Epistaksis :
Keluarnya darah dari dalam hidung; merupakan suatu
tanda atau keluhan, bukan penyakit.
Schlosser, 2009
KLASIFIKASI
1. Epistaksis Anterior
Berasal dari Pleksus kiesselbach
A. Ethmoidalis anterior
A. Sphenopalatina
A. Labialis superior
A. Palatina major
Biasanya ringan, sering berulang, dapat sembuh sendiri
2. Epistaksis Posterior
Berasal dari Pleksus Woodruff
A. Sphenopalatina
A. Ethmoidalis posterior
Perdarahan lebih hebat, jarang berhenti sendiri
Mangunkusumo, 2014
EPIDEMIOLOGI
90% dari total kejadian epistaksis ialah tipe anterior dan 10%
sisanya merupakan epistaksis posterior. Epistaksis anterior lebih
sering terjadi pada anak (2-10 tahun), sementara epistaksis
posterior biasanya terjadi pada usia >50 tahun.
Mangunkusumo, 2014
ETIOLOGI
Kelainan Lokal : Kelainan Sistemik :
Trauma Penyakit kardiovaskuler
Kelainan anatomi Kelainan darah
Kelainan pembuluh darah Infeksi sistemik
Infeksi lokal Perubahan tekanan atmosfir
Benda asing Kelainan hormonal
Tumor Kelainan kongenital
Pengaruh udara lingkungan
Mangunkusumo, 2014
PATOFISIOLOGI
Etiologi
Erosi mukosa
Pleksus Pleksus
kiesselbach woodruff
Mangunkusumo, 2014
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Derajat keparahan, frekuensi, durasi epistaksis
Sisi yang mengalami perdarahan ; satu sisi atau kedua sisi hidung
Riwayat trauma, epistaksis sebelumnya, mudah lebam, hipertensi,
penyakit hati, leukemia, atau penyakit sistemik lainnya.
Pada anak-anak, eksplorasi kemungkinan benda asing dalam hidung
Riwayat penggunaan obat-obatan terutama antitrombosit atau
antikoagulan
Mangunkusumo, 2014
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik
Alat-alat yang diperlukan:
lampu kepala
speculum hidung
Suction (bila ada)
pinset bayonet
kapas, kain kassa
Keadaan umum kesadaran, pernafasan, tekanan darah, nadi, dan
suhu
Keadaan lokal
Mangunkusumo, 2014
Pemeriksaan Lokal
(Pada perdarahan hidung aktif)
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen Sinus dan CT-scan atau MRI
Endoskopi hidung
Skrining terhadap koagulopati
Riwayat Penyakit
Mangunkusumo, 2014
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Profil hemostasis
MRI atau CT-scan u/ pasien dengan kecurigaan keganasan atau
benda asing yang sulit dilihat pada PF
Mangunkusumo, 2014
MENANGGULANGI EPISTAKSIS
ADA 3 PRINSIP UTAMA
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mangunkusumo, 2014
Penanganan
a) Perbaiki keadaan umum penderita penderita diperiksa
dalam posisi duduk. Kepala tidak boleh hiperekstensi
b) Epistaksis ringan hentikan pendarahan dengan metode
Trotter.
Mangunkusumo, 2014
Menghentikan Perdarahan
Perdarahan Anterior
Perdarahan
ringan menekan hidung dengan menggunakan
jempol & jari telunjuk 10-15 menit.
Kaustik pada daerah perdarahan dengan menggunakan Nitras
Argenti 25-30%. Setelah itu area tersebut diberi krim AB.
Bila perdarahan masih terus berlangsung Tampon anterior
yang terbuat dari kapas/kasa yang diberi pelumas vaselin/salep
AB.
Cara tampon dimasukkan kedalam rongga hidung sebanyak
2-4 buah & disusun teratur & harus menekan daerah asal
perdarahan. Dipertahankan 2x24 jam.
Teknik Kauterisasi
Pleksus Kiesselbach
Menghentikan Perdarahan
Perdarahan Posterior
Masukkan kateter karet kecil melalui
Sediakan tampon & ikat hidung ke dalam pharynx ujungnya
dengan 3 benang. dipegang dg cunam & dikeluarkan dari
mulut agar dapat diikat dengan benang.
Menghentikan Perdarahan
Perdarahan Posterior
Kateter foley
Balon isi udara /air
Agen kauterisasi
Silver nitrate. Agen ini akan mengkoagulasikan protein
selular dan menyingkirkan jarungan granulasi. Agen ini
juga memiliki efek antibakterial
Mangunkusumo, 2014
KOMPLIKASI
AKIBAT PASANG
AKIBAT PERDARAHAN
TAMPON:
SYOK TIMBUL SINUISITIS
ANEMIA TIMBUL OMA
ASPIRASI DARAH HEMOTIMPANUM
GAGAL GINJAL AIR MATA DARAH
TENSI TURUN (BLOODY TEARS)
MENIMBULKAN SEPTIKEMIA
ISKEMIA OTAK, LASERASI MUKOSA
INSUFISIENSI HIDUNG (AKIBAT
KORONER, INFARK TAMPON ANTERIOR)
MIOKARD. LASERASI SUDUT BIBIR,
PALATUM MOLLE, ALA
NASI (AKI BAT TAMPON
BELLOCQ)
Mangunkusumo, 2014
DIAGNOSIS BANDING
Hemoptisis
Varises esofagus
Perdarahan basis cranii
Soepardi, 2011
PENCEGAHAN
a. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam pada
kedua lubang hidung 2-3x/hari. Untuk membuat tetes larutan
ini dapat mencampur 1 sendok garam ke dalam secangkir
gelas, didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat.
b. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
c. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan
dengan cotton bud. Jangan masukkan cotton bud melebihi
0,5 0,6 cm ke dalam hidung.
d. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
PENCEGAHAN
e. Bersin melalui mulut.
f. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk
jari.
g. Batasi penggunaan obat obatan yang dapat meningkatkan
perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.
h. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani
dengan obat alergi biasa.
i. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung
menjadi kering dan menyebabkan iritasi.
Mudunuri, 2012
PROGNOSIS
90 % kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri.
Prognosis buruk pada pasien hipertensi dengan/tanpa
arterosklerosis dengan perdarahan hebat
Mangunkusumo, 2014