Anda di halaman 1dari 5

Epistaksis

No. Dokumen : SOP/ 055/PKM-


JKM/UKP/UMUM

SOP No. Revisi :0

Tanggal Terbit:2/1/2019

Halaman :1/6

UPTD dr. Dedes Nurbayati


Puskesmas
NIP.
Jakamulya 198006232009022001

1.Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung


yang berasal dari rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis
bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan.
2.Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah untuk memahami dan melakukan
tindakan dengan benar dan tepat.
3.Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jaka Mulya No. 440/059
/SK/PKM-JKM/1/2019 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 5 tahun
2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat primer.
5.Prosedur/ a. Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Langkah-langkah 1) Lampu kepala
2) Spekulum hidung
3) Alat penghisap (suction)
4) Pinset bayonet
5) Tampon anterior, Tampon posterior
6) Kaca rinoskopi posterior
7) Kapas dan kain kassa
8) Lidi kapas
9) Nelaton kateter
10)Benang kasur
11) Larutan Adrenalin 1/1000
12)Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13)Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14)Salep vaselin, Salep antibiotik
b. Langkah – Langkah
1) Melakukan Anamnesa terhadap pasien
2) Menanyakan Keluhan Pasien
a) Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah
dari hidung.
b) Harus ditanyakan secara spesifik mengenai:
 Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung
atau ke tenggorok)
 Banyaknya perdarahan
 Frekuensi
 Lamanya perdarahan
c. Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan
diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat
menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan
sering berulang.
d. Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu:
1) Menghentikan perdarahan
2) Mencegah komplikasi
3) Mencegah berulangnya epistaksis
e. Penatalaksanaan
1) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa
dalam posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah
atau keadaaan syok, pasien bisa berbaring dengan
kepala dimiringkan.
2) Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk
dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung
ditekan ke arah septum selama 3-5 menit (metode
Trotter).
3) Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung
dibuka dan dengan alat pengisap (suction) dibersihkan
semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret
maupun darah yang sudah membeku.
4) Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang
dibasahi ke dalam hidung dengan larutan anestesi lokal
yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc
larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi
pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti
sementara untuk mencari sumber perdarahan.
Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
5). Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus
berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior
dengan kapas atau kain kasa yang diberi Vaselin yang
dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat juga dipakai
tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai
pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis
mulai dari dasar sampai ke puncak rongga hidung.
Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal
perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24 jam.
Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari faktor penyebab
f. Rencana Tindak Lanjut
Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah selanjutnya
adalah mencari sumber perdarahan atau penyebab
epistaksis.
g. Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1) Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini
merupakan gejala suatu penyakit, sehingga dapat
mencegah timbulnya kembali epistaksis.
2) Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan
hipertensi.
3) Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu
keras.
4) Menghindari memasukkan benda keras ke dalam
hidung, termasuk jari sehingga dibutuhkan pengawasan
yang lebih ketat pada pasien anak.
5) Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat
meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau
ibuprofen.
h. Pemeriksaan penunjang lanjutan
Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila dicurigai
sinusitis.

i. Kriteria Rujukan
1) Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan
modalitas yang tidak tersedia di layanan Tingkat
Pertama, misalnya naso-endoskopi.
2) Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di
rongga hidung atau nasofaring.
3) Epistaksis yang terus berulang atau masif

6.Diagram Alir -
7.Unit terkait Ruang Pelayanan Umum

Anda mungkin juga menyukai