Anda di halaman 1dari 7

Skenario Pbl Blok 13

Tahun 2020
Skenario 1
Ny. AS, usia 70 tahun diantar berobat ke Poliklinik dengan keluhan tidak dapat menahan kencing
sehingga sering mengompol sebelum sampai ke WC sejak 3 minggu yang lalu.

Catatan tutor :
Pasien mengeluhkan jalan tidak bisa cepat, harus pelan-pelan nyeri sendi kedua lututnya untuk berjalan
dan takut jatuh, karena pernah jatuh. Pasien mengatakan kadang keluar kencing secara spontan saat
tertawa, dan batuk. Akibat tidak dapat menahan kencing, ibu merasa sangat tidak nyaman dan malu
sehingga tidak mau keluar rumah. Ny AS juga sering lupa dengan nama anak-anaknya, belakangan ia
juga sering lupa nama suaminya dan alamat rumah mereka. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada darah
pada urine, BAB normal.
Riwayat penyakit dahulu :
 Riwayat trauma jatuh di toilet 2 tahun lalu, tidak ada fraktur
 Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus, penyakit Jantung dan Paru-paru
 Tidak ada riwayat infeksi saluran kemih, batu ginjal dan kelainan ginjal lainnya
 Tidak ada riwayat operasi
 Tidak ada obat-obat yang dikonsumsi
Riwayat penyakit sosial :
 Social alcoholic drinker, namun tidak merokok
Riwayat Obstetri :
 P7A0, menopause sejak 20 tahun yang lalu
PF: keadaan umum: tampak sakit ringan, kesadaran: compos mentis, TB: 150 cm, BB:80 kg, N: 85x/mnt,
RR: 20x/menit. TD: 130/80mmHg. T: 37 C.
Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik, Cor, pulmo dan abdomen dalam batas normal, sendi lutut
bilateral: deformitas (+), krepitasi (+), suhu raba normal, Range of movement (ROM) menurun
PP: Mini Mental State Examination (MMSE), Urinalisis, Gula darah , Fungsi Ginjal, USG abdomen

Problem List :
a. Inkontinensia Urin tipe campuran (tipe stress dan urgensi) =>
b. DD/ inkotinensia urin tipe urgensi, Inkotinensia urin tipe stress, Inkotinensia urin tipe overflow
c. Osteoartritis Genu bilateral
d. Instabilitas
e. Depresi
f. Demensia => DD/ Mild Cognitive Impairment

Sasaran belajar:
1. Mengetahui proses menua dan implikasi klinis
2. Mengetahui pengkajian paripurna pada pasien geriatri
3. Mengetahui gangguan dan masalah yang terjadi pada pasien geriatri khususnya inkontinensia urin,
gangguan keseimbangan, gangguan musculoskeletal, depresi pada usia lanjut
4. Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan pada pasien usia lanjut sesuai kasus
5. Mengetahui pedoman pemberian obat pada pasien geriatri (menghindari polifarmasi)
6. Mengetahui MMSE dan nilai-nilai diagnostiknya

Skenario 2
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Poli Psikiatri Anak dan Remaja bersama ibunya dengan
keluhan mendapat surat teguran dari wali kelasnya karena selalu membuat onar dikelas/ tidak bisa diam di
kelas.

DD : Pada faktor kongnitif, yakni : Disleksia, Gangguan perkembangan pada anak


Sasaran belajar :
1. Memahami fase-fase perkembangan seksual, social, kognitif dan moral
2. Memahami suatu permasalahan/gejala dari factor biologi-psikologi-sosial
3. Memahami suatu permasalahan/gejala dari factor pikiran-perasaan dan perilaku
4. Memahami terapi farmakologi dan non-farakologi dari permasalahan /gejala

Skenario 3
Seorang anak perempuan berusia 15 tahun dibawa ke Poli Psikiatri Anak-Remaja oleh ibunya
karena malu bergaul dengan teman seusianya sejak awal masuk SMP.

Catatan tutor

Sasaran belajar :
1. Memahami fase-fase perkembangan seksual, social, kognitif dan moral
2. Memahami suatu permasalahan/gejala dari factor biologi-psikologi-sosial
3. Memahami suatu permasalahan/gejala dari factor pikiran-perasaan dan perilaku
4. Memahami terapi farmakologi dan non-farakologi dari permasalahan /gejala

Skenario 4
Seorang laki - laki berusia 64 tahun dibawa ke Poli Psikogeriatrik oleh anaknya dengan keluhan
utama tidak bisa tidur dan marah” sejak 2 bulan yang lalu.

Sasaran belajar :
1. Memahami suatu permasalahan/gejala dari faktor biologi-psikologi-sosial
2. Memahami suatu permasalahan/gejala dari faktor pikiran-perasaan dan perilaku
3. Memahami terapi farmakologi dan non-farmakologi dari permasalahan /gejala
4. Memahami teori perkembangan oleh Eric Erikson

Tambahan untuk penjelasan skenario 2 dan 4 :

Tahap ini merupakan tahap laten usia 6-12 tahun (usia sekolah) ditingkat in ianak mulai keluar dari
lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga semua aspek memiliki peran missal: orang tua harus
selalu mendorong, guru harus member perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Pada usia ini,
anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya bgerhasil, melalui tntutan tersebut. Anak dapat
mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih suksus karena mereka merasa tidak mampu
(infieoritas) maka anak dapat memiliki sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru
sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini, usaha yang sangat
baik pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu ada nilai
positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi yaitu kompetensi.

Fase Kognitif Plaget tahapan operasional konkrit untuk skenario anak onar
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan .Muncul antara usia enam sampai dua belas tahun
dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses proses penting selama tahapan ini
adalah
Pengurutan kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran mereka dapat mengurutkannya benda yang paling besar ke yang paling
kecil
Klasifikasi – kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya atau karakteristik lain termasuk gagasan bahwa serangkaian benda – benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme ( anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan ).
Decentering anak boleh mempertimbangkan bebrapa aspek dari suatu pwermasaahan untuk bisa
memecahkan permasalahannnya, sebgai contoh anak tidak akan lagi mengganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya disbanding cangkir kecil yang tinggi
Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda – benda dapat diubah kemudian kembali
ke keadaan awal.Untuik itu anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4 - 4 = 8, 8-4 akan sama dengan
4, jumlah sebelumnya.
Konservasi memahami bahwa kuantitas panjang atau jumalh benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dan obyek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air digelas ini akan tetap sama banyak denga isi cangkir lain.
Penghilangan sifat egosentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengna cara yang salah). Sebagai contoh tunjukkan komik yang
memperlihatkan . Siti menyimpan boneka di dalam kotak lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap
operasi konkrit akan mengatakan dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Fase Kognitif Plaget tahapan operasional konkrit untuk skenario remaja menarik diri.
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori plaget. Tahap ini
mulai dialami anak dalam usia 11 tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapn ini, seseorang dapat meamhami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” diantaranya. Dilihiat dari faktro biologis, tahapn ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya kedunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai saat ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Skenario 5
Seorang bayi laki-laki dilahirkan spontan pervaginam di puskesmas dari seorang ibu berusia 30 tahun
G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu dengan dibantu oleh dokter umum. Pada menit ke -1 dan ke-5 bayi
menangis kuat, aktif, kulit kemerahan seluruh badan, nadi 120x per menit, bersin saat dokter
membersihkan sekret di mulut dan hidung. Beberapa saat setelah dilahirkan, dokter memeriksa bayi head
to toe.
Catatan tutor:
Riwayat kehamilan sebelum dan sekarang: tidak ada komplikasi, ANC teratur di puskesmas
Riwayat persalinan sebelum: lahir spontan per vaginam, tidak ada komplikasi, bayi menangis kuat dan
aktif
RPK: -
PF: bayi aktif, menangis kuat, BBL 3200 g, PB 50 cm, LK 35 cm

Bayi laki-laki lahir spontan per vaginam dari ibu G2P1A0 hamil 38 minggu
Anamnesis (Riw.kehamilan,
&persalinan sebelum dan
sekarang, riw.keluarga)

Edukasi: nutrisi (ASI),


imunisasi
Menilai skor APGAR,
Diagnosis
pem. antropometrik BB,
PB, lingkar kepala dan
PF umum

WD/ Bayi lahir cukup bulan sesuai masa


kehamilan

Sasaran Sasaran belajar:


1. Mahasiswa mengetahui dan memahami faktor-faktor prenatal dan post natal yang
mempengaruhi tumbuh kembang bayi
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara melakukan pemeriksaan APGAR,
antropometrik bayi maupun anak dan dapat menginterpretasikan hasilnya berdasarkan
kurva WHO
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan
anak, serta dapat menginterpretasikan hasilnya.
4. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap terutama alloanamnesis
5. Mahasiswa mampu memberikan tatalaksana non farmakoterapi dan edukasi

Skenario 6
Seorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 9 bulan ke poliklinik karena belum dapat
duduk sendiri. Selama ini, bayi aktif, kuat menyusu dan tidak pernah sakit.
Catatan tutor:
 Riwayat kehamilan: tidak ada komplikasi, ANC teratur
 Riwayat Persalinan: lahir spontan per vaginam, tanpa komplikasi, bayi menangis kuat dan aktif
 Tumbuh kembang:
 Personal sosial: bisa memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai mainan, mengamati
tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan keinginan tanpa menangis,
belum bisa melambaikan tangan
 Motor halus adaptif: bisa mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain, menggaruk
manik-manik, belum bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2
kubus, belum bisa menaruh kubus di cangkir
 Bahasa: bisa mengoceh, bisa mengucapkan >3 silabel yang sama, papa/mama tidak spesifik,
belum bisa papa/mama spesifik, belum bisa 1,2 dan 3 kata
 Motorik kasar: bisa berdiri dengan pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan,
bisa tengkurap sendiri, belum bisa bangkit untuk berdiri, belum bisa bangkit terus duduk, belum
bisa berdiri
 RPD: -
 RPK: -
 Imunisasi: BCG, Hepatitis 3x, Polio 4x, DPT 3x
 Nutrisi: ASI dengan MPASI
 PF: dalam batas normal, BB 9 kg, PB 70 cm, LK 40 cm

WD/ bayi dengan tumbuh kembang sesuai usia

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mampu melakukan dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan Denver II
serta edukasi terhadap orangtua
2. Mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat tumbuh kembang anak untuk mengenali
secara dini permasalah perkembangan bayi/anak

Skenario 7
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas untuk cek up rutin. Saat selesai
diperiksa, Ibu bertanya ke dokter mengenai imunisasi dasar apa saja yang harus didapat anaknya
dan jadwal pemberiannya.
Catatan tutor:
 RPS: tidak ada sakit serius
 RPD: -
 RPK: -
 Imunisasi: BCG, HepB 5x, DPT-Hib 4x, Polio 5x, campak 2x
 Riwayat tumbuh kembang: sesuai usia, dalam batas normal
 Nutrisi: baik
 PF : dalam batas normal, BB 15 kg, TB 98 cm

WD: Anak sehat dengan tumbuh kembang dan riwayat imunisasi sesuai usia
Sasaran belajar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami dasar-dasar imunisasi, jadwal, jenis pemberian,
prosedur pemberian, KIPI dan beserta kontraindikasi imunisasi untuk bayi anak dan remaja

Skenario 8
Seorang anak laki-laki berusia 6 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan dalam 1
bulan pemantauan berat badan hanya naik sedikit.
Catatan tutor:
 RPS: Berat badan dirasakan sulit naik sejak mulai usia 4 bulan. Tidak ada sakit serius saat ini.
 Riwayat diet dan nutrisi: ASI sejak lahir-sekarang. MPASI pertama sejak usia 5 bulan, 2x
berupa bubur susu encer @125cc yang dihabiskan dalam 2x pemberian selang 30 menit. Buah
diberikan berupa puree papaya dan pisang. Dicoba penambahan susu formula, tetapi anak tidak
mau.
 RPD: Tidak ada riwayat penyakit serius
 RPK: tidak ada penyakit serius.
 Imunisasi: sesuai usia
 Riwayat kelahiran: cukup bulan, BB=2700 g, PB= 48 cm, LK = 34 cm
 Riwayat tumbuh kembang: usia 1 bulan = 3500 g, 3 bulan = 4500 g, 4 bulan = 5100 g, 5 bulan =
5500 g, PB = 60 cm. Perkembangan sesuai usia
 Riwayat social ekonomi: orang tua berpenghasilan menengah keatas
 Pemeriksaan Fisik: BB saat ini: 5700 g, PB saat ini: 62 cm (BB/PB < -2)
 Lain-lain dalam batas normal
Diagnosis kerja: Underweight, Stunted, dengan resiko gizi kurang

Sasaran belajar:
1. Mampu mengidentifikasi status gizi anak
2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
3. Mampu menentukan kebutuhan kalori per hari
4. Mampu menentukan cara pemberian dan jenis makanan
5. Mahasiswa mengetahui syarat fisik bayi untuk mulai MPASI
6. Mahasiswa memahami tujuan pemberian MPASI , kebutuhan kalori, tekstur berdasar usia, dan
porsi MPASI
7. Mahasiswa mengetahui tentang responsive feeding, food hygiene dan Feeding rules
8. Mampu melakukan pemantauan dan evaluasi

Skenario 9
Pasien Nn. usia 15 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 1 tahun terakhir. Awalnya nyeri
terasa setiap bulan, namun 2 minggu terakhir nyeri terasa setiap hari. Pasien belum pernah haid.
Catatan tutor
Anamnesis: Pasien mengalami kesulitan berkemih sejak 2 minggu terakhir.

Pemeriksaan fisik:
Teraba massa pada bagian perut bawah sampai dengan pusat. Nyeri tekan pada palpasi abdomen bawah.
Pertumbuhan payudara dan rambut pubis baik. Payudara sudah tumbuh sejak 3 tahun terakhir.
Pemeriksaan pubis terdapat bulging pada labia mayor. Pada daerah vagina terdapat selaput tipis buldging
kemerahan.

Pemeriksaan penunjang:
USG : Terdapat massa hematokel pada daerah vagina (hematokolpos), massa hematokel pada intrauterin
(hematometra) ,dan massa hematokel pada kedua tuba (hematotrakelos)

WD/DD: Himen imperforata dd Septum transversal vagina, mullerian agenesis


Terapi:
Operasi himenotomi dengan sayatan elips atau X pada daerah himen dan evakuasi darah (dapat
menggunakan spuit atau dipasang kateter intra vagina).

Sasaran belajar:
1. Mengetahui anmnesis yang signifikan untuk kasus himen imperforata
2. Mengetahui pemeriksaan fisikyang signifikan untuk kasus himen imperforata
3. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang signifikan untuk kasus himen imperforata
4. Mengetahui diagnosis diferensial untuk kasus himen imperforate
5. Mengetahui tatalaksana kasus himen imperforate

Pembagian Skenario :
Kelompok A : 1, 3, 5, 9
Kelompok B : 2, 4, 6, 7
Kelompok C : 2, 3, 6, 8
Kelompok D : 1, 4, 7, 9

Anda mungkin juga menyukai