Anda di halaman 1dari 31

NICO H PRIHATMOKO

NRP : 1120221171

LAPORAN KASUS
ODS PCAG & OD PTERIGIUM
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. R
 Usia : 48 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Status Perkawinan : Menikah
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Giriwetan, Grabag, Mgl
 Tanggal Masuk : 27 November 2012
 Nomor RM : 23.10.07.80.10
ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
 Mata kanan dan kiri blabur, nyeri pada bola mata, merah
dan ngganjel.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Keluhan pada kedua matanya dirasakan sejak 20 hari yang
lalu dan memberat sejak 10 hari terakhir sampai kedua
matanya tidak bisa melihat. Mata merah (+), mual (-),
muntah (-), seperti melihat pelangi/halo (-), air mata
berlebih (-), kotoran pada mata (-), merasa silau saat
melihat sinar/fotofobia (-). Pasien juga mengeluh ada yang
mengganjal pada mata kanan sejak 3 minggu yang lalu.
Sering kontak dengan debu (+). Sudah mendapat obat dari
puskesmas tapi tidak ada berubahan.
ANAMNESIS

 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Riwayat hipertensi (+), riwayat
DM (-). Riwayat penggunaan kacamata (-).
Riwayat operasi pada kedua mata (-). Riwayat
trauma pada kedua mata (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Di keluarga tidak ada yang mengalami
keluhan serupa.
PEMERIKSAAN FISIK

 Kesadaran : Compos mentis


 Aktifitas : Normoaktif
 Kooperatif : Kooperatif
 Status Gizi : Cukup
 Tekanan Darah : 150/100 mmHg
STATUS OFTALMOLOGIS
DIAGNOSIS BANDING

ODS OD
 PCAG  Pterigium
 Iritis akut  Psudopterigium
 Konjungtivitis akut  Pinguekula
DIAGNOSIS KERJA

 ODS PCAG
 OD PTERIGIUM GRADE I
PENATALAKSANAAN

 Medikamentosa:  Operatif : -
 Topical :  Pemberian Kacamata : -
 Cendo Carpin ED BT I
 ∫ 4 dd gtt I ODS
 Timolol ED BT I
 ∫ 2 dd gtt I ODS
 Oral :
 Diamox No. XIV
 ∫1–0–1
 KSR No. VII
 ∫1–0–0
PROGNOSIS

ODS PCAG OD PTERIGIUM


 Quo ad vitam : dubia ad  Quo ad vitam : dubia ad
bonam bonam
 Quo ad sanam : dubia ad  Quo ad sanam : dubia ad
bonam bonam
 Quo ad cosmeticam : dubia  Quo ad cosmeticam : dubia
ad bonam ad bonam
 Quo ad functionam : dubia  Quo ad functionam : dubia
ad malam ad bonam
 Quo ad visam : dubia ad  Quo ad visam : dubia ad
malam bonam
EDUKASI

 Emosi (bingung dan takut) dapat


menimbulkan serangan akut
 Hindari pemakaian simpatomimetik
 Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar
matahari dan angin.
GLAUKOMA
DEFINISI

 Gangguan mata yg ditandai dengan


peningkatnya TIO, atrofi papil saraf optik, dan
menciutnya lapang pandang.
 Mekanisme :
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan siliar
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di
sudut COA (hambatan pupil)
KLASIFIKASI

 Glaukoma Primer
- POAG  maling penglihatan !!!
- PCAG  kedaruratan oftalmologik !!!
 Glaukoma Kongenital
 Glaukoma Sekunder
 Glaukoma Absolut
TANDA & GEJALA PCAG

 Nyeri hebat disertai penurunan visus


mendadak
 Halo
 Mual & muntah
 Peningkatan TIO mencolok  60 – 80 mmHg
 COA dangkal
 Kornea berkabut
 Pupil berdilatasi
 Injeksi siliar
Serangan akut PCAG :

 Di malam hari saat pencahayaan berkurang


 Obat antikolinergik dan simpatomimetik
 Saat oftalmoskopi (jarang)
PEMERIKSAAN

 Tonometri
 Gonioskopi
 Penilaian diskus optikus  oftalmoskopi &
slitlamp
 Penilaian lapang pandang
PENATALAKSANAAN

KONSERVATIF OPERASI
 Supresi pembentukan  Iridoplasti
aqueous humor  Iridektomi
 Fasilitasi aliran keluar  Iridektomi perifer
aqueous humor
 trabekulektomi
 Penurunan volume vitreus
 Miotik, midriasis,
sikloplegik
PENATALAKSANAAN

 Supresi pembentukan  Fasilitasi aliran keluar


aqueous humor : aqueous humor :
a. Inhibitor beta a. Analog prostaglandin
adrenergik  Timolol  bimatoprost 0,003%
0,25% / 0,5% 2 kali 1 kali sehari.
sehari. b. Parasimpatomimetik 
b. Inhibitor anhidrase pilocaarpine 4 kali
karbonat  sehari.
asetazolamide 125 – c. Epinephrine 0,25% - 2%
250 mg 4 kali sehari 2 kali sehari.
atau diamox 500 mg 2
kali sehari.
PENATALAKSANAAN

 Penurunan volume
vitreus :
a. Glyserol oral /
isosorbide oral /
manitol intravena.
 Miotik, midriasis,
sikloplegik
PTERIGIUM
DEFINISI

 Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yg


bersifat degeneratif dan invasif dgn puncak di
bagian sentral kornea  temporal / nasal
konjungtiva.
DERAJAT

 Derajat I : hanya terbatas pada limbus


 Derajat II : melewati limbus tetapi tidak
melebihi dari 2 mm melewati kornea.
 Derajat III : melebihi derajat 2 tetapi tidak
melebihi pinggir pupil.
 Derajat IV : melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
GEJALA & TANDA

 mata sering berair


 tampak merah
 adanya sesuatu yang tumbuh di kornea
 gatal
 ada yang mengganjal
 gangguan penglihatan
PENATALAKSANAAN

 Pemberian obat-obatan jika pterigium masih


derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan bedah
dilakukan pada pterigium yang melebihi derajat 2.
 Tindakan bedah juga dipertimbangkan pada
pterigium derajat 1 atau 2 yang telah mengalami
gangguan penglihatan.
 Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid
atau suatu tetes mata dekongestan.
 Lindungi mata yang terkena pterigium dari sinar
matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung.
OPERATIF

 Bare sclera : menyatukan kembali konjungtiva dengan


permukaan sklera. Kerugian dari teknik ini adalah
tingginya tingkat rekurensi pasca pembedahan yang
dapat mencapai 40-75%.
 Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva
yang terbuka, teknik ini dilakukan bila luka pada
konjuntiva relatif kecil.
 Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar
luka bekas eksisi untuk memungkinkan dilakukannya
penempatan flap.
 Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di
sekitar luka bekas eksisi untuk membentuk seperti
lidah pada konjungtiva yang kemudian diletakkan
pada bekas eksisi.
OPERATIF

 Conjungtival graft : menggunakan free graft yang


biasanya diambil dari konjungtiva bulbi bagian
superior, dieksisi sesuai dengan ukuran luka kemudian
dipindahkan dan dijahit atau difiksasi dengan bahan
perekat jaringan.
 Amniotic membrane transplantation
yaitu teknik gafting dengan menggunakan membran
amnion, yang merupakan lapisan paling dalam dari
plasenta yang mengandung membrana basalis yang
tebal dan matriks stromal avaskular. Cara kerja teknik
ini adalah dimana komponen membran basalis dari
membran amnion ini serupa dengan komposisi dalam
konjungtiva.

Anda mungkin juga menyukai