MEKANISME DIAGNOSA
A. Penatalaksanaan
albumin dan terapi obat, menyusui bayi dengan ASI, terapi sinar matahari.
1. Fototherapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg%.
jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah. Cara kerja terapi
yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air
sehingga dapt dikeluarkan melalui urin dan faeces. Di samping itu pada terapi sinar
usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin keluar bersama faeces.
2. Tranfusi Tukar
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg/dl pada minggu pertama.
Pada bayi dengan resiko Kern Ikterus, transfusi tukar digunakan untuk:
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
Bilirubin.
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung
antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus
3. Terapi Obat
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk
itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di
bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur
selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam
jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar
bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di
atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
A. Prognosis
B. Komplikasi
Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensi dalam menimbulkan
kerusakan sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel dalam tubuh lainnya juga dapat
terjadi. Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu
sintesis DNA. Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi
saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli
saraf.
Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan
konsentrasi bilirubin serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi
ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Komplikasi ikterus neonatorum adalah Ensefalopati bilirubin atau kernikterus,
yaitu ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditatalaksana dengan benar dan dapat
menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam
bilirubin bebas dengan lipid dinsing sel neuron di ganglia basal, batang otak dan
serebellum yang menyebabkan kematian sel. Bayi yang selamat setelah mengalami
ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi
berupa cerebral palsy, epilepsy, dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor
seperti gangguan belajar dan perceptual motor disordes.
C. Tanda Untuk Merujuk Pasien
Ikterus timbul dalam 24 jam kehidupan.
Ikterus hingga di bawah umbilicus.
Ikterus yang meluas hingga ke telapak kaki harus dirujuk segera karena
kemungkinan membutuhkan transfusi tukar.
Riwayat keluarga dengan penyakit hemolitik yang signifikan atau kemikterus.
Neonatus dengan keadaan umum yang kurang baik.
Ikterus memanjang > 14 hari.
D. Peran Pasien atau Keluarga untuk Penyembuhan
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam
perawatan bayi hiperbilirubinemia (Waley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan
kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan
kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar
kulit yang rusak.
Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban
kulit.
Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat
mengakibatkan lecet karena gesekan
Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan
yang lama, garukan .
Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab
dan bak.
Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit,
capilari reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 – 38 C)
2. Perawatan tali pusat / umbilicus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan,
kontak dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Imunisasi
10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
- letargi ( bayi sulit dibangunkan )
- demam ( suhu > 37 C )
- muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
- diare ( lebih dari 3 x)
- tidak ada nafsu makan.
11. Keamanan
- Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting)
yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
- Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau
sarana lainnya.
E. Pencegahan
Ikterus neonatorum ini dapat dicegah, meliputi :
1) Promosi dan dukungan pemberian ASI dengan intake yang memadai.
2) Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3
jam.
3) Tindak lanjut menurunkan kadar bilirubin dengan fototerapi atau tranfusi tukar.
5) Pengawasan antenatal yang baik.
6) melakukan penilaian sistematis kadar bilirubin.
7) Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi.
8) Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
9) Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.