Anda di halaman 1dari 6

SOP EPISTAKSIS

No. Dokumen:
No. Revisi:
SOP Tanggal Terbit
Halaman:

PUSKESMAS
RANCAMANYAR

PENGERTIAN Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang berasal
dari rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu kelainan.
Tujuan Untuk memahami dan melakukan tindakan dengan benar dan tepat

Kebijakan
Referensi KMK RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Prosedur kerja a. Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai

1) Lampu kepala

2) Spekulum hidung

3) Alat penghisap (suction)

4) Pinset bayonet

5) Tampon anterior, Tampon posterior

6) Kaca rinoskopi posterior

7) Kapas dan kain kassa

8) Lidi kapas

9) Nelaton kateter

10) Benang kasur

11) Larutan Adrenalin 1/1000

12) Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%

13) Larutan Nitras Argenti 15 – 25%

14) Salep vaselin, Salep antibiotik


b. Langkah – Langkah

1) Melakukan Anamnesa terhadap pasien

2) Menanyakan Keluhan Pasien

a. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung.

b. Harus ditanyakan secara spesifik mengenai :

a) Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke

tenggorok)

b) Banyaknya perdarahan

c) Frekuensi

d) Lamanya perdarahan

a. Melakukan Pemeriksaan Fisik

1) Rinoskopi anterior

Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari anterior ke

posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding

lateral hidung dan konka inferior harus diperiksa dengan cermat

untuk mengetahui sumber perdarahan.

2) Rinoskopi posterior

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada

pasien dengan epistaksis berulang untuk menyingkirkan neoplasma.

3) Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis

hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis

posterior yang hebat dan sering berulang.

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu :

1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah berulangnya epistaksis

Penatalaksanaan

1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi

duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok, pasien

bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat

dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian

cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit (metode

Trotter).

3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan

alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik

cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.

4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam

hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang

ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah

sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber

perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung

dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan

jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras

Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area

tersebut diberi salep antibiotik.


6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,

diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa

yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat

juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita

dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar

sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus

menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x

24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari

faktor penyebab Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis,

yaitu :

a) Menghentikan perdarahan

b) Mencegah komplikasi

c) Mencegah berulangnya epistaksis

Penatalaksanaan

1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi

duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok, pasien

bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat

dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian

cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit (metode

Trotter).

3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan

alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik

cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.


4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam

hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang

ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah

sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber

perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung

dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan

jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras

Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area

tersebut diberi salep antibiotik.

6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,

diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa

yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat

juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita

dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar

sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus

menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x

24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari

faktor penyebab

Rencana Tindak Lanjut

Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah selanjutnya adalah mencari sumber

perdarahan atau penyebab epistaksis.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:


1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan gejala

suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya kembali epistaksis.

2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan hipertensi.

3. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras.

4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari

sehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada pasien anak.

5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan

perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.

Pemeriksaan penunjang lanjutan

Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila dicurigai sinusitis.

Kriteria Rujukan

1. perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak tersedia

di layanan Tingkat Pertama, misalnya naso-endoskopi.

2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung

atau nasofaring.

3. Epistaksis yang terus berulang atau masif

Anda mungkin juga menyukai