Anda di halaman 1dari 3

SOP

Epistaksis
No Dokumen
No revisi
SOP Tanggal
Halaman
Klinik Pratama Dr. Scholastica
Melania Bruderan

Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang berasal dari
rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis merupakan gejala dari suatu kelainan.
Tujuan Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan dalam
pelayanan pada penyakit epistaksis.
Ruang Seluruh pasien
Lingkup
Kebijakan
Referensi Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, tahun
2014.
Perlengkapan 1. Tensimeter
2. Lampu kepala
3. Larutan pantokain 2% atau lidokain 2%
4. Larutan adrenalin 1:1000
Prosedur 1. Anamnesa
Keluhan:
a. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung.
b. Ditanyakan secara spesifik:
i. Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke tenggorok)
ii. Banyaknya perdarahan
iii. Frekuensi
iv. Lamanya perdarahan
Faktor resiko
a. Trauma
b. Adanya penyakit di hidung yang mendasari, misalnya rinosinusitis, rinitis
alergi
c. Penyakit sistemik, seperti kelainan pembuluh darah, nefritis kronis, demam
berdarah dengue
d. Riwayat penggunaan obat-obatan seperti NSAID, aspirin, warfarin, heparin,
tiklodipin, semprot hidung kortikosteroid
e. Tumor, baik jinak maupun ganas di hidung, sinus paranasal atau nasofaring
f. Kelainan kongenital
g. Adanya deviasi septum
h. Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi,
tekanan udara rendah atau lingkungan dengan udara yang sangat kering
i. Kebiasaan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan
konka inferior diperiksa untuk mengetahui sumber perdarahan.
b. Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien
dengan epistaksis berulang untuk menyingkirkan kemungkinan neoplasma.
c. Pengukuran tekanan darah
Hipertensi dapat menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering
berulang.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
b. Bleeding time, clotting time

4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

5. Penatalaksanaan
Hampir 90% epistaksis dapat berhenti sendiri.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu:
a. Menghentikan perdarahan
b. Mencegah komplikasi
c. Mencegah berulangnya epistaksis
Penatalaksanaan:
a. Perbaiki keadaan umum pasien. Pasien diperiksa dalam posisi duduk
kecuali bila pasien sangat lemah atau keadaan syok pasien, pasien bisa
berbaring dengan kepala dimiringkan.
b. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan dan cuping
hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit.
c. Bila perdarahan sudah berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam
hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 ml larutan pantokain 2% atau
2 ml larutan lidokain 2% yang ditetesi 0,2 ml larutan adrenalin 1:1000
d. Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah selanjutnya adalah merujuk ke
fasilitas kesehatan sekunder untuk mencari sumber perdarahan atau
penyebab epistaksis.
Kriteria rujukan:
a. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak
tersedia di layanan primer
b. Epistaksis yang masif dan berulang
c. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor

6. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Unit terkait Poliklinik umum, laboratorium
Dokumen Kartu berobat pasien
terkait

Anda mungkin juga menyukai