Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi Sosial

1. Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas

bersama orang lain tetapi tidak mampu mewujudkannya. Isolasi sosial

merupakan kondisi yang subjektif seluruh kesimpulan yang dibuat berkaitan

dengan perasaan sunyi yang dirasakan individu harus divalidasi karena

penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara individu menunjukannya

beragam (Carpenito, 2009:1045). Isolasi sosial adalah keadaan dimana

seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak

mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2008:75).

Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan

dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan

negatif atau mengancam. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang

individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan

yang berarti dengan orang lain (Nanda-I, 2012:75).

9
10

Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi

dengan orang lain (Keliat, 1998 dalam Trimelia, 2011:3). Isolasi sosial

adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya

kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan

menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain

karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Pasien mengalami

kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang

dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak

sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2007:14). Isolasi sosial adalah

keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Trimelia, 2011:3).

Seseorang dengan isolasi sosial akan menghindari interaksi dengan orang

lain. Ia mengalami kesulitan untuk berhubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau

kegagalan. Ia mengalami kesulitan untuk berhubungan secara spontan

dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,

tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang

lain. Isolasi sosial adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila


11

menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan lingkungannya

(Sunaryo, 2004:226). Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang

individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,

diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain Kliat (2005) yang dikutip dari Efendi (2011).

2. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut

Stuart dan Sundeen (2007) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012:79),

belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang

mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin

mempengaruhi isolasi sosial adalah faktor predisposisi dan faktor

presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial.

1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus didahului

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini

tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan

selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan

pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang

lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan


12

dari ibu atau pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman

yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa

ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku

curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung

untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya

komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan

dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam

waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap

berkomunikasi.

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan

faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga

disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh

satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari

lingkungan sosial.

4) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota

keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil

penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya

menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot

perentasenya 8%.
13

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh

faktor internal maupun eksternal.

1) Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,

dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stressor biokimia

a) Teori dopamin: kelebihan dopamin pada mesokortikal dan

mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi

terjadinya skizofrenia.

b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) di dalam darah

akan meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu

kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan

dopamine, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan

indikasi terjadinya skizofreni.

c) Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan

pada klien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengalami

penurunan karena dihambat.


14

3. Rentang Respon Neurobiologik

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran biologis 1. Kadang-kadang 1. Gangguan proses


proes pikir piker : waham
2. Presepsi akurat terganggu
2. Ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 3. Emosi berlebihan /
dengan pengalaman berkurang 3. Tidak mampu
4. Perilaku yang tidak mengalami emosi
4. Perilaku cocok
biasa 4. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri teroranisir
positif
5. Isolasi sosial

Skema 2.1 ( Stuart & Laraia, 1998 dalam Handout Keperawatan Jiwa)

4. Tanda dan Gejala

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012:80), tanda dan gejala pasien

dengan isolasi sosial.

a. Banyak berdiam diri dikamar.

b. Kurang bertenaga.

c. Sikap murung dan datar.

d. Tidak atau kurang komunikasi verbal.

e. Tidak merawat diri dan memperhatikan diri.

f. Tidak atau malas mengikuti kegiatan.

g. Klien kurang spontan terhadap stimulus yang diberikan.


15

h. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.

i. Tidak mau bercakap-cakap, pergi jika diajak bicara.

j. Kontak mata kurang atau tidak mau mentap lawan bicara.

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,

sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak

diberikan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi

sensori : halusinasi dan resiko tinggi menyederai diri sendiri, orang lain bahkan

lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan

intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan

untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga

diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan

masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak sesuai

dengan realita.

5. Komplikasi

Komplikasi yang mugkin di timbulkan pada pasien dengan isolasi sosial.

a. Gangguan sensori presepsi: halusinasi

b. Defisit perawatan diri


16

B. Konsep dan Teori Perilaku

1. Pengertian Konsep dan Teori Perilaku

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoatmodjo,

1993 dalam Sunaryo, 2004:3). Secara umum perilaku manusia pada

hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai

manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Kumayati dan

Desaminiarti, 1990 dalam Sunaryo, 2004:3).

a. Ciri-ciri perilaku Manusia

1) Kepekaan Sosial

Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan

perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain.

2) Kelangsungan Perilaku

Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku

yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru

lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi

secara berkesinambungan bukan secara serta merta.

3) Orientasi pada Tugas

Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi

pada suatu tugas tertentu.

4) Usaha dan Perjuangan

Usaha dan perjuangan manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,

serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin

diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-cita yang

ingin diperjuangkannya.
17

5) Setiap Individu Manusia adalah Unik

Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda

dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama

persis dimuka bumi ini, walaupun ia dilahirkan kembar.

2. Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Maslow, manusia

memiliki lima kebutuhan dasar.

a. fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama

b. Kebutuhan rasa aman.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai.

d. Kebutuhan harga diri.

e. Kebutuhan aktualisasi diri.

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor genetik atau faktor endogen

Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk

kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup. Faktor genetik berasal

dari dalam diri individu (endogen).

a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling

berbeda satu dengan lainnya. Tiga komponen ras terbesar,yaitu :

1) Ras kulit putih atau ras Kaukasia, ciri-ciri fisik: warna kulit putih,

bermata biru, berambut pirang. Perilaku yang dominan: terbuka,

senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.


18

2) Ras kulit hitam atau ras Negroid, ciri-ciri fisik: berkulit hitam,

berambut keriting, dan bermata hitam. Perilaku yang dominan:

tabiatnya keras, tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan

olahraga berat.

3) Ras kulit kuning atau ras Mongoloid, cirri-ciri fisik: berkulit kuning,

berambut lurus, dan bermata coklat. Perilaku yang dominan:

keramah tamahan, suka bergotong royong, tertutup dan senang

dengan upacara ritual.

b. Jenis kelamin perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara

berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas

dasar rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan

emosional.

4. Bentuk Perilaku

Secara garis besar perilaku ada dua macam.

a. Perilaku pasif (respon internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan

tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum

ada tindakan yang nyata.

b. Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang

dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.


19

C. Kelompok

1. Definisi Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan

yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang lain, saling

bergantung dan mempunyai norma yang sama (Struart & Laraia, 2001

dalam Keliat, 2012:3). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai

latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti

agresif, takut, kompetitif, kesamaaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan

menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria, 2001 dalam Keliat, 2012:3).

a. Tujuan Dan Fungsi Kelompok

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan

orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.

Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan

pemimpin dalam mencapai tujuannya. Kelompok berfungsi sebagai

tempat berbagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu

sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok

merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan

interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif

(Keliat, 2012:3).

b. Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia,

2001 dalam Keliat, 2012:4).


20

1) Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses

pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok.

Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan

pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan

adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh

pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2) Besar Kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil

yang anggotanya berkisar antara 10-12 menurut Lancester (1980),

sedangkan menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah 7-10 orang.

Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota

mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat dan

pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan

interaksi yang terjadi.

3) Lamanya Sesi

Waktu yang optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi

kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang

tinggi (Stuart & Laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan pemanasan

berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa

terminasi.

4) Komunikasi

Salah satu tugas pemimpin kelompok yang penting adalah

mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok.


21

Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran

pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

5) Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok,

ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota

kelompok dalam kerja kelompok, yaitu (Beme & Sheats, 1948 dalam

Stuart & Laraia, 2001) maintenance roles, task roles, dan individual

role. Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses

kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada

penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan

distraksi pada kelompok.

6) Kekuatan Kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan

kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa

yang paling banyak mendengar, dan siapa yang membuat keputusan

dalam kelompok.

7) Norma Kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.

Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan

datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan sat ini. Pemahaman

tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.


22

8) Kekohesifan

Kekohefisian adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama

dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok

untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota

kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu di identifikasi

agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

D. Terapi Aktifitas Kelompok

1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan

untuk pasien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung

jawab penuh dari seorang perawat (Keliat, 2009:82). Klien dibantu untuk

melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi

dapat pula dilakukan dengan secara bertahap dari interpersonal (satu dan

satu), kelompok dan masa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam

kelompok (Keliat, 2012:13).

Terapi aktivitas kelompok terdiri atas 7-10 orang sedangkan menurut

Lancester (1980) jumlah kelompok kecil berjumlah 10-12 orang (Keliat,

2012:5). Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,

bertukar pengalaman dan mengubah perilaku. Dalam terapi ini dibutuhkan

leader, co-leader dan fasilitator (Maryam, 2008:159).

Terapi aktivitas kelompok adalah kegiatan yang diberikan pada sekelompok

orang atau klien dengan maksud memberikan fungsi terapi dan rehabilitasi

bagi anggotanya, dimana klien berkesempatan untuk menerima dan


23

memberikan umpan balik terhadap klien lain, mencoba meningkatkan

respon sosial dan harga dirinya. Dalam pelaksanaannya sebaikanya terapi

aktivitas kelompok dilakukan dengan jumlah angota sebanyak 7-10 orang

dan lamanya aktivitas 45-60 menit (Keliat, 2012:3).

a. Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi

Terapi aktifitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya

memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah

hubungan sosial (Keliat, 2012:16).

1) Tujuan

a) Tujuan Umum TAKS

Pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok

secara bertahap.

b) Tujuan Khusus, yaitu:

1. Pasien mampu memperkenalkan diri

2. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

3. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

4. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik

percakapan

5. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan

masalah pribadi pada orang lain

6. Pasien mampu bekerjasama dalam permaianan sosialisasi

kelompok
24

7. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat

kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang telah

dilakukan.

2) Indikasi

Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan

sosialisasi pasien. Pasien yang mempunyai indikasi TAKS

adalah pasien dengan gangguan hubungan sosial berikut.

a. Pasien isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi

interpersonal.

b. Pasien kesulitan komunikasi verbal yang telah berespon

sesuai dengan stimulus.

2. Aktivitas Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

a. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri.

b. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan.

c. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap.

d. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu.

e. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi.

f. Sesi 6 : Kemampuan bekerja sama.

g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialiasi.


25

3. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1

(kemampuan memperkenalkan diri).

a. Tujuan

Pasien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama

lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.

2) Rungan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Tape recorder

2) Kaset

3) Bola tenis

d. Metode

1) Dinamika kelompok

2) Diskusi dan tanya jawab

3) Bermain peran/simulasi

4) Langkah kegiatan

a) Persiapan, yaitu:

(1) Memilih pasien sesuai indikasi, yaitu isolasi

sosial/menarik diri;

(2) Membuat kontrak dengan pasien;

(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.


26

b) Orientasi

(1) Pada tahap ini perawat melakukan hal-hal sebagai

berikut:

(a) Memberi salam terapeutik : salam dari perawat;

(b) Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat

ini;

(2) Kontrak yang akan dilakukan, yaitu:

(a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu

memperkenalkan diri;

(b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut yaitu:

Jika ada peserta yang akan meninggalkan

kelompok, harus meminta izin kepada

perawat,lama kegiatan 45 menit, setiap pasien

mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

(3) Tahap kerja sebagai berikut:

(a) Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder

akan dihidupkan serta bola akan diedarkan

berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah

kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota

kelompok yang memegang bola memperkenalkan

dirinya;
27

(b) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan

bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam;

(c) Saat tape dimatikan, anggota kelompok yang

memegang bola mendapat giliran untuk

menyebutkan : salam, nama lengkap, nama

pangilan, hobi, asal, dimulai oleh perawat sebagai

contoh;

(d) Tulis nama panggilan pada kertas atau papan nama

dan tempel/pakai;

(e) Ulangi kegiatan tersebut sampai semua anggota

kelompok mendapat giliran;

(f) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota

kelompok dengan memberi tepuk tangan.

(4) Tahap terminasi, yaitu:

(a) Evaluasi

Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti


TAK, dan memberi pujian atas keberhasilan
kelompok.

(b) Rencana tindak lanjut yaitu sebagai berikut:

Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih

memperkenaklan diri kepada orang lain

dikehidupan sehari-hari;
28

(c) Kontrak yang akan datang, yaitu:

Menyepakati kegiaatan berikutnya, yaitu

berkenalan dengan anggota kelompok dan

menyepakati waktu dan tempat.

4. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2

(kemampuan berkenalan).

a. Tujuan

Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.

1) Memperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan,


asal, dan hobi.

2) Menanyakan diri anggota kelompok lain: nama lengkap, nama


panggilan, asal dan hobi.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Tape recorder.

2) Kaset.

3) Bola tenis.

d. Metode

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.


29

3) Bermain peran/simulasi.

4) Langkah kegiatan

a) Persiapan, yaitu:

Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 1 TAKS dan mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut: memberi

salam terapeutik, yaitu:

(1) Salam terapeutik;

(2) Peserta dan perawat memakai papan nama.

c) Evaluasi/validasi, yaitu:

(1) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

(2) Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri


pada orang lain.

d) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan

anggota kelompok;

(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada perawat;

(b) Lama kegiatan 45 menit;


30

(c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai

selesai.

e. Tahap kerja, sebagai berikut:

1) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam;

2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola dan mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota

kelompok yang ada disebelah kanan.

5. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 3

(kemampuan bercakap-cakap).

a. Tujuan

Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.

1) Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok.

2) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

a. Setting
1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
b. Alat
1) Tape recorder.

2) Kaset.

3) Bola tenis.

c. Metode
1) Dinamika kelompok.
31

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/simulasi.
d. Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 2 TAKS;

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:

a) Memberi salam terapeutik, yaitu:

(1) Salam terapeutik;

(2) Peserta dan perawat memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi, yaitu:

(1) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

(2) Menanyakan apakah pasien telah mencoba berkenalan

dengan orang lain.

e. Kontrak yang akan datang, 5 Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 2 TAKS;

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:


32

memberi salam terapeutik, yaitu:

a) Salam terapeutik;

b) Peserta dan perawat memakai papan nama.

3) Evaluasi/validasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

b) Menanyakan apakah pasien telah mencoba berkenalan

dengan orang lain.

4) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab

tentang kehidupan pribadi;

b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(1) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada perawat;

(2) Lama kegiatan 45 menit;

(3) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai

selesai.

5) Tahap kerja, sebagai berikut:

a) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam;

b) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang

memegang bola dan mendapat giliran untuk bertanya tentang


33

kehidupan pribadi anggota kelompok disebelah kanan

dengan cara:

c) Memberi salam;

d) Memanggil nama panggilan;

e) Menanyakan kehidupan pribadi: orang dekat, dipercayai,

disegani;

f) Dimulai oleh perawat sebagai contoh.

f. Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok mendapat giliran;

g. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

h. Tahap terminasi, yaitu:

1) Evaluasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAKS;

b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Rencana tindak lanjut, yaitu:

Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang

kehdupan pribadi.

3) Kontrak yang akan datang, yaitu:

a) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan


membicarakan topik pembicaraan tertentu;
34

b) Menyepakati waktu dan tepat.

6. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 4

(kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik percakapan).

a. Tujuan

Pasien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan

anggota kelompok.

1) Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

2) Memilih topik yang ingin dibicarakan.

3) Memberi pendapat tentang topik yang dipilih.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Tape recorder.

2) Kaset.

3) Bola tenis.

4) Flipchart/whiteboard dan spidol.

d. Metode

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/simulasi.

e. Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:
35

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 3 TAKS;

b) Memperiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:

a) Memberi salam terapeutik, yaitu:

(1) Salam terapeutik;

(2) Peserta dan perawat memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi, yaitu:

(1) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

(2) Menanyakan apakah pasien telah latihan berckap-cakap

dengan orang lain.

c) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan,

memilih, dan memberi pendapat tentang topik

percakapan;

(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(3) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada perawat;

(a) Lama kegiatan 45 menit;

(b) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai

selesai.
36

f. Tahap kerja, sebagai berikut:

1) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam;

2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola dan mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik

yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh perawat sebagai contoh.

Mislanya, “cara bicara yang baik” atau “cara mencari teman”;

3) Tuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang disampaikan

secara berurutan;

4) Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok mendapat

giliran;

5) Hidupakan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat

dimatikan, anggota yang memegang bola memilih topik yang

disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada;

6) Ulangi kegiatan tersebut sampai anggota kelompok memilih

topik;

7) Perawat membantu menetapkan topik yang paling banyak

dipilih;

8) Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat

dimatikan, anggota yang memegang bola menyampaikan

pendapat tentang topik yang dipilih;

9) Ulangi kegiatan tersebut sampai semua anggota kelompok

menyampaikan pendapat;
37

10) Beri pujian untuk tiap keberhasilan angota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

g. Tahap terminasi, yaitu:

1) Evaluasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS;

b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Rencana tindak lanjut, yaitu:

Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang

topik tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari;

3) Kontrak yang akan datang, yaitu:

a) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan

membicarakan masalah pribadi;

b) Menyepakati waktu dan tepat.

7. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 5

(kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada

orang lain).

a. Tujuan

Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi

dengan orang lain.

1) Menyampaikan masalah pribadi.

2) Memilih satu masalah untuk dibicarakan.

3) Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.


38

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Tape recorder.

2) Kaset.

3) Bola tenis.

4) Flipchart/whiteboard dan spidol.

d. Metode

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/simulasi.

e. Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah

mengikuti sesi 4 TAKS;

b) Memperiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:

a) Memberi salam terapeutik, yaitu:

(1) Salam terapeutik;

(2) Peserta dan perawat memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi, yaitu:

(1) Menanyakan perasaan klien saat ini;

(2) Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang

topik/hal tertentu dengan orang lain.


39

c) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan

menjawab tentang kehidupan pribadi;

(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada perawat;

(b) Lama kegiatan 45 menit;

(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai

selesai.

f. Tahap kerja, sebagai berikut:

1) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam; pada saat tape dimatikan,

anggota kelompok yang memegang bola dan mendapat giliran

untuk menyampaikan suatu masalah pribadi yang ingin

dibicarakan. Dimulai oleh perawat sebagai contoh.

2) Misalnya, “sulit bercerita” atau “tidak diperhatikan

ayah/ibu/kakak/teman”;

3) Tulisakan pada flipchart/whiteboard masalah yang disampaikan;

4) Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok

menyampaikan masalah yang ingin dibicarakan;

5) Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat

dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola memlilih

masalah yang ingin dibicarakan;


40

6) Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok memilih

masalah yang ingin dibicarakan;

7) Perawat membantu menetapkan topik yang paling banyak

dipilih;

8) Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat

dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola

meyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilih;

9) Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok

menyampaikan pendapat;

10) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

g. Tahap terminasi, yaitu:

1) Evaluasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAKS;

b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Rencana tindak lanjut, yaitu:

Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang

masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.

3) Kontrak yang akan datang, yaitu:

a) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam

kelompok;

b) Menyepakati tempat dan waktu


41

8. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 6

(kemampuan bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok).

a. Tujuan

Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.

1) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang


lain.

2) Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan


permintaan.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Tape recorder.

2) Kaset.

3) Bola tenis.

d. Metode

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/simulasi.

e. Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 5 TAKS;
42

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:

a) Memberi salam terapeutik, yaitu:

(a) Salam terapeutik;

(b) Peserta dan perawat memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi, yaitu:

(a) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

(b) Menanyakan apakah pasien telah latihan bercakap-

cakap tentang masalah pribadi orang lain.

c) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan meminta

kartu yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu

pada anggota kelompok;

(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan

kelompok, harus meminta izin kepada perawat;

(b) Lama kegiatan 45 menit;

(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai

selesai.

f. Tahap kerja, sebagai berikut:

1) Perawat membagikan empat buah kartu kwartet untuk setiap

anggota kelompok. Sisanya diletakan diatas meja;


43

2) Perawat meminta tiap anggota kelompok menyusun kartu

sesuai dengan seri (satu seri memunyai empat kartu);

3) Hidupkan kaset dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah

jarum jam;

4) Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mulai bermain sebagai berikut:

a) Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap)

kepada anggota kelompok disebelah kanannya;

b) Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada

kelompok dengan membaca judul dan subjudul;

c) Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap

diperkenankan mengambil satu kartu dari tumpukan kartu

diatas meja;

d) Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terimakasih.

5) Ulangi kegiatan sampai semua anggota mendapat giliran;

6) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

g. Tahap terminasi, yaitu:

1) Evaluasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS;

b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Rencana tindak lanjut, yaitu:


44

Menganjurkan tiap anggota kelompok bertanya meminta,

menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari

(kerjasama).

3) Kontrak yang akan datang, yaitu:

a) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengevaluasi kegiatan

TAKS;

b) Menyepakati waktu dan tepat.

9. Proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 7

(kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS

yang telah dilakukan).

a. Tujuan

Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

kelompok yang telah dilakukan.

1) Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok.

2) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

b. Setting

1) Pasien dan perawat duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
d. Metode

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.


45

e. Langkah kegiatan

1) Persiapan, yaitu:

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota yang telah mengikuti

sesi 6 TAKS;

b) Memperiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan sebagai berikut:

a) Memberi salam terapeutik, yaitu:.

(1) Salam terapeutik;

(2) Peserta dan perawat memakai papan nama

b) Evaluasi/validasi, yaitu:

(1) Menanyakan perasaan pasien saat ini;

(2) Menanyakan apakah telah latihan bekerja sama dengan

orang lain.

3) Kontrak yang akan dilakukan seperti berikut:

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat

rnam kali pertemuan TAKS;

b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:

(1) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada perawat;

(2) Lama kegiatan 45 menit;

(3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

f. Tahap kerja, sebagai berikut:


46

1) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam;

2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola dan mendapat kesempatan menyampaikan pendapat

tentang manfaat dari enam kali pertemuan yang telah berlalu ;

3) Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok

menyampaikan pendapat;

4) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

g. Tahap terminasi, yaitu:

1) Evaluasi, yaitu:

a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAKS;

b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok;

c) Menyimpulkan enam kemampuan pada enam kali pertemuan

yang lalu.

2) Rencana tindak lanjut, yaitu:

Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk

enam kemampuan yang telah dimiliki, baik di Klinik maupun

dirumah.
47

E. Penelitian Terkait

Menurut hasil penelitian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi oleh Mutiara

(2012) menunjukan perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

dilakukan Terapi Aktivitas kelompok sosialisasi 1, 2,3,4 dan 5 dari nilai rata-

rata sebelum dilakukan terapi adalah 17,88 dan nilai rata-rata sesudah

dilakukan terapi adalah 21,34. Terdapat peningkatan yang bermakna pada

perubahan perilaku isolasi sosial sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok

dengan P value 0,000 karena P value ≤ 0,05 pada taraf signifikan 5% maka Ha

diterima.

Penelitian menurut Wiastuti (2011) didapatkan data sesudah perlakuan dari 15

responden (100%) memiliki kemampuan sosialisasi baik. Hasil pengukuran

dari 11 responden yang memiliki kemampuan sosialisasi cukup mengalami

peningkatan kemampuan sosialisasi menjadi baik dan 4 responden yang

memiliki kemampuan sosisalisasi menjadi baik. Hasil pengukuran kemampuan

sosialisasi tersebut menunjukan bahwa dengan adanya pemberian Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi berpengaruh terhadap kemampuan sosialisasi

pada pasien isolasi sosial.

Hasil penelitian tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

Sulastri (2009), hasil penelitian menunjukan bahwa Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien

isolasi sosial, serta penelitian yang dilakukan oleh Siskayanti (2011)

didapatkan adanya pengaruh Terapi Komunikasi Terapeutik terhadap


48

kemampuan berinteraksi pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang.

Menurut penelitian Rika (2012) menunjukan perubahan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok sesi 1, 2, dan 3,

dari nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi adalah 10,58 dan nilai rata-rata

sesudah dilakukan terapi adalah 13,52. Terdapat peningkatan yang bermakna

pada perubahan perilakuk isolasi sosial sesusdah dilakukan terapi aktivitas

kelompok dengan P value 0,000 karena P value ≤ 0.05 pada taraf signifikan

5% maka Ha diterima.

Anda mungkin juga menyukai