Sri Nyumirah
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
Email : srinyumirah@yahoo.co.id
ABSTRAK
Halusinasi merupakan diagnosa keperawatan terbanyak yang dikelola penulis selama menjalankan praktik
residensi tiga di ruang Sadewa. Tujuan penulisan ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan model stres adaptasi Stuart yang terkait dengan proses keperawatan dan
Interpersonal Peplau terkait dengan pendekatan 6 peran perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada
klien halusinasi.
Terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga dilakukan pada 7 klien, terapi perilaku dilakukan pada
3 klien dan terapi kognitif dilakukan pada 10 klien. Terapi tersebut dilakukan mulai tanggal 18 Februari-20
April 2013.
Hasil penerapan terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga meningkatkan kemampuan klien
dalam menggunakan tanggapan yang rasional dalam melawan pikiran dan perilaku yang negatif, sehingga
mengurangi respon kognitif, afektif dan perilaku yang negatif, serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam
merawat klien dengan halusinasi. Hasil penerapan terapi perilaku meningkatkan kemampuan klien dalam
melawan pikiran negatif yang muncul saat halusinasi muncul. Hasil penerapan terapi kognitif juga meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan perilaku yang positif saat halusinasi muncul.
Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa terapi perilaku, terapi kognitif dan terapi
perilaku kognitif dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa pada klien halusinasi dan perlu
disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan.
Kata kunci : Halusinasi, Terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dan terapi kognitif, model stres adaptasi
Stuart dan interpersonal Peplau
ABSTRACT
Hallucination was the major nursing diagnose found during the clinical nursing psychiatric practice at
Sadewa ward. The aim of this scientific writing paper was to described the nursing intervention of clients with
hallucination by using the application of Stuart’s Stress Adaptation Model and Peplau’s Interpersonal Model.
Stuart’s Stress Adaptation Model focused on nursing process while Peplau’s Interpersonal Model focused on 6
roles of nursing with hallucination clients.
Cognitive behavior therapy (CBT), cognitive therapy (CT), behavior therapy (BT) and family psycho
education (FPE) were recognize as nursing intervention that provided to 10 clients during Feb, 18 – April, 20
2013. CBT and FPE were delivered to 7 of clients with hallucination, BT was delivered to 3 of clients, and CT
was delivered to 10 of clients.
Result shown that CBT was increased the client’s ability to counter negative thought by using rationale
thought. This also reported that this treatment decreased the signs and symptoms of hallucination (cognitive,
affective and psychomotor). Given the FPE also reported to increase the family’s ability to nurturing the clients.
Furthermore, CT and BT were also recognized to increased the client’s ability to counter negative thought and to
perform the positive behavior when hallucination was occurred.
This scientific writing paper recommended that CBT, CT, BT, and FPE were the nursing intervention that
needs to be standardizing of psychiatric nursing intervention to client with hallucination and also need to
socialize for all clinical settings.
Key words : hallucination, Cognitive behavior therapy (CBT), cognitive therapy (CT), behavior therapy
(BT), Stuart’s Stress Adaptation Model and Peplau’s Interpersonal Model
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 1
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
PENDAHULUAN gangguan jiwa berat yang dialami oleh
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat klien adalah skizofrenia.
emosional, psikologis, dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa
memuaskan perilaku dan koping individu yang ditandai dengan penurunan atau
efektif, konsep diri yang positif dan ketidakmampuan berkomunikasi,
kestabilan emosional (Johnsons, 1997 gangguan realita (halusinasi dan waham),
dalam Videback 2008). Gangguan jiwa afek yang tidak wajar atau tumpul,
adalah merupakan respon maladaptif gangguan kognitif (tidak mampu berfikir
terhadap stressor dari dalam dan luar abstrak) dan mengalami kesukaran
lingkungan yang berhubungan dengan melakukan aktivitas sehari-hari
perasaan dan perilaku yang tidak sejalan (Keliat,2006). Seorang yang mengalami
dengan budaya/kebiasaan/norma setempat skizofrenia terjadi kesulitan berfikir
dan mempengaruhi interaksi sosial dengan benar, memahami dan menerima
individu, dan fungsi tubuh (Townsend, realita, gangguan emosi/perasaan, tidak
2009). mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah perubahan perilaku.
kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan Gejala yang muncul dari skizofrenia dibagi
kemungkinan akan berkembang menjadi dalam 5 dimensi, yaitu gejala positif,
25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga gejala negatif, gejala kognitif, gejala
berhubungan dengan bunuh diri, lebih agresif dan hostilitas serta gejala depresi
dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri dan anxious (Shives, 2005; Sinaga, 2008).
setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gejala positif mengambarkan fungsi
Prevalensi terjadinya gangguan jiwa berat normal yang berlebihan dan khas, meliputi
di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan waham, halusinasi, disorganisasi
Dasar (2007) adalah sebesar 4,6 permil, pembicaraan dan disorganisasi perilaku
dengan kata lain dari 1000 penduduk kegelisahan. Gejala agresif dan hostile,
Indonesia empat sampai lima diantaranya gejala ini menekankan pada masalah
menderita gangguan jiwa berat (Balitbang pengendalian impuls.
Depkes RI, 2008). prevalensi gangguan
mental emosional seperti gangguan Berdasarkan berbagai gejala diatas pada
kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari klien skizofrenia mengambarkan
populasi orang dewasa dengan prevalensi banyaknya masalah yang muncul seperti
tertinggi di Jawa Barat yaitu 20,0%. penyerangan terhadap orang lain, perilaku
Prevalensi gangguan jiwa berat di mencederai diri dan orang lain, depresi,
Indonesia sebesar 0,46 %, dengan kata lain rasa bersalah/harga diri rendah, waham,
dari 1000 penduduk Indonesia empat halusinasi. Halusinasi adalah persepsi atau
sampai lima diantaranya menderita tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
gangguan jiwa berat. Prevalensi gangguan rangsangan (stimulus) eksternal.
jiwa berat di Jawa Barat sebesar 0,22 % Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dan angka tersebut meningkat menjadi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
0,40% di kota Bogor. yang sebenarnya tidak terjadi.
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 3
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
skizofrenia paranoid sebanyak 24 klien dan adaptasi Stuart dan model Hildegard
diagnosa keperawatan utama yang paling Peplau’s.
sering ditemukan adalah halusinasi
sebanyak 20 klien. HASIL MANAJEMEN PELAYANAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Manajemen asuhan keperawatan dengan Setiap perawat mempunyai jumlah klien
halusinasi telah diberikan tindakan yang dikelola dari datang sampai pulang.
keperawatan generalis dan tindakan Setiap klien halusinasi memiliki perawat
keperawatan spesialis. Pelaksanaan pada setiap shift dinas yang bertanggung
tindakan keperawatan pada klien dengan jawab secara total selama dirawat. Perawat
halusinasi yang sudah dilakukan di Rumah menyusun rencana bulanan. Rencana
Sakit sudah dikembangkan melalui model bulanan biasa dibuat oleh kepala ruang dan
praktik keperawatan profesional (MPKP) Ka. Tim yaitu perawat membuat jadwal
yang diberikan oleh perawat ruangan. pelaksanaan case conference yang sudah
Pelaksanakan MPKP di ruang Sadewa dilakukansetiap dua minggu sekali setiap
untuk mempermudah dalam melakukan hari kamis (4x) yang dihadiri oleh semua
asuhan keperawatan pada klien, sehingga perawat. Case conference pembahasan
ada kesinambungan dalam melakukan tentang kasus asuhan keperawatan klien
asuhan keperawatan yang setiap hari halusinasi keluarga, topik yang
dilakukan adalah penerapan operan yaitu dibicarakan: kasus klien baru, kasus klien
melaporkan hasil pelaksanaan asuhan yang tidak ada perkembangan, kasus klien
keperawatan yang sudah dilakukan kedua pulang, klien yang meninggal, klien
tim bagi shift pagi, siang dan malam, pre dengan masalah yang jarang ditemukan.
dan post conference yaitu melaporkan
rencana yang mau dilakukan pada klien Kegiatan pelaksanaan manajemen asuhan
dan melaporkan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari
keperawatan yang dilakukan pada masing- adalah perawat membuat rencana harian
masing tim sebelum operan, membuat yang dibuat sebelum operan dilakukan dan
daftar alokasi pasien untuk mempermudah dilengkapi pada saat operan dan
kolaborasi tim atas pengelolaan masing- preconference
masing klien.
Penerapan asuhan keperawatan dengan
Melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan klien
berkolaborasi untuk masing-masing klien halusinasi berkolaborasi untuk masing-
perawat ruangan melakukan terapi masing klien halusinasi dengan perawat
generalis dan penulis melakukan terapi ruangan melakukan terapi generalis dan
spesialis. Visit dokter juga dilakukan oleh penulis melakukan terapi spesialis sesuai
dokter psikiatri yang didampingi oleh dengan tanggung jawab perawat masing-
perawat ruangan untuk melaporkan hasil masing yang telah tertulis di daftar alokasi
tindakan keperawatan yang sudah pasien yang dilakukan interaksi dalam
dilakukan oleh perawat, sehingga ada sehari minimal dua kali pada setiap klien
tindak lanjut dari tenaga medis (dokter) halusinasi. Visit dokter juga dilakukan oleh
terhadap terapi obat yang diberikan dari dokter psikiatri yang didampingi oleh
resep dokter yang diberikan. perawat ruangan untuk melaporkan hasil
tindakan keperawatan pada klien halusinasi
Tujuan umum untuk mengambarkan hasil yang sudah dilakukan oleh perawat,
manajemen kasus spesialis keperawatan sehingga ada tindak lanjut dari tenaga
jiwa terhadap klien halusinasi di Ruang medis (dokter) terhadap terapi obat yang
Sadewa Rumah Sakit Dr Marzoeki Mahdi diberikan dari resep dokter.
Bogor dengan pendekatan model stres
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 5
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
Pengkajian asal stressor, sumber kognitif dan perilaku sebanyak 7 klien
permasalahan pada klien halusinasi (35%), terapi perilaku 3 klien (15%) dan
sebagian besar berasal dari individu itu psikoedukasi keluarga sebanyak sebanyak
sendiri yaitu sebanyak 18 klien (90%). 7 keluarga klien (35%).
Lamanya klien terpapar stressor sebagian
besar kurang dari 2 bulan sebanyak 12 Secara umum klien mengalami penurunan
klien (60%). Seluruh klien yang halusinasi yang muncul. Hal ini tampak
mengalami halusinasi mengalami lebih dari adanya penurunan gejala/respon pada
dari 3 stressor yaitu sebanyak 10 klien klien dengan membandingkan respon klien
(50%), stressor dari biologis, psikologis saat sebelum diberikan terapi kognitif,
dan sosial budaya setiap klien berbeda. terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dan
Respon afektif yang terbanyak pada klien psikoedukasi keluarga. Perubahan atau
halusinasi adalah mudah marah 15 klien selisih yang paling besar terlihat pada
(75%). Respon fisiologis yang terbanyak respon perilaku perilaku yang mengatakan
adalah lelah/letih/lemah 13 klien (65%). mendengar suara-suara atau melihat
Respon perilaku yang terbanyak adalah bayangan 100% dan pada respon kognitif
mengatakan mendengar suara-suara atau khususnya tidak mampu membedakan
melihat atau merasakan sesuatu 17 klien yang nyata dan tidak nyata 100%, respon
(85%). Respon sosial yang terbanyak pada afektif pada aspek mudah marah 86%,
klien halusinasi adalah menghindar dari respon fisiologis pada letih/lemah dan lesu
orang lain dan mengurung diri 15 klien 86%, dan respon sosial mengurung diri dan
(75%).Sebagian besar kemampuan klien menghindar dari orang lain 100%. Data
halusinasi tidak mampu memodifikasi tersebut menunjukkan bahwa dengan
perilaku negatif menjadi positif sebanyak pemberian terapi perilaku kognitif, terapi
20 klien (100%). Sebagian besar klien perilaku kognitif dan terapi perilaku, serta
halusinasi yakin akan sembuh sebanyak 17 setelah mendapatkan dukungan dari
klien (85%). Dukungan keluarga yang keluarga terutama bagi klien yang
terbanyak pada klien halusinasi adalah keluarganya mendapatkan terapi
keluarga tidak mampu yang mampu psikoedukasi keluarga, maka respon klien
merawat klien dengan halusinasi dan tidak halusinasi terhadap stresor akhirnya
mampu memodifikasi lingkungan menunjukkan respon yang adaptif baik
sebanyak 14 klien (70%). Dukungan secara kognitif, afektif, fisiologis, sosial,
kelompok yang terbanyak pada klien maupun perilaku.
halusinasi adalah kelompok tidak tahu cara
merawat sebanyak 17 klien (85%). Klien mengalami peningkatan kemampuan
Ketersedian finansial, sebagian besar klien klien dalam mengatasi halusinasi yang
halusinasi menggunakan biaya pribadi muncul dengan melakukan merubah
sebanyak 13 klien (65%). Jangkauan pikiran dan perilaku yang negatif menjadi
rumah klien dengan Rumah Sakit jiwa positif. Perubahan yang paling besar yaitu
sebagian besar dekat sebanyak 13 klien pada kemampuan klien dalam
(65%). memodifikasi perilaku yang negatif
menjadi positif yaitu sebanyak 100%. Data
Tindakan keperawatan generalis dan tersebut menunjukkan bahwa dengan
spesialis yang diberikan kepada 20 klien pemberian terapi perilaku kognitif, terapi
dengan diagnosa keperawatan halusinasi perilaku kognitif dan terapi perilaku, serta
yang berada di ruang Sadewa yaitu seluruh setelah mendapatkan dukungan dari
klien dilakukan tindakan keperawatan keluarga terutama bagi klien yang
generalis, tindakan keperawatan spesialis keluarganya mendapatkan terapi
yang paling banyak dilakukan adalah terapi psikoedukasi keluarga, maka respon klien
kognitif (CT) 10 klien (50%), terapi halusinasi terhadap kemampuan klien
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 7
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
dan kepercayaan yang berbeda yang Menurut Davis dkk (2005) mengatakan
membentuk budaya individu tersebut. terapi perilaku kognitif dapat diberikan
Setiap orang datang dari (pemikiran) sudut klien skizofrenia untuk intervensi
pandang yang berbeda sehingga meningkatkan kepercayaan yang positif
mempengaruhi persepsi dan perbedaan bagi klien sehingga muncul perilaku yang
persepsi ini sangat penting dalam proses positif juga pada klien.
interpersonal (Fitzpatrick, 1989). Konsep
ini didukung oleh Genevieve Burton Menurut Fauziah, Hamid & Nuraini (2009)
(1950) setiap permasalahan akan mengatakan terapi perilaku kognitif dapat
mempengaruhi kepribadian perawat dan meningkatkan kemampuan kognitif dan
meningkatkan professionalisme. Ciri perilaku klien skizofrenia dengan perilaku
perawat yang memiliki perubahan kekerasan, Wahyuni, Keliat & Yusron
langsung dalam terapeutik, hubungan (2010) mengatakan terapi perilaku kognitif
interpersonal. Peplaumengidentifikasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif
empat tahapan hubungan interpersonal dan perilaku klien halusinasi, Erwina,
yang saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, Keliat, Yusron & Helena (2010)
(2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi mengatakan terapi perilaku kognitif dapat
(pemecahan masalah). Setiap tahapan meningkatkan kemampuan kognitif dan
saling melengkapi dan berhubungan perilaku klien pasca gempa. Sesuai
sebagai satu proses untuk penyelesaian penelitian yang telah dilakukan oleh
masalah. Morisson (2009) mengatakan terapi
perilaku kognitif dapat diberikan pada
Hal ini sesuai dengan pendapat Oemarjoedi klien skizofrenia yang menjadikan klien
(2003) bahwa terapi perilaku kognitif dapat mengontrol perilaku marah,
meyakini pola pemikiran manusia mengontrol klien yang berbicara sendiri
terbentuk melalui proses rangkaian atau halusinasi dan dapat meningkatkan
stimulus-kognisi-respon yang saling terkait hubungan klien baik di rumah sakit,
dan membentuk jaringan dalam otak keluarga dan di tempat kerja. Dapat
manusia, dimana faktor kognitif akan disimpulkan bahwa penerapan tindakan
menjadi penentu dalam menjelaskan keperawatan spesialis terapi perilaku
bagaimana manusia berpikir, merasa, dan kognitif pada klien dengan halusinasi dapat
bertindak. Hasil penelitian ini juga meningkatkan kemampuan klien
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya mengubah status pikiran, dan perasaanya
Hidayat (2011) dalam penelitiannya klien dari perilaku negatif menjadi positif.
tentang pengaruh terapi perilaku kognitif
pada klien perilaku kekerasan yang Terapi spesialis psikoedukasi keluarga
mengalami peningkatan kemampuan merupakan terapi lanjut dari terapi
kognitif untuk mengurangi munculnya generalis yang mengukur aspek kognitif,
perilaku kekerasan. Hasil penelitian afektif dan psikomotor keluarga dalam
Sasmita, Keliat & Budiharto (2007) bahwa merawat anggota keluarga dengan
dalam penelitiannya tentang pengaruh gangguan jiwa. Hasil yang didapatkan
terapi perilaku kognitif yang diterapkan adalah 100% keluarga memiliki
pada klien HDR yang mendapatkan hasil kemampuan dalam melaksanakan 5 tugas
yang terjadi peningkatan kemampuan perkembangan keluarga yang meliputi
kognitif secara bermakna. Hasil penelitian mengenal masalah halusinasi, mengambil
Lelono, Keliat & Besral (2010) tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga
pengaruh terapi perilaku kognitif pada dengan halusinasi, melakukan perawatan
klien halusinasi dan perilaku kekerasan pada anggota keluarga dengan masalah
mendapatkan hasil terjadi peningkatan halusinasi, memodifikasi lingkungan yang
kemampuan kognitif secara bermakna. mendukung untuk perawatan anggota
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 9
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
Darmais. Hasil implementasi oleh dalam mengontrol halusinasi yang muncul
Syafwani, Hamid & Budiharto dan mampu mencegah timbulnya perilaku
(2008),menggambarkan bahwa terapi yang sama.Menurut Albert Ellis, manusia
kognitif dapat digunakan tidakhanya pada pada dasarnya adalah unik yang memiliki
klien harga diri rendah dan percobaan kecenderungan untuk berpikir rasional dan
bunuh dirisaja, namun dapat juga dapat irrasional. Ketika berpikir dan bertingkah
digunakan pada klien yang mempunyai laku rasional manusia akan efektif,
masalah ansietas. Menurut Burns (1988), bahagia, dan memiliki kemampuan.
terapi kognitif efektif dan cepat Menurut Froggatt (2005) mengemukakan
memperbaiki kondisipsikis klien yang suatu penjelasan tentang sebab akibat
terganggu, termasuk ansietas, dan biopsikososial yang merupakan kombinasi
mengalamikesulitan konsentrasi berfikir. dari faktor biologis, psikologis dan sosial
Menurut Sarfika, Keliat & Wardani (2012), yang mempengaruhi perasaan dan perilaku
terapi kognitif juga efektif dalam seseorang, bahwa keadaan biologis
meningkatkan kemampuan klien dalam seseorang juga mempengaruhi perasaan
mengubah pikiran negatif klien. dan perilakunya, ini merupakan hal yang
penting dan perlu diingat oleh therapis
Terapi perilaku diberikan pada 15% klien untuk memahami seberapa besar
yang mengalami peningkatan dalam kemampuan manusia dapat berubah. Hal
mengurangi perilaku tertawa dan berbicara ini sesuai dengan penelitian yang
sendiri sebesar 100%. Peningkatan dilakukan oleh Parendrawati, Keliat &
perilaku yang positif setelah dilakukan Haryati (2008) menerapkan terapi perilaku
terapi perilaku karena klien halusinasi dengan memberikan token ekonomi pada
diidentifikasi perilaku yang negatif yang klien defisit perawatan diri dapat merubah
muncul yang menyebabkan klien muncul perilakunya dalam melakukan perawatan
perilaku suka marah, menyendiri dan diri.Penerapan terapi ini dilakukan lebih
tertawa dan berbicara sendiri dan latihan banyak terfokus pada perilaku negatif yang
untuk melawan perilaku negatif untuk muncul ketika mengalami halusinasi,
menjadi positif, sehingga memunculkan sehingga kurang efektif ketika dilakukan
suatu perilaku yang positif dan rasional pada klien halusinasi muncul perilaku
dengan memberikan kegiatan di ruangan negatif sehingga berdampak pada pikiran
yang dapat mengurangi kembali perilaku yang negatif.
klien yang mengalami halusinasi sebanyak
100%, meskipun kadang masih muncul KESIMPULAN
ketidakmampuan klien dalam Karakteristik klien halusinasi di Ruang
mengidentifikasi pikiran negatif yang Sadewa sebagian besar klien laki-
muncul dengan menggunakan tanggapan laki,berusia 40-65 tahun, belum menikah
rasional terhadap pikiran klien yang negatif dengan berpendidikan tinggi, dan tidak
karena klien merasa halusinasi yang bekerja dengan lama sakit klien terbanyak
dialami adalah kenyataan yang dialami adalah kurang dari 10 tahun dan lama
oleh klien dan menyenangkan bagi klien, rawat klien terbanyak adalah 2 bulan dan 3
sehingga dengan terapi ini lebih banyak bulan, dengan rata-rata rawat inap klien 60
terjadi peningkatan kemampuan pada hari.
perilaku klien ketika muncul halusinasi.
Faktor predisposisi pada klien halusinasi di
Latihan ini ditunjang juga dengan ruang Sadewa 50% karena faktor genetik,
reward/token ekonomi agar klien 90% mempunyai pengalaman masa lalu
termotivasi untuk berperilaku positif, yang tidak menyenangkan,35% klien
sehingga akhirnya klien mempunyai mempunyai masalah pekerjaan dan tidak
kemampuan kognitif, afektif dan perilaku menikah. Faktor presipitasi klien halusinasi
Terapi spesialis keperawatan jiwa dengan Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan
halusinasi tidak berfokus pada satu terapi Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
saja melainkan merupakan gabungan dari Jakarta, EGC
beberapa terapi sesuai dengan kebutuhan
klien, maka dapat dikatakan bahwa Departemen Kesehatan Republik
keberhasilan klien juga merupakan Indonesia. (2008). Riset kesehatan
kombinasi dari macam-macam terapi dasar 2007.
modalitas yaitu dari terapi keperawatan, http://www.litbang.depkes.go.id/Lap
psikofarmaka dari medik dan lainnya.Hasil
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 11
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah
oranRKD/IndonesiaNasional.pdf.pad http://currentnursing.com/nursing_theory/i
a tanggal 22 Mei 2013. nterpersonal_theory.html, pada
Erwina,I., Keliat., Yusron. N., Helena.N. tanggal 12 Mei 2013
Pengaruh Cognitive Behavior
Therapy Terhadap Post Traumatic Hidayati. N.,
Stress Disorder Pada Penduduk Hamid.A.Y.,Mustikasari.,Terapi
Pasca Gempa di Kelurahan Air Suportif Pada Klien Skizofrenia
Tawar Barat Kecamatan Padang Dengan Perilaku Kekerasan Dalam
Utara Propinsi Sumatera Barat. Mengatasi Perilaku Kekerasan Di
FIK-UI. Tidak dipublikasikan. RSJ Amino Gondohutomo
Semarang.Tesis FIK-UI. Tidak
Fauziah.,Hamid, A.Y., Nuraini. T (2009). dipublikasikan.
Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif
(TPK) Pada Klien Skozofrenia Iswanti, D.I.,Helena, N.C.D.,Wardani,
Dengan Perilaku Kekerasan di I.Y.,(2012). Pengaruh Terapi
Rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Perilaku Modeling Persiapan
Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan. Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pada Klien Penatalaksanaan
Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Regimen Terapeutik Tidak Efektif di
Nursing. 7th ed. New Jersey : Pearson RSJD Amino Gondohutomo
Education, Inc. Semarang.Tesis FIK-UI. Tidak
dipublikasikan.
Fortinash, K.M., & Worret, P.A.H. (2007).
Psychiayric Mental Health Nursing. Keliat, B.A., (2006). Peran Serta Keluarga
4 rd ed. USA : Mosby, Inc. Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta : EGC
Friedman, (2010). Keperawatan keluarga
teori dan praktek. (Edisi 5). Jakarta: Lelono, S.K., Keliat, B.A.,Besral (2011).
EGC Efektivitas Cognitive Behaviour
Therapy dan Rational Emotive
Froggatt, W (2005). A brief introduction to Behaviour Therapy Pada Perilaku
rational emotive behaviour therapy, Kekerasan, Halusinasi dan Harga
journal of rational emotive Diri Rendah di Rumah Sakit
behaviour therapy, pada tanggal 29 Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-
Mei 2013. UI. Tidak dipublikasikan.
Granholm, E., dkk. (2006). Cognitive Martin, P.F. (2010). CBT. 27 Mei 2013
Behavioral Socials Skills Training http://www.minddisorders.com/Brdel
for Improving Social Functioning in /Cognitive-behavioral-therapy.html
People with Achizophrenia. Ongoing
Research. Morrison. (2009). Cognitive behavior
http://clinicaltrials.gov/ct2/show/NC therapy for people with
T00338975. pada tanggal 29 Mei schizofrenia.Department of
2013 Psychiatry.Wright State University
Boonshoft School of Medicine,
Dayton, Ohio.
Sari, H.,Keliat, B.A., Helena, N.C.D., Wardani, Keliat, & Mustikasari. (2003).
Susanti, H. (2009). Pengaruh Karakteristik Klien yang Dirawat di
psikoedukasi keluarga terhadap Ruang Model Praktik Keperawatan
beban dan kemampuan keluarga Profesional Rumah Sakit Dr. H.
dalam merawat klien pasung di Marzoeki Mahdi Bogor. Makara,
Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Kesehatan, 7 (1).
Darussalam. FK UI. Tidak
dipublikasikan. WHO. (2008). Mental health. Mei 4.
www.who.int/mental_health/en/inves
Sasmita, H., Keliat, B.A.,Budiharto (2007). ting_in_mnh_final.pdf
Efektifitas Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) pada Klien Harga WHO. (2009). Improving Health System
Diri Rendah di RS Dr. Marzoeki and Service for Mental Helath :
Mahdi Bogor tahun 2007. Tesis FIK- WHO Library Cataloguing-in-
UI. Tidak dipublikasikan Publication Data
Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi Di Ruang Sadewa 13
di RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Sri Nyumirah