Anda di halaman 1dari 3

BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

12. EPISTAKSIS
No. ICPC-2 : R06. Nose bleed/epistaxis
No. ICD-10 : R04.0 Epistaxis
Tingkat Kemampuan 4A

Masalah Kesehatan b. Banyaknya perdarahan


c. Frekuensi
Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir d. Lamanya perdarahan
keluar dari hidung yang berasal dari rongga
hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu Faktor Risiko
penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan.
Hampir 90% epistaksis dapat berhenti sendiri. 1. Trauma
Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala 2. Adanya penyakit di hidung yang
yang sangat mengganggu. Faktor etiologi mendasari, misalnya: rinosinusitis, rinitis
dapat lokal atau sistemik. Sumber perdarahan alergi.
harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati 3. Penyakit sistemik, seperti kelainan
epistaksis secara efektif. pembuluh darah, nefritis kronik, demam
berdarah dengue.
Klasifikasi 4. Riwayat penggunaan obat-obatan seperti
NSAID, aspirin, warfarin, heparin, tiklodipin,
1. Epistaksis Anterior semprot hidung kortikosteroid.
Epistaksis anterior paling sering berasal 5. Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi
dari pleksus Kiesselbach, yang merupakan di hidung, sinus paranasal, atau nasofaring.
sumber perdarahan paling sering dijumpai 6. Kelainan kongenital, misalnya:
pada anak-anak. Selain itu juga dapat berasal hereditary hemorrhagic telangiectasia /
dari arteri etmoidalis anterior. Perdarahan Osler’s disease.
dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat 7. Adanya deviasi septum.
dikendalikan dengan tindakan sederhana. 8. Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di
daerah yang sangat tinggi, tekanan udara
2. Epistaksis Posterior rendah, atau lingkungan dengan udara yang
Pada epistaksis posterior, perdarahan sangat kering.
berasal dari arteri sfenopalatina atau arteri 9. Kebiasaan
etmoidalis posterior. Epistaksis posterior
sering terjadi pada orang dewasa yang Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
menderita hipertensi, arteriosklerosis, Sederhana (Objective)
atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan Pemeriksaan Fisik
biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
1. Rinoskopi anterior
Hasil Anamnesis (Subjective)
Pemeriksaan harus dilakukan secara
Keluhan berurutan dari anterior ke posterior.
1. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar Vestibulum, mukosa hidung dan septum
darah dari hidung. nasi, dinding lateral hidung dan konka
2. Harus ditanyakan secara spesifik mengenai : inferior harus diperiksa dengan cermat
a. Lokasi keluarnya darah (depan untuk mengetahui sumber perdarahan.
rongga hidung atau ke tenggorok) 2. Rinoskopi posterior

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 273
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi 2. Mencegah komplikasi


posterior penting pada pasien dengan 3. Mencegah berulangnya epistaksis
epistaksis berulang untuk menyingkirkan
neoplasma. Penatalaksanaan

3. Pengukuran tekanan darah 1. Perbaiki keadaan umum penderita,


penderita diperiksa dalam posisi duduk
Tekanan darah perlu diukur untuk kecuali bila penderita sangat lemah atau
menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena keadaaan syok, pasien bisa berbaring
hipertensi dapat menyebabkan epistaksis dengan kepala dimiringkan.
posterior yang hebat dan sering berulang. 2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis
Pemeriksaan Penunjang ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan
cara duduk dengan kepala ditegakkan,
Bila diperlukan: kemudian cuping hidung ditekan ke arah
septum selama 3-5 menit (metode Trotter).
1. Darah perifer lengkap
3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum
2. Skrining terhadap koagulopati (bleeding
hidung dibuka dan dengan alat pengisap
time, clotting time)
(suction) dibersihkan semua kotoran dalam
Penegakan Diagnostik (Assessment) hidung baik cairan, sekret maupun darah
yang sudah membeku.
Diagnosis Klinis
4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, kapas yang dibasahi ke dalam hidung dengan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan
bila diperlukan. Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan
Adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk
Diagnosis Banding
menghilangkan rasa sakit dan membuat
Hemoptisis, Varises oesofagus yang berdarah, vasokontriksi pembuluh darah sehingga
Perdarahan di basis cranii, Karsinoma nasofaring, perdarahan dapat berhenti sementara
Angiofibroma hidung. untuk mencari sumber perdarahan. Sesudah
10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
Komplikasi dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
1. Akibat pemasangan tampon anterior 5. Pada epistaksis anterior, jika sumber
dapat timbul sinusitis (karena ostium sinus perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
tersumbat) dan sumbatan duktus lakrimal. dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang
2. Akibat pemasangan tampon posterior dapat dibasahi larutan Nitras Argenti 15 – 25%
timbul otitis media, haemotympanum, serta atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya
laserasi palatum mole dan sudut bibir bila area tersebut diberi salep antibiotik.
benang yang dikeluarkan melalui mulut 6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior
terlalu kencang ditarik. masih terus berlangsung, diperlukan
3. Akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok pemasangan tampon anterior dengan kapas
dan anemia. atau kain kasa yang diberi Vaselin yang
dicampur betadin atau zat antibiotika.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat
dari kasa sehingga menyerupai pita dengan
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi
lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-
epistaksis, yaitu :
lapis mulai dari dasar sampai ke puncak
1. Menghentikan perdarahan rongga hidung. Tampon yang dipasang harus

274 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

menekan tempat asal perdarahan dan dapat e. Lekatkan benang yang terdapat di rongga
dipertahankan selama 2 x 24 jam. Selama mulut dan terikat pada sisi lain dari tampon
2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang Bellocq pada pipi pasien. Gunanya adalah
untuk mencari faktor penyebab epistaksis. untuk menarik tampon keluar melalui mulut
Selama pemakaian tampon, diberikan setelah 2-3 hari.
antibiotik sistemik dan analgetik. f. Berikan juga obat hemostatik selain dari
Gambar 10.4 Tampon anterior hidung tindakan penghentian perdarahan itu.
Gambar 10.5 Tampon posterior (Bellocq) untuk
hidung

7. Untuk perdarahan posterior dilakukan


pemasangan tampon posterior, yang disebut
tampon Bellocq. Tampon ini terbuat dari
kasa padat berbentuk bulat atau kubus
berdiameter kira-kira 3 cm. Pada tampon
Rencana Tindak Lanjut
ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah
pada satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya. Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah
Tampon harus dapat menutupi koana (nares selanjutnya adalah mencari sumber perdarahan
posterior). Teknik pemasangan tampon atau penyebab epistaksis.
posterior, yaitu:
Konseling dan Edukasi
a. Masukkan kateter karet melalui nares
anterior dari hidung yang berdarah sampai Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
tampak di orofaring, lalu tarik keluar melalui
mulut. 1. 1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis,
karena hal ini merupakan gejala suatu
b. Ikatkan ujung kateter pada 2 buah benang penyakit, sehingga dapat mencegah
tampon Bellocq, kemudian tarik kembali timbulnya kembali epistaksis.
kateter itu melalui hidung.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita
c. Tarik kedua ujung benang yang sudah keluar dengan hipertensi.
melalui nares anterior dengan bantuan jari
telunjuk, dorong tampon ke nasofaring. 3. Menghindari membuang lendir melalui
Jika dianggap perlu, jika masih tampak hidung terlalu keras.
perdarahan keluar dari rongga hidung, maka 4. Menghindari memasukkan benda keras
dapat pula dimasukkan tampon anterior ke ke dalam hidung, termasuk jari sehingga
dalam kavum nasi. dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat
d. Ikat kedua benang yang keluar dari nares pada pasien anak.
anterior pada sebuah gulungan kain kasa di 5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang
depan lubang hidung, supaya tampon yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
terletak di nasofaring tidak bergerak. aspirin atau ibuprofen.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 275

Anda mungkin juga menyukai