
menurut Copel (2007) adalah terapi yang sebagai pusat rujukan klien gangguan jiwa
membantu klien untuk mengembangkan dan pusat pengembangan keperawatan jiwa
pola pikir yang rasional. Terapi keluarga di Indonesia. Di ruang Sadewa pada bulan
yang dilakukan pada keluarga klien adalah Februari-April 2013 ada beberapa diagnosa
terapi psikoedukasi keluarga yang yang muncul baik medis dan keperawatan.
merupakan satu elemen program Diagnosa keperawatan utama yang
perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan ditemukan dari 37 klien selama di rawat
cara pemberian informasi dan edukasi yaitu, sebanyak 20 klien diagnosa
melalui komunikasi yang keperawatan halusinasi, 9 diagnosa
terapeutikmenurut (Stuart, 2009). keperawatan RPK, 5 diagnosa keperawatan
HDR Kronik, dan 3 diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan spesialis yang isolasi sosial. Diagnosa medis yang
sudah dilakukan pada klien dengan ditemukan skizofrenia paranoid sebanyak
halusinasi sesuai dengan penelitian yang 24 klien, skizofrenia 3 klien, gangguan
terkait yaitu menurut Sasmita, Keliat & afektif bipolar 4 klien, psikosis 5 klien, dan
Budiharto (2007) Cognitive behaviour skizofrenia hebrefenik 1 klien. Diagnosa
therapy meningkatkan secara bermakna medis yang paling sering ditemukan

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 3
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
skizofrenia paranoid sebanyak 24 klien dan adaptasi Stuart dan model Hildegard
diagnosa keperawatan utama yang paling Peplau’s.
sering ditemukan adalah halusinasi
sebanyak 20 klien. HASIL MANAJEMEN PELAYANAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Manajemen asuhan keperawatan dengan Setiap perawat mempunyai jumlah klien
halusinasi telah diberikan tindakan yang dikelola dari datang sampai pulang.
keperawatan generalis dan tindakan Setiap klien halusinasi memiliki perawat
keperawatan spesialis. Pelaksanaan pada setiap shift dinas yang bertanggung
tindakan keperawatan pada klien dengan jawab secara total selama dirawat. Perawat
halusinasi yang sudah dilakukan di Rumah menyusun rencana bulanan. Rencana
Sakit sudah dikembangkan melalui model bulanan biasa dibuat oleh kepala ruang dan
praktik keperawatan profesional (MPKP) Ka. Tim yaitu perawat membuat jadwal
yang diberikan oleh perawat ruangan. pelaksanaan case conference yang sudah
Pelaksanakan MPKP di ruang Sadewa dilakukansetiap dua minggu sekali setiap
untuk mempermudah dalam melakukan hari kamis (4x) yang dihadiri oleh semua
asuhan keperawatan pada klien, sehingga perawat. Case conference pembahasan
ada kesinambungan dalam melakukan tentang kasus asuhan keperawatan klien
asuhan keperawatan yang setiap hari halusinasi keluarga, topik yang
dilakukan adalah penerapan operan yaitu dibicarakan: kasus klien baru, kasus klien
melaporkan hasil pelaksanaan asuhan yang tidak ada perkembangan, kasus klien
keperawatan yang sudah dilakukan kedua pulang, klien yang meninggal, klien
tim bagi shift pagi, siang dan malam, pre dengan masalah yang jarang ditemukan.
dan post conference yaitu melaporkan
rencana yang mau dilakukan pada klien Kegiatan pelaksanaan manajemen asuhan
dan melaporkan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari
keperawatan yang dilakukan pada masing- adalah perawat membuat rencana harian
masing tim sebelum operan, membuat yang dibuat sebelum operan dilakukan dan
daftar alokasi pasien untuk mempermudah dilengkapi pada saat operan dan
kolaborasi tim atas pengelolaan masing- preconference
masing klien.
Penerapan asuhan keperawatan dengan
Melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan klien
berkolaborasi untuk masing-masing klien halusinasi berkolaborasi untuk masing-
perawat ruangan melakukan terapi masing klien halusinasi dengan perawat
generalis dan penulis melakukan terapi ruangan melakukan terapi generalis dan
spesialis. Visit dokter juga dilakukan oleh penulis melakukan terapi spesialis sesuai
dokter psikiatri yang didampingi oleh dengan tanggung jawab perawat masing-
perawat ruangan untuk melaporkan hasil masing yang telah tertulis di daftar alokasi
tindakan keperawatan yang sudah pasien yang dilakukan interaksi dalam
dilakukan oleh perawat, sehingga ada sehari minimal dua kali pada setiap klien
tindak lanjut dari tenaga medis (dokter) halusinasi. Visit dokter juga dilakukan oleh
terhadap terapi obat yang diberikan dari dokter psikiatri yang didampingi oleh
resep dokter yang diberikan. perawat ruangan untuk melaporkan hasil
tindakan keperawatan pada klien halusinasi
Tujuan umum untuk mengambarkan hasil yang sudah dilakukan oleh perawat,
manajemen kasus spesialis keperawatan sehingga ada tindak lanjut dari tenaga
jiwa terhadap klien halusinasi di Ruang medis (dokter) terhadap terapi obat yang
Sadewa Rumah Sakit Dr Marzoeki Mahdi diberikan dari resep dokter.
Bogor dengan pendekatan model stres

4 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


Hasil pelaksanaan manajemen asuhan membedakan yang nyata dan tidak nyata
keperawatan di ruang Sadewa perawat sebanyak 16 klien (80%).
mengevaluasi kegiatan asuhan
keperawatan yang sudah dilakukan yaitu Pengkajian aspek biologis didapatkan hasil
salah satunya audit dokumentasi untuk bahwa klien dengan halusinasi terbanyak
mengevaluasi dokumen asuhan disebabkan oleh faktor genetik yang
keperawatan pada klien halusinasi yang dialami oleh 10 orang klien (50%). Faktor
telah dilaksanakan oleh perawat, kegiatan genetik yang muncul pada klien dari adik,
audit dokumentasi dilakukan setelah klien kakak dan orang tua serta dari saudara
halusinasi pulang atau meninggal, hasil orang tua (paman, dan tante).Pengkajian
audit tersebut direkapitulasi dalam satu aspek psikologis didapatkan hasil bahwa
bulan. Melakukan evaluasi indikator mutu klien halusinasi terbanyak disebabkan oleh
pada klien halusinasi untuk mengetahui masa lalu yang tidak menyenangkan yang
jumlah rata-rata lama rawat klien dialami oleh 18 klien (90%). Masa lalu
halusinasi yaitu 45-60 hari, untuk yang tidak menyenangkan pada klien yang
mengevaluasi penilaian kinerja perawat, banyak terjadiyaitu pengalaman saat kecil
juga dapat dilakukan dengan melihat suka diejek oleh teman bermain, kurang
peningkatan kemampuan klien halusinasi mendapat penghargaan dari orang tua
dalam menggunakan pikiran dan perilaku maupun orang lain, jarang mendapatkan
yang positif dalam mengontrol halusinasi kasih sayang dari orang tua, penolakan dari
yang muncul. keluarga, putus cinta dan pergaulan bebas.
Pengkajian aspek sosiokultural didapatkan
Klien yang mengalami halusinasi sebagian hasil bahwa klien halusinasi terbanyak
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 13 disebabkan oleh masalah pekerjaan dan
klien (65%). Usia klien yang mengalami belum menikah yang dialami oleh 7 klien
halusinasi terbanyak adalah usia 40-65 (35%). Masalah pekerjaan yang dialami
tahun sebanyak 15 klien (75%). Sebagian klien yaitu sulit mendapatkan pekerjaan
besar klien belum menikah yaitu 10 klien yang sesuai keinginan klien dan ada
(50%). Sebagian besar klien berpendidikan permasalahan ketika masih bekerja.
menengah yaitu 9 klien (45%). Sebagian Berdasarkan kasus yang telah dikelola
besar klien tidak bekerja sebanyak 13 klien pada 20 klien halusinasi ditemukan stressor
(65%). Lama sakit klien terbanyak adalah presipitasi biologis sebagian besar berupa
kurang dari 10 tahun sebanyak 12 klien riwayat putus obat sebanyak 14 klien
(64%). Lama rawat klien yang sekarang (70%) yaitu selama klien di rumah klien
terbanyak adalah 2 bulan dan 3 bulan tidak mau minum obat, tidak pernah
(25%) dan frekuensi masuk RS terbanyak kontrol kembali di pelayanan kesehatan,
adalah lebih dari 3 kali yaitu 10 klien jadi pengobatan klien terputus. Pada
(50%). Jumlah klien sebagian besar sudah stressor psikologis sebagian besar
pulang sebnyak 17 klien (85%). Rata-rata disebabkan oleh keinginan klien yang tidak
rawat klien halusinasi sebagian besar 2 terpenuhi sebanyak 9 (45%) yaitu
bulan sebanyak 8 klien (47%). Rata-rata keinginan klien untuk menikah,
rawat klien yang mengalami gangguan mempunyai uang dan pekerjaan yang layak
jiwa mulai 9 hari sampai 54 hari (2 serta ingin mendapatkan perhatian dari
minggu-2 Bulan). Respon terhadap stressor keluarga. Pada stressor sosiokultural
yang meliputi respon kognitif, afekif, sebagian besar karena adanya masalah
fisiologis, perilaku dan respon sosial. ekonomi yang dialami 5 klien (25%) yaitu
Respon kognitif, sebagai respon kognitif karena klien belum bekerja, sehingga klien
yang dilakukan klien dengan halusinasi belum mempunyai uang sendiri, semua
yang terbanyak adalah tidak mampu keuangan tergantung dengan orangtua.

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 5
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
Pengkajian asal stressor, sumber kognitif dan perilaku sebanyak 7 klien
permasalahan pada klien halusinasi (35%), terapi perilaku 3 klien (15%) dan
sebagian besar berasal dari individu itu psikoedukasi keluarga sebanyak sebanyak
sendiri yaitu sebanyak 18 klien (90%). 7 keluarga klien (35%).
Lamanya klien terpapar stressor sebagian
besar kurang dari 2 bulan sebanyak 12 Secara umum klien mengalami penurunan
klien (60%). Seluruh klien yang halusinasi yang muncul. Hal ini tampak
mengalami halusinasi mengalami lebih dari adanya penurunan gejala/respon pada
dari 3 stressor yaitu sebanyak 10 klien klien dengan membandingkan respon klien
(50%), stressor dari biologis, psikologis saat sebelum diberikan terapi kognitif,
dan sosial budaya setiap klien berbeda. terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dan
Respon afektif yang terbanyak pada klien psikoedukasi keluarga. Perubahan atau
halusinasi adalah mudah marah 15 klien selisih yang paling besar terlihat pada
(75%). Respon fisiologis yang terbanyak respon perilaku perilaku yang mengatakan
adalah lelah/letih/lemah 13 klien (65%). mendengar suara-suara atau melihat
Respon perilaku yang terbanyak adalah bayangan 100% dan pada respon kognitif
mengatakan mendengar suara-suara atau khususnya tidak mampu membedakan
melihat atau merasakan sesuatu 17 klien yang nyata dan tidak nyata 100%, respon
(85%). Respon sosial yang terbanyak pada afektif pada aspek mudah marah 86%,
klien halusinasi adalah menghindar dari respon fisiologis pada letih/lemah dan lesu
orang lain dan mengurung diri 15 klien 86%, dan respon sosial mengurung diri dan
(75%).Sebagian besar kemampuan klien menghindar dari orang lain 100%. Data
halusinasi tidak mampu memodifikasi tersebut menunjukkan bahwa dengan
perilaku negatif menjadi positif sebanyak pemberian terapi perilaku kognitif, terapi
20 klien (100%). Sebagian besar klien perilaku kognitif dan terapi perilaku, serta
halusinasi yakin akan sembuh sebanyak 17 setelah mendapatkan dukungan dari
klien (85%). Dukungan keluarga yang keluarga terutama bagi klien yang
terbanyak pada klien halusinasi adalah keluarganya mendapatkan terapi
keluarga tidak mampu yang mampu psikoedukasi keluarga, maka respon klien
merawat klien dengan halusinasi dan tidak halusinasi terhadap stresor akhirnya
mampu memodifikasi lingkungan menunjukkan respon yang adaptif baik
sebanyak 14 klien (70%). Dukungan secara kognitif, afektif, fisiologis, sosial,
kelompok yang terbanyak pada klien maupun perilaku.
halusinasi adalah kelompok tidak tahu cara
merawat sebanyak 17 klien (85%). Klien mengalami peningkatan kemampuan
Ketersedian finansial, sebagian besar klien klien dalam mengatasi halusinasi yang
halusinasi menggunakan biaya pribadi muncul dengan melakukan merubah
sebanyak 13 klien (65%). Jangkauan pikiran dan perilaku yang negatif menjadi
rumah klien dengan Rumah Sakit jiwa positif. Perubahan yang paling besar yaitu
sebagian besar dekat sebanyak 13 klien pada kemampuan klien dalam
(65%). memodifikasi perilaku yang negatif
menjadi positif yaitu sebanyak 100%. Data
Tindakan keperawatan generalis dan tersebut menunjukkan bahwa dengan
spesialis yang diberikan kepada 20 klien pemberian terapi perilaku kognitif, terapi
dengan diagnosa keperawatan halusinasi perilaku kognitif dan terapi perilaku, serta
yang berada di ruang Sadewa yaitu seluruh setelah mendapatkan dukungan dari
klien dilakukan tindakan keperawatan keluarga terutama bagi klien yang
generalis, tindakan keperawatan spesialis keluarganya mendapatkan terapi
yang paling banyak dilakukan adalah terapi psikoedukasi keluarga, maka respon klien
kognitif (CT) 10 klien (50%), terapi halusinasi terhadap kemampuan klien

6 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


akhirnya menunjukkan kemampuan psikofarma sebesar 100%. Pada pemberian
perilaku yang positif. terapi perilaku kognitif memberikan
peningkatan kemampuan klien dan respon
PEMBAHASAN terhadap stressor pada aspek kognitif,
Penerapan terapi generalis dan terapi afektif, fisiologis dan sosial.
perilaku dan kognitifmenunjukan hasil
yang lebih efektif mengubah pikiran dan Hasil pengkajian pada klien dengan
perilaku klien dengan halusinasi. Hal ini halusinasi di ruang Sadewa menunjukan
terbukti dengan perubahan respon terhadap bahwa banyak klien yang merasa yakin
stressor baik respon perilaku, fisiologis, akan kesembuhan klien yaitu sebanyak 17
afektif, sosial dan kognitif. Hasil yang klien (85%). Keyakinan dan gambaran
dicapai yaitu, klien menunjukkan positif seseorang dapat menjadi dasar dari
peningkatan dalam hal respon terhadap harapan yang dapat mempertahankan
stressor pada lima aspek yaitu respon koping adaptif walaupun dalam kondisi
kognitif mampu membedakan yang nyata penuh stressor. Keyakinan harus dikuatkan
dan tidak nyata dan mampu memahami untuk membentuk keyakinan positif
cara mengontrol halusinasi 100%, respon (kognitif) dan dapat menguatkan afektif,
afektif yang mampu mengurangi perasaan kestabilan fisiologis tubuh, perilaku
takut 100%, mampu mengontrol marah dan konstruktif dan sosial yang baik. Kondisi
tidak tersinggung sebesar 86%, tidak ini klien dengan halusinasi perlu
curiga terhadap orang lain 100%. Respon mendapatkan terapi yang lebih advance
fisiologis yang ditunjukkan tidak muncul yaitu terapi perilaku kognitif (Stuart,
kondisi lemah/lesu 86%. Respon perilaku 2009). Dapat disimpulkan bahwa sebagian
klien tidak tertawa dan senyum sendiri, besar menunjukkan dukungan sosial dan
mondar-mandir, mau merawat diri, keyakinan yang positif akan berpengaruh
mengatakan sudah tidak mendengar suara terhadap kondisi kesehatan klien.
dan melihat bayangan sebanyak 100%.
Respon sosial klien sudah tidak mengurung Dukungan sosial dan keyakinan positif ini
diri, tidak menghindar dengan orang lain berkorelasi positif dengan halusinasi.
dan tidak curiga dengan orang lain Semakin negatif keyakinan klien dan tidak
sebanyak 100%. adanya dukungan sosial, maka semakin
berat halusinasi yang dialami klien.
Peningkatan kemampuan klien dalam Keyakinan positif yang muncul pada klien
mengontrol halusinasi yaitu sebagian klien halusinasi akan mempermudah perawat
mampu mengidentifikasi pikiran negatif dalam melakukan tindakan keperawatan
yang muncul, klien sudah mampu terutama dalam menerapkan terapi perilaku
menggunakan tanggapan yang rasional, kognitif yaitu antara perawat dan klien
klien mampu memodifikasi pikiran yang dapat bekerjasama dengan baik dalam
negatif menjadi positif. Peningkatan proses terapi hal ini dapat dijelaskan oleh
kemampuan dalam mengontrol halusinasi teori Peplau bahwa perawat dan klien
yang muncul kemampuan dalam mengidentifikasi satu masalah pertama
mengontrol halusinasi (menghardik, kali dan mulai fokus pada tindakan yang
bercakap-cakap, melakukan kegiatan dan tepat, pendekatan yang dilakukan melalui
minum obat) dan mampu mengidentifikasi perbedaan latar belakang dan keunikan
pikiran dan perilaku otomatis yang negatif, setiap individu. Setiap individu dapat
mampu menggunakan tanggapan yang pandang sebagai satu struktur yang unik
rasional terhadap pikiran yang negatif, biologis, psikologis, spiritual dan sosial
mampu memodifikasi perilaku negatif yang satu dengan yang lain tidak
menjadi positif dengan memberikan token bertentangan. Setiap individu telah belajar
dan mampu menjelaskan pentingnya dari lingkungan, adat istiadat, kebiasaan,

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 7
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
dan kepercayaan yang berbeda yang Menurut Davis dkk (2005) mengatakan
membentuk budaya individu tersebut. terapi perilaku kognitif dapat diberikan
Setiap orang datang dari (pemikiran) sudut klien skizofrenia untuk intervensi
pandang yang berbeda sehingga meningkatkan kepercayaan yang positif
mempengaruhi persepsi dan perbedaan bagi klien sehingga muncul perilaku yang
persepsi ini sangat penting dalam proses positif juga pada klien.
interpersonal (Fitzpatrick, 1989). Konsep
ini didukung oleh Genevieve Burton Menurut Fauziah, Hamid & Nuraini (2009)
(1950) setiap permasalahan akan mengatakan terapi perilaku kognitif dapat
mempengaruhi kepribadian perawat dan meningkatkan kemampuan kognitif dan
meningkatkan professionalisme. Ciri perilaku klien skizofrenia dengan perilaku
perawat yang memiliki perubahan kekerasan, Wahyuni, Keliat & Yusron
langsung dalam terapeutik, hubungan (2010) mengatakan terapi perilaku kognitif
interpersonal. Peplaumengidentifikasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif
empat tahapan hubungan interpersonal dan perilaku klien halusinasi, Erwina,
yang saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, Keliat, Yusron & Helena (2010)
(2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi mengatakan terapi perilaku kognitif dapat
(pemecahan masalah). Setiap tahapan meningkatkan kemampuan kognitif dan
saling melengkapi dan berhubungan perilaku klien pasca gempa. Sesuai
sebagai satu proses untuk penyelesaian penelitian yang telah dilakukan oleh
masalah. Morisson (2009) mengatakan terapi
perilaku kognitif dapat diberikan pada
Hal ini sesuai dengan pendapat Oemarjoedi klien skizofrenia yang menjadikan klien
(2003) bahwa terapi perilaku kognitif dapat mengontrol perilaku marah,
meyakini pola pemikiran manusia mengontrol klien yang berbicara sendiri
terbentuk melalui proses rangkaian atau halusinasi dan dapat meningkatkan
stimulus-kognisi-respon yang saling terkait hubungan klien baik di rumah sakit,
dan membentuk jaringan dalam otak keluarga dan di tempat kerja. Dapat
manusia, dimana faktor kognitif akan disimpulkan bahwa penerapan tindakan
menjadi penentu dalam menjelaskan keperawatan spesialis terapi perilaku
bagaimana manusia berpikir, merasa, dan kognitif pada klien dengan halusinasi dapat
bertindak. Hasil penelitian ini juga meningkatkan kemampuan klien
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya mengubah status pikiran, dan perasaanya
Hidayat (2011) dalam penelitiannya klien dari perilaku negatif menjadi positif.
tentang pengaruh terapi perilaku kognitif
pada klien perilaku kekerasan yang Terapi spesialis psikoedukasi keluarga
mengalami peningkatan kemampuan merupakan terapi lanjut dari terapi
kognitif untuk mengurangi munculnya generalis yang mengukur aspek kognitif,
perilaku kekerasan. Hasil penelitian afektif dan psikomotor keluarga dalam
Sasmita, Keliat & Budiharto (2007) bahwa merawat anggota keluarga dengan
dalam penelitiannya tentang pengaruh gangguan jiwa. Hasil yang didapatkan
terapi perilaku kognitif yang diterapkan adalah 100% keluarga memiliki
pada klien HDR yang mendapatkan hasil kemampuan dalam melaksanakan 5 tugas
yang terjadi peningkatan kemampuan perkembangan keluarga yang meliputi
kognitif secara bermakna. Hasil penelitian mengenal masalah halusinasi, mengambil
Lelono, Keliat & Besral (2010) tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga
pengaruh terapi perilaku kognitif pada dengan halusinasi, melakukan perawatan
klien halusinasi dan perilaku kekerasan pada anggota keluarga dengan masalah
mendapatkan hasil terjadi peningkatan halusinasi, memodifikasi lingkungan yang
kemampuan kognitif secara bermakna. mendukung untuk perawatan anggota

8 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


keluarga dengan masalah halusinasi dan adalah memberikan dukungan terhadap
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk anggota keluarga dalam dalam mengurangi
merawat anggota keluarga dengan masalah beban keluarga terutama beban fisik dan
halusinasi. mental dalam merawat klien dengan
gangguan jiwa dalam waktu yang lama.
Dukungan sosial adalah dukungan untuk Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
individu yang didapat dari keluarga, teman, oleh Sari, Keliat, Helena & Susanti (2009)
kelompok atau orang-orang disekitar klien psikoedukasi keluarga pada klien
termasuk perawat dalam ruangan dan gangguan jiwa, meningkatkan kemampuan
dukungan terbaik yang diperlukan oleh keluarga dalam merawat klien dirumah
klien adalah dukungan dari keluarga serta meningkatkan peran serta keluarga
(Maglaya, 2009). Keluarga sebagai care dalam perawatan klien dirumah sakit.
giver bagi klien harus memiliki Dapat disimpulkan bahwa terapi
kemampuan tentang cara merawat klien psikoedukasi keluarga sangat diperlukan
(Maglaya, 2009). Dukungan sosial adalah pada keluarga untuk meningkatkan
sumber dukungan yang berasal dari kemampuan keluarga dalam merawat
eksternal dan merupakan komponen anggota keluarga yang mengalami
terpenting dalam sumber koping yang halusinasi saat sudah di rumah.
perlu dikembangkan (Stuart, 2009).
Sebagian besar kenyataan yang banyak Terapi kognitif diberikan pada 10 klien
ditemukan bahwa kurangnya dukungan 50% klien yang mengalami peningkatan
sosial dan keluarga untuk membantu klien kemampuan dalm mengontrol halusinasi
dalam mengembangkan kemampuan yang sebesar 95%. Peningkatan kemampuan
positif yang menyebabkan klien sering kognitif setelah dilakukan terapi kognitif
mengalami masalah kembali pada klien karena klien halusinasi diidentifikasi
atau halusinasi kembali muncul. Hal ini pikiran yang negatif yang muncul yang
terbukti dari rendahnya kunjungan menyebabkan perubahan perilaku pada
keluarga yang dilihat dari frekuensi klien dan latihan untuk melawan pikiran
kunjungan keluarga klien di rumah sakit, negatif untuk menjadi positif sehingga
motivasi yang rendah dari keluarga untuk memunculkan suatu pikiran yang positif
merawat klien dirumah, rendahnya dan rasional sebanyak 100%. Perubahan
kelompok pemerhati gangguan jiwa di kemampuan kognitif ini sesuai dengan
masyarakat dan belum terlibatnya klien pernyataan (Bloom 1956 dalam Bastable
pada kelompok-kelompok suportif. 2002) bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan salah satu bagian atau domain
Kondisi ini menurut penulis dikaitkan dari perilaku selain sikap (afektif) dan
dengan stigma dan beban yang diterima perilaku (psikomotor) yang ketiganya
keluarga atau masyarakat, padahal saling mempengaruhi respon kognitif yang
keluarga sebagai care giver bagi klien menjadi peran sentral dalam proses
harus memiliki kemampuan tentang cara adaptasi. Kemampuan kognitif juga akan
merawat klien (Maglaya, 2009). Hal membentuk cara berfikir seseorang untuk
tersebut sesuai pendapat Levine (2002) memahami faktor yang berkaitan dengan
menyatakan bahwa tujuan pemberian kondisinya (Edelman & Mandle, 1994
terapi ini adalah untuk mengurangi dan dalam Potter & Perry, 2005).
mencegah kekambuhan klien serta
mempersiapkan klien kembali kedalam Menurut Rahayuningsih dan Hamid
lingkungan keluarga dan masyarakat (2008), terapi kognitif cukup
dengan memberikan ketrampilan dan efektifmemperbaiki persepsi individu yang
penghargaan terhadap fungsi sosial dan pada akhirnya dapatmenurunkan ansietas
okupasi klien selain itu tujuan lainnya pada klien dengan sakit fisik di RS

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 9
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
Darmais. Hasil implementasi oleh dalam mengontrol halusinasi yang muncul
Syafwani, Hamid & Budiharto dan mampu mencegah timbulnya perilaku
(2008),menggambarkan bahwa terapi yang sama.Menurut Albert Ellis, manusia
kognitif dapat digunakan tidakhanya pada pada dasarnya adalah unik yang memiliki
klien harga diri rendah dan percobaan kecenderungan untuk berpikir rasional dan
bunuh dirisaja, namun dapat juga dapat irrasional. Ketika berpikir dan bertingkah
digunakan pada klien yang mempunyai laku rasional manusia akan efektif,
masalah ansietas. Menurut Burns (1988), bahagia, dan memiliki kemampuan.
terapi kognitif efektif dan cepat Menurut Froggatt (2005) mengemukakan
memperbaiki kondisipsikis klien yang suatu penjelasan tentang sebab akibat
terganggu, termasuk ansietas, dan biopsikososial yang merupakan kombinasi
mengalamikesulitan konsentrasi berfikir. dari faktor biologis, psikologis dan sosial
Menurut Sarfika, Keliat & Wardani (2012), yang mempengaruhi perasaan dan perilaku
terapi kognitif juga efektif dalam seseorang, bahwa keadaan biologis
meningkatkan kemampuan klien dalam seseorang juga mempengaruhi perasaan
mengubah pikiran negatif klien. dan perilakunya, ini merupakan hal yang
penting dan perlu diingat oleh therapis
Terapi perilaku diberikan pada 15% klien untuk memahami seberapa besar
yang mengalami peningkatan dalam kemampuan manusia dapat berubah. Hal
mengurangi perilaku tertawa dan berbicara ini sesuai dengan penelitian yang
sendiri sebesar 100%. Peningkatan dilakukan oleh Parendrawati, Keliat &
perilaku yang positif setelah dilakukan Haryati (2008) menerapkan terapi perilaku
terapi perilaku karena klien halusinasi dengan memberikan token ekonomi pada
diidentifikasi perilaku yang negatif yang klien defisit perawatan diri dapat merubah
muncul yang menyebabkan klien muncul perilakunya dalam melakukan perawatan
perilaku suka marah, menyendiri dan diri.Penerapan terapi ini dilakukan lebih
tertawa dan berbicara sendiri dan latihan banyak terfokus pada perilaku negatif yang
untuk melawan perilaku negatif untuk muncul ketika mengalami halusinasi,
menjadi positif, sehingga memunculkan sehingga kurang efektif ketika dilakukan
suatu perilaku yang positif dan rasional pada klien halusinasi muncul perilaku
dengan memberikan kegiatan di ruangan negatif sehingga berdampak pada pikiran
yang dapat mengurangi kembali perilaku yang negatif.
klien yang mengalami halusinasi sebanyak
100%, meskipun kadang masih muncul KESIMPULAN
ketidakmampuan klien dalam Karakteristik klien halusinasi di Ruang
mengidentifikasi pikiran negatif yang Sadewa sebagian besar klien laki-
muncul dengan menggunakan tanggapan laki,berusia 40-65 tahun, belum menikah
rasional terhadap pikiran klien yang negatif dengan berpendidikan tinggi, dan tidak
karena klien merasa halusinasi yang bekerja dengan lama sakit klien terbanyak
dialami adalah kenyataan yang dialami adalah kurang dari 10 tahun dan lama
oleh klien dan menyenangkan bagi klien, rawat klien terbanyak adalah 2 bulan dan 3
sehingga dengan terapi ini lebih banyak bulan, dengan rata-rata rawat inap klien 60
terjadi peningkatan kemampuan pada hari.
perilaku klien ketika muncul halusinasi.
Faktor predisposisi pada klien halusinasi di
Latihan ini ditunjang juga dengan ruang Sadewa 50% karena faktor genetik,
reward/token ekonomi agar klien 90% mempunyai pengalaman masa lalu
termotivasi untuk berperilaku positif, yang tidak menyenangkan,35% klien
sehingga akhirnya klien mempunyai mempunyai masalah pekerjaan dan tidak
kemampuan kognitif, afektif dan perilaku menikah. Faktor presipitasi klien halusinasi

10 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


70 % karena putus obat, 45% keinginan evaluasi pelaksanaan terapi menunjukkan
klien yang tidak terpenuhi, 25% karena bahwa terapi yang dilakukan baik generalis
masalah ekonomi, 90 % stressor berasal maupun spesialis yang memberikan
dari internal, 60% dalam waktu lebih dari dampak terjadi peningkatan kemampuan
dua bulan, 50% disebabkan lebih dari 3 klien dalam mengontrol halusinasi dan
stressor. penurunan tandan dan gejala munculnya
halusinasi.
Respon kognitif klien halusinasisebelum
dilakukan tindakan keperawatan 80% tidak SARAN
mampu membedakan yang nyata dan tidak Perawat seharusnya melakukan asuhan
nyata, 75% respon afektif yang muncul keperawatan dengan mengevaluasi
mudah marah, 65% respon fisiologis yang kemampuan klien halusinasibaik kognitif,
muncul lelah/letih/lemah, 85% respon afektif dan psikomotor klien sebelum
perilaku yang muncul mengatakan melakukan tindakan keperawatan supaya
mendengar suara-suara atau melihat atau dapat mengukur keberhasilan tindakan
merasakan sesuatu, sedang 75% respon keperawatan yang sudah dilakukan.
sosial yang muncul menghindar dari orang Melakukan pendidikan kesehatan bagi
lain dan mengurung diri. keluarga klien yang datang ke Rumah
Sakit untuk meningkatkan kemampuan
Kemampuan klien sebelum dilakukan keluarga dalam merawat anggota keluarga
tindakan keperawatan, 20% klien tidak yang mengalami halusinasi.
mampu memodifikasi perilaku yang
negatif menjadi positif, 85% keyakinan Perawat melakukan kerjasama dengan
positif klien akan sembuh, 50% keluarga klien supaya terbina hubungan saling
tidak mengenal masalah yang dialami percaya antara perawat dan klien sebelum
klien, tidak mampu memutuskan, tidak melakukan tindakan keperawatan dan
mampu merawat klien dan tidak mampu perawat harus dapat memberikan
memodifikasi lingkungan. bimbingan terhadap masalah klien,
sehingga pemecahan masalah akan mudah
Terapi spesialis keperawatan jiwa yang dilakukan
dilakukan di Ruang Sadewa adalah terapi
kognitif (CT) pada 10 klien, terapi kognitif DAFTAR PUSTAKA
dan perilaku pada 7 klien, terapi perilaku Caroline.,Keliat.B.A.,Sabri.L(2008).
pada 3 klien, dan psikoedukasi keluarga Pengaruh Penerapan Standar
pada 7 keluarga klien, setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Halusinasi
ketiga terapi tersebut terjadi peningkatan terhadap Kemampuan Klien
kemampuan klien dan keluarga dalam Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa
merawat klien dengan halusinasi yang Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
berdampak pada respon kognitif, afektif Tesis. Jakarta. FIK UI. Tidak
dan perilaku yang positif. dipublikasikan.

Terapi spesialis keperawatan jiwa dengan Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan
halusinasi tidak berfokus pada satu terapi Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
saja melainkan merupakan gabungan dari Jakarta, EGC
beberapa terapi sesuai dengan kebutuhan
klien, maka dapat dikatakan bahwa Departemen Kesehatan Republik
keberhasilan klien juga merupakan Indonesia. (2008). Riset kesehatan
kombinasi dari macam-macam terapi dasar 2007.
modalitas yaitu dari terapi keperawatan, http://www.litbang.depkes.go.id/Lap
psikofarmaka dari medik dan lainnya.Hasil

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 11
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
oranRKD/IndonesiaNasional.pdf.pad http://currentnursing.com/nursing_theory/i
a tanggal 22 Mei 2013. nterpersonal_theory.html, pada
Erwina,I., Keliat., Yusron. N., Helena.N. tanggal 12 Mei 2013
Pengaruh Cognitive Behavior
Therapy Terhadap Post Traumatic Hidayati. N.,
Stress Disorder Pada Penduduk Hamid.A.Y.,Mustikasari.,Terapi
Pasca Gempa di Kelurahan Air Suportif Pada Klien Skizofrenia
Tawar Barat Kecamatan Padang Dengan Perilaku Kekerasan Dalam
Utara Propinsi Sumatera Barat. Mengatasi Perilaku Kekerasan Di
FIK-UI. Tidak dipublikasikan. RSJ Amino Gondohutomo
Semarang.Tesis FIK-UI. Tidak
Fauziah.,Hamid, A.Y., Nuraini. T (2009). dipublikasikan.
Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif
(TPK) Pada Klien Skozofrenia Iswanti, D.I.,Helena, N.C.D.,Wardani,
Dengan Perilaku Kekerasan di I.Y.,(2012). Pengaruh Terapi
Rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Perilaku Modeling Persiapan
Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan. Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pada Klien Penatalaksanaan
Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Regimen Terapeutik Tidak Efektif di
Nursing. 7th ed. New Jersey : Pearson RSJD Amino Gondohutomo
Education, Inc. Semarang.Tesis FIK-UI. Tidak
dipublikasikan.
Fortinash, K.M., & Worret, P.A.H. (2007).
Psychiayric Mental Health Nursing. Keliat, B.A., (2006). Peran Serta Keluarga
4 rd ed. USA : Mosby, Inc. Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta : EGC
Friedman, (2010). Keperawatan keluarga
teori dan praktek. (Edisi 5). Jakarta: Lelono, S.K., Keliat, B.A.,Besral (2011).
EGC Efektivitas Cognitive Behaviour
Therapy dan Rational Emotive
Froggatt, W (2005). A brief introduction to Behaviour Therapy Pada Perilaku
rational emotive behaviour therapy, Kekerasan, Halusinasi dan Harga
journal of rational emotive Diri Rendah di Rumah Sakit
behaviour therapy, pada tanggal 29 Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-
Mei 2013. UI. Tidak dipublikasikan.

Fitzpatrick. (1989). Conseptual Models of Maglaya. (2009). Nursing Practice in the


Nursing Analysis and Aplication. community, fifth edition, Marikina
2rd. California city.

Granholm, E., dkk. (2006). Cognitive Martin, P.F. (2010). CBT. 27 Mei 2013
Behavioral Socials Skills Training http://www.minddisorders.com/Brdel
for Improving Social Functioning in /Cognitive-behavioral-therapy.html
People with Achizophrenia. Ongoing
Research. Morrison. (2009). Cognitive behavior
http://clinicaltrials.gov/ct2/show/NC therapy for people with
T00338975. pada tanggal 29 Mei schizofrenia.Department of
2013 Psychiatry.Wright State University
Boonshoft School of Medicine,
Dayton, Ohio.

12 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 1-13


Oemarjoedi, A,K,. (2003). Pendekatan Sinaga, B.R. (2008). Skizofrenia &
Cognitive Behavioral Dalam Diagnosis Banding. Jakarta., Balai
Psikoterapi. Jakarta : Kreativ Media. Penerbit, Fakultas Kedokteran –
Universitas Indonesia,
Parendrawati, D.,P. Keliat, B.A, Haryati,
T.S (2008). Pengaruh Terapi Token Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005).
Ekonomi pada Klien Defisit Principles and Practice of
Perawatan Diri di RSMM Bogor, Psychiatric Nursing, 8th ed. Missouri
Tesis. Jakarta. FIK UI. : Mosby, Inc.
Tidakdipublikasikan.
Stuart, G.W. (2009). Principles and
Potter , P., (2005). Fundamentals of Practice of Psychiatric Nursing, 9th
Nursing : Concept, Process, and ed. Missouri : Mosby, Inc.
Practice. Alih bahasa Yasmin Asih,
dkk. Jakarta : EGC Sudiatmika, I.K., Keliat, B.A.,Wardani,
IY., (2011). Pengaruh Cognitive
Rahayuningsih, Hamid, A. Y. (2007). Behaviour Therapy dan Rational
Pengaruh Terapi Kognitif terhadap Emotive Behaviour Therapy Pada
tingkat harga diri dan kemandirian Perilaku Kekerasan dan Halusinasi
pasien dengan kanker payudara di di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
RS Kanker Dharmais Jakarta. Tesis. Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak
FIK UI. Jakarta. Tidak dipublikasikan.
dipublikasikan.
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar
Sarfika, R.,Keliat, B.A.,Wardani, I.Y. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
(2012). Pengaruh Terapi Kognitif
dan Logoterapi terhadap Depresi, Wahyuni, SE., Keliat, B.A., Yusron, N.
Ansietas Kemampuan Mengubah (2010). Pengaruh Cognitive
Pikiran Negatif dan Memaknai Behaviour Therapy Terhadap
Hidup Klien Diabetes Melitus di Halusinasi Pasien di Rumah Sakit
RSUP Dr. M Djamil Padang. Tesis. Jiwa Pempropsu Medan. Tesis FIK-
FIK UI. Tidak dipublikasikan. UI. Tidak dipublikasikan.

Sari, H.,Keliat, B.A., Helena, N.C.D., Wardani, Keliat, & Mustikasari. (2003).
Susanti, H. (2009). Pengaruh Karakteristik Klien yang Dirawat di
psikoedukasi keluarga terhadap Ruang Model Praktik Keperawatan
beban dan kemampuan keluarga Profesional Rumah Sakit Dr. H.
dalam merawat klien pasung di Marzoeki Mahdi Bogor. Makara,
Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Kesehatan, 7 (1).
Darussalam. FK UI. Tidak
dipublikasikan. WHO. (2008). Mental health. Mei 4.
www.who.int/mental_health/en/inves
Sasmita, H., Keliat, B.A.,Budiharto (2007). ting_in_mnh_final.pdf
Efektifitas Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) pada Klien Harga WHO. (2009). Improving Health System
Diri Rendah di RS Dr. Marzoeki and Service for Mental Helath :
Mahdi Bogor tahun 2007. Tesis FIK- WHO Library Cataloguing-in-
UI. Tidak dipublikasikan Publication Data

Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 13
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah

Anda mungkin juga menyukai