Pembimbing:
dr. Fatimah Defina Khamarul Jannah, Sp.JP
Disusun oleh:
Zoey Abigail Idnani
112019261
Laporan Kasus :
Pasien dengan ST Elevation Myocardial Infraction (STEMI) Anteroseptal
Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSPAD Gatot Soebroto
Disusun Oleh:
Zoey Abigail Idnani
112019261
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pasien dengan ST Elevation Myocardial
Infraction (STEMI) Anteroseptal”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
kepaniteraan klinik departemen ilmu penyakit dalam RSPAD Gatot Soebroto.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing laporan kasus, dr. Fatimah
Defina Khamarul Jannah, Sp.JP. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter
yang telah membimbing selama kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan
kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Laporan kasus ini dapat diselesaikan atas bantuan dari banyak pihak. Penulis berharap
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, maupun pihak-pihak yang
berkepentingan. Kritik dan saran yang membangun juga diharapkan oleh penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Global Health Estimate (GHE) tahun 2016 mencatat bahwa kedudukan ischaemic heart
disease atau coronary heart disease (CHD) menempati posisi pertama dengan angka kematian
mencapai 126 per 100,000 populasi atau diperkirakan 16,6 %. Data di Amerika Serikat pada
tahun 2013, pasien acute coronary sindrome (ACS) yang datang ke rumah sakit dengan ST-
elevation myocardial infarction (STEMI) diperkira-kan sekitar 38% dari 116,793 pasien dan
memiliki angka persentase yang berbeda berdasarkan jenis kelamin yakni: 57% terjadi pada pria
dan 43% terjadi pada wanita.1,2
Angka kejadian STEMI tetap menjadi penyebab utama yang memengaruhi morbiditas
dan mortalitas di dunia. Namun berdasarkan beberapa penelitian yang terus dikembangkan,
terdapat penurunan angka mortalitas STEMI yang dikaitkan dengan perbaikan dalam Emergency
Medical Response (EMR), penerapan strategi terapi reperfusi yang efektif, dan penggunaan
farmakoterapi terkait pencegahan sekunder.
Infark miokard akut (IMA) merupakan sindrom klinik yang diperlihatkan dengan gejala
yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan oksigen dalam darah ke
jantung. Ketidaknyamanan di dada tipe-iskemik seringkali menjadi gejala klinis yang paling
menonjol pada pasien infark miokard, dirasakan pasien sebagai tekanan retrosternal dan sensasi
terbakar yang persisten (>10 hingga 20 menit), difus, dalam, dan berat, umumnya tidak dirasakan
sebagai nyeri yang menusuk.5 Infark miokard akut diklasifikasikan berdasarkan hasil
pemeriksaan EKG 12 sadapan menjadi ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) dan
Non-ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI). Penentuan klasifikasi IMA penting
dalam penatalaksanaan. Tatalaksana untuk pasien STEMI yaitu dengan terapi reperfusi yang
terdiri dari primary percutaneous coronary intervention (PPCI), terapi fibrinolitik, dan coronary
artery bypass grafting (CABG).
Kematian pasien STEMI di Indonesia yang mendapat terapi reperfusi secara bermakna
dikatakan lebih rendah dibanding pasien tanpa terapi reperfusi, sehingga penerapan terapi
reperfusi sangat penting untuk pasien yang terdiagnosis STEMI dengan tujuan utama yaitu
dilakukannya pemberian reperfusi yang cepat, berkelanjutan, dan tepat.
BAB II
STATUS PASIEN
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : TNI AD
Agama : Islam
II.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
Gejala nyeri dada baru pertama kali dialami oleh pasien. Pada beberapa jam sebelum
timbul nyeri, pasien sempat merasakan pegal-pegal pada daerah punggung dan leher yang
menetap, kemudian disusul dengan timbulnya nyeri pada dada.
Keluhan seperti sakit kepala, nyeri pada bagian ulu hati, bengkak pada kedua tungkai,
sesak, riwayat tidur dengan menggunakan bantal yang tinggi, terbangun di malam hari karena
sesak dan batuk disangkal. BAK dan BAB normal, tidak ada keluhan.
Pasien sebelumnya telah dibawa ke Rumah Kasih Prikasih dan setelah pemeriksaan
pasien, diberikan obat yaitu clopidogrel 1 x 300 mg, omeprazole 1 x 40 mg, ketolorac 1 x 30 mg,
dan ISDN 5 mg sublingual. Setelah itu, pasien dirujuk ke RSPAD untuk penangan lebih lanjut.
Hidung : Simetris, septum deviasi (-/-), sekret, napas cuping hidung (-/-),
perdarahan (-/-), massa (-/-), concha tidak edema dan hiperemis
Telinga : Normotia, tanda radang (-/-), sekret (-/-), perdarahan (-/-), massa (-/-),
nyeri tekan (-/-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-), tidak ada bau
pernapasan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid dan KGB tidak membesar, trakea
ditengah
Paru
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen (-), tidak teraba pembesaran organ (-),
ballotement (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, nyeri ketok CVA (-)
Interpretasi:
6. Morfologi:
Gelombang P
• Defleksi positif sadapan inferior (II, III, dan aVF), P patologis (-)
Kompleks QRS
• Q patologis (-)
Hasil
Pemeriksaan Nilai Rujukan
24/03/2022
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hematokrit 41 40-52%
Hitung jenis :
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-3%
Neutrofil 79 50-70%
Limfosit 16 20-40%
Monosit 5 2-8%
MCV 85 80-96 Fl
MCH 30 27-32 pg
KOAGULASI
WAKTU PROTROMBIN (PT)
Kontrol 10.0
Pasien 10.9 9.3-11.8 detik
APTT
Kontrol 23.1
Pasien 24.5 23.4-31.5 detik
KIMIA KLINIK
Ph 7.430 7.469
II.5 Resume
Rencana Monitoring :
• Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap dan kimia klinik)
• Pemeriksaan marker jantung
• Pemeriksaan EKG
Edukasi (Instruksi Saat Pulang) :
• Jangan berhenti minum aspirin dan CPG tanpa berkonsultasi dengan dokter
kardiologi
• Perawatan pada luka pasien dapat mandi dan melepas balutan satu hari setelah
dilakukan PCI
• Apabila terjadi perdarahan berbaring dan tekan kuat pada daerah yang luka
selama 15 menit
• Apabila perdarahan berhenti setelah 15 menit istirahat dengan berbaring
• Tidak melakukan aktivitas berat selama lima hari
• Menganjurkan untuk melakukan aktivitas olahraga ringan, seperti jalan santai
Prognosis
- Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
- Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
- Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
Pasien laki-laki 48 tahun dengan chest pain sejak 5 jam SMRS, timbul mendadak, seperti
tertekan/tertindih, surasi 20-30 menit dan menjalar ke daerah leher dan lengan kiri. Keluhan
disertai lemas, sehingga sulit beaktivitas. Keluhan tidak berkurang dengan beristirahat. Keluhan
disertai keluar keringan dingin dan rasa mual. Sebelum keluhan, pasien merasakan pegal-pegal
pada daerah punggung dan leher yang menetap, kemudian disusul dengan timbulnya nyeri pada
dada.
Pemeriksaan fisik : SpO2 96% dalam udara ruangan, status gizi obesitas tingkat I, dan
kardiomegali.
Pemeriksaan penunjang EKG didapatkan adanya ST elevasi pada V1,V2, dan V3,
kemudian didapatkan adanya T inverted pada sadapan III dan T tall pada V2-V6. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya peningkatan pada Troponin I dan CK-MB MASS. Pada foto
polos thoraks didapatkan adanya kardiomegali disertai bendungan paru. Pada hasil PCI
didapatkan adanya total oklusi di bagian proksimal LAD.