Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL BEDSIDE TEACHING PADA PASIEN NY.

H P1001 NIFAS
SC HARI KE 2 DENGAN INTERVENSI PERAWATAN LUKA POST
SECTIO CAESAREA DI RUANG RAWAT GABUNG RSUD
BLAMBANGAN

Oleh :

KELOMPOK B

1. SISKA ROSITA (202004003)


2. SEPTIANA KURNIA DEWI (202004009)
3. NI KETUT LEDI WIRYANTI (202004047)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2021
PROPOSAL BEDSIDE TEACHING

a. Pendahuluan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 - 42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, serta berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Ardriaansz, 2017).
Setiap persalinan beresiko mengalami gangguan saat persalinan, salah
satu gangguan saat persalinan yaitu kontraksi belum terasa meski air ketuban
telah pecah, air ketuban yang telah pecah lebih dari 24 jam sebelum
persalinan dapat meningkatkan risiko infeksi, sehingga akan
mempertimbangkan langkah lanjutan yaitu induksi persalinan. Induksi
persalinan adalah proses merangsang kontraksi otot-otot rahim agar ibu bisa
melahirkan normal melalui jalur vagina. Dalam beberapa kasus persalinan,
tindakan induksi dapat gagal di lakuakan. Kegagalan induksi persalinan bisa
terjadi karena rahim tidak cukup membuka, sehingga persalinan normal tidak
dapat dilakukan dan ibu hamil perlu menjalani operasi caesar (Sectio
caesarea) (Setiaputri,2021).
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang dilakukan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut serta dinding uterus untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015). Sectio caesarea yaitu suatu
persalinan yang dibuat dimana janin yang dilahirkan dengan cara melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim serta berat janin diatas 500
gram (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
Setelah pembedahan operasi Caesar akan menimbulkan luka yang
perlu untuk dirawat. Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan
luka selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta mempercepat
proses penyembuhan luka (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012). Perawatan
pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka
serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin (Riyadi &
Harmoko, 2012).
Setelah persalinan ibu akan memasuki masa nifas, masa nifas yaitu
masa yang dihitung seorang ibu melahirkan kira-kira 36 hingga 40 hari
setelah persalinan. Pada masa nifas ini, semua organ reproduksi akan
berangsur-angsur kembali seperti semula saat ibu belum hamil (Setia Putri,
2016)

b. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian perawatan luka post op dan sectio
caesarea
2. Mengetahui dan memahami tujuan dari perawatan luka post op sectio
caesarea
3. Mengetahui dan memahami tanda gejala infeksi post op sectio caesarea
4. Mengetahui dan memahami komplikasi penyembuhan luka post op sectio
caesarea
5. Mengetahui dan memahai bagaimana SOP perawatan luka post op sectio
caesarea

3. Sasaran
Pasien di Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan

4. Materi
1) Apa pengertian perawatan luka post op dan sectio caesarea
2) Apa tujuan dari perawatan luka post op sectio caesarea
3) Apa saja tanda gejala infeksi post op sectio caesarea
4) Apa saja komplikasi penyembuhan luka post op sectio caesarea
5) Bagaimana SOP perawatan luka post op sectio caesarea

5. Metode.
Praktikum, Diskusi dan Bedside Teaching

6. Media
Alat Non Steril Alat Steril
1. Handscoon bersih 1. Bak Instrumen
sepasang
2. Alcohol swab 2. Handscoon steril sepasang
3. Cairan NaCl 0,9%3. Pinset chirugis 1
4. Bengkok 4. Pinset anatomis 1
5. Hypavix 5. Kassa
6. Gunting 6. Cucing

7. Proses
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Bedside Teaching adalah
sebagai berikut:

1. Pemaparan masalah klien


Perceptor kontrak dengan
klien, 2. Tindakan untuk mengatasi masalah klien.
kontrak dengan mahasiswa
dan berbagi peran 3. Alat-alat yang diperlukan untuk tindakan

4. Prosedur tindakan (persiapan-pelaksanaan


– terminasi)
PelaksanaanBST : 5. Aturan ketika bertemu dengan klien
Langkah-langkah dalam
tindakan :persiapan –
pelaksanaan – terminasi )

Tanyakan pasien apakah ada Memberikan edukasi, menjawab pertanyaan


pertanyaan dan penutupan

Tanya jawab dengan umpan balik kelompok


7.1 Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan bedside
teaching
b. Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga
c. Pembagian peran dalam tim mahasiswa

7.2 Pelaksanaan BST


1. Penjelasan tentang klien oleh perceptor dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan dan memiliki prioritas yang perlu didikusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Memberi justifikasi oleh perceptor tetang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada akan
ditetapkan

7.3 Pasca BST


Mendikusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

7. Waktu dan tempat


Hari / Tanggal :Jum’at, 11 Juni 2021
Waktu : 08.20 WIB
Tempat : Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan

8. Peran Masing-masing anggota tim


a. Peran perawat (perceptor)
- Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
- Menjelaskan diagnosis keperawatan
- Menjelaskan intervensi yang dilakukan
- Menjelaskan hasil yang didapat
- Menjelaskan rasional dari tindakan yang diambil
- Menggali masalah-masalah yang belum terkaji

9. Kriteria Evaluasi.
a. Bagaimana koordinasi dan persiapan BST
b. Bagaimana peran perawat primer pada saat BST

10. Kegiatan Bedside Teaching


1. Tahapan Pra-BST
a. Preparation
b. Planning
c. Briefing : 4P 1R
1) Problem : masalah yang ditemukan pada klien
2) Practice : tindakan yang akan dilakukan terkait masalah klien
3) Preparation : persiapan alat, persiapan pasien, persiapan
lingkungan
4) Procedure : prosedur pelaksanaan
5) Role : aturan yang disampaikan oleh pembimbing klinik
2. Round : fase kerja (Pelaksanaan) dan fase terminasi (evaluasi)
3. Post round : evaluasi dari pembimbing klinik terhadap tindakan
yang dilakukan.

4. Penutup
Demikianlah proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya, kiranya
dapat dijadikan masukan dalam pengembangan dan pengaplikasian metode
pembelajaran.

Lampiran 1
1. Konsep Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini
disebut Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Pueperium
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra-hamil (Nanny, 2012).
b.Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut Sulistyawati (2009) adalah sebagai berikut:
a) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam jangka waktu 40 hari.
b) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan unutk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Perubahan fisiologis masa nifas menurut Nanny (2012) adalah sebagai berikut:
d. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
Pada uterus terjadi poses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Berikut tabel proses kembalinya uterus keadaan
sebelum hamil:

Tabel 1.1 proses involusi uterus


Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Bayi Baru Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasentas Lahir 2 jari di bawah 750 gram
pusat
7 hari (1 mgg) Pertengahan pusat- 500 gram
simpysis
14 hari (2 mgg) Tidak teraba di atas 350 gram
simpysis
42 hari (6 mgg) Bertambah 50 gram
mengecil
56 hari (8 mgg) Normal 30 gram

b) Involusi
Tempat Plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus. Biasanya luka sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas
plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka.
c) Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendur.
d) Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks nifas adalah bentuk serviks yang
akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium
eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi
retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan
dengan bagian atas dari kranialis servikalis.
e) Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati
akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan
desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda
atau putih pucat. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Sekret mikroskopik lokia terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua,
sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya di
antaranya sebagai beriku
a) Lokia rubra/ merah (kruenta) Lokia ini muncul pada hari pertama
sampai hari ketiga masa nifas. Sesuai dengan namanya, warnanya
biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada
plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan
sisa darah.
b) Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada
hari ke 3-5 hari nifas.
c) Lokia serosa Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 nifas. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecokelatan. Lokia ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
d) Lokia alba muncul lebih dari hari ke 10 nifas. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
e) Perubahan pada vagina dan perineum Estrogen pasca partum yang
menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya
rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah
bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat,
walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara.

2. Pengertian perawatan luka post op dan sectio caesarea


Section caesaria adalah operasi yang dilakukan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dengan membuka dinding perut dan uterus (Amrusofian,
2015). Sectio caesarea merupakan membuka perut dengan sayatan pada
dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertikal atau mediana, dari kulit
sampai fasia (Wiknjosastro, 2016).
Perawatan luka post op adalah perawatan yang dilakukan untuk
meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan
cara merawat luka serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin (Riyadi dan Harmoko, 2015)

1) Tujuan perawatan luka post op sectio caesarea


a. Untuk mencegah dan melindungi luka dari infeksi
b. Untuk menyerap eksudat
c. Untuk melindungi luka dari trauma
d. Untuk mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
e. Untuk meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa
nyaman

1. Tanda gejala Infeksi luka post op sectio caesarea


Tanda gejala infeksi luka operasi menurut (Muttaqien et al., 2014) yaitu :
a. Terdapat nyeri dan pus disekitar luka sectio caesarea.
b. Terdapat kemerahan dan bengkak di sekeliling luka sectio caesarea.
c. Terdapatnya peningkatan suhu tubuh.
d. Terjadinya peningkatan sel darah putih.
Tanda dan gejala yang terjadi pada infeksi luka menurut (Smeltzer, 2002)
yaitu :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan yaitu hal pertama yang terlihat ketika mengalami
peradangan, saat reaksi peradangan timbul terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke tempat peradangan. Sehingga darah lebih
banyak mengalir ke mikrosirkulasi lokal serta kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan yang serperti ini disebut
hyperemia yang menyebabkan warna merah lokal karena peradangan
akut.
b. Kalor
Kalor ini terjadinya bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut, kalor disebabkan oleh sirkulasi darah yang meningkat.
Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius akan disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke
daerah yang normal.
c. Dolor
Pengeluaran zat seperti histamin atau bioaktif dapat merangsang suatu
saraf. Rasa sakit pula disebabkan oleh suatu tekanan meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan disebabkan oleh hiperemi dan juga sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan serta sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringa interstitial.
e. Functio Laesa
Function laesa merupakan reaksi dari suatu peradangan, tetapi secara
mendalam belum diketahui mekanisme terganggunya fungsi jaringan
yang meradang.
2. Komplikasi penyembuhan luka post op sectio caesarea
Proses penyembuhan luka yang tidak berjalan baik karna berbagai faktor
penghambat akan menyebabkan suatu komplikasi, faktor yang bisa menjadi 11
penghambat suatu proses penyembuhan luka menurut (Damayanti et al., 2015) yaitu :
a. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat memengaruhi penyembuhan luka karena luka membutuhkan
keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan /perbaikan sel.
b. Anemia
Anemia dapat memperlambat suatu proses penyembuhan luka mengingat perbaikan
sel membutuhkan kadar protekin yang cukup. Oleh sebab itu seseorang yang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami suatu proses
penyembuhan luka yang lama.
c. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan dan kematangan
usia seseorang, proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga
dapat memperlambat proses penyembuhan luka sectio caesarea.
d. Penyakit lain
Penyakit dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka, adanya suatu penyakit
seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi
Nutrisi merupakan suatu unsur utama dalam membantu perbaikan suatu sel.
Terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya, seperti vitamin A
diperlukan untuk membantu proses apitelisasi atau penutupan luka serta sintesis
kolagen, vitamin B kompleks merupakan sebagai kofaktor pada sistem enzim yang
12 mengandung metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Vitamin C dapat
berfungsi sebagai fibroblast serta dapat mencegah adanya suatu infeksi pada luka
serta dapat membentuk kapiler-kapiler, dan vitamin K yang dapat membantu
sistensis protombin serta berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress, dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk serta banyak mengomsumsi obat-
obatan, merokok, atau stres akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih
lama.
Komplikasi umum yang terjadi dalam penyembuhan luka Menurut (Sukma
Wijaya, 2018) yaitu :
a. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi saat trauma saat pembedahan atau terjadi setelah
pembedahan, gejala infeksi sering muncul sekitar dalam 2-7 hari setelah pembedahan.
Gejala dari infeksi berupa kemerahan, nyeri, bengkak di sekeliling luka, peningkatan
suhu, dan peningkatan sel darah putih. Suatu cairan luka atau eksudat yang banyak serta
berbau dan berjenis purulen menandakan terjadinya suatu infeksi, infeksi yang tidak
terkontrol serta tidak segera ditangani maka akan menyebabkan osteomyelitis,
bakteremia, dan sepsis.
b. Pendarahan (Hemoragik)
Pendarahan terjadi paling sering jika kondisi pasien lemah serta adanya penyakit
penyerta oleh pasien seperti kelainan darah atau bisa karena malnutrisi seperti
kekurangan vitamin K. 13
c. Dehisen (Dehiscense)
Dehiscense yaitu terpisahnya lapisan kulit serta jaringan atau tepi luka tidak menyatu
dengan tepi luka yang lain, komplikasi ini dapat terjadi pada hari ke 3 sampai dengan
hari ke 11 setelah cendera.
d. Eviserasi
Organ bagian dalam (viseral) dapat keluar dari permukaan luka yang terbuka ini disebut
sebagai eviserasi.

3. ProsedurTindakan Perawatan Luka Post Op Sectio Caesarea

SOP PEMASANGAN SYRING PUMP


PENGERTIAN Melakukan perawaan post secio caesarea
TUJUAN a) Untuk mencegah dan melindungi luka dari infeksi
b) Untuk menyerap eksudat
c) Untuk melindungi luka dari trauma
d) Untuk mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
e) Untuk meningkatkan penyembuhan luka dan
memperoleh rasa nyaman

PERSIAPAN 1. Bak Instrumen


ALAT 2. Handscoon bersih sepasang
3. Handscoon steril sepasang
4. Alcohol swab
5. Cairan NaCl 0,9%
6. Bengkok
7. Cucing
8. Kassa Steril
9. Pinset chirugis 1
10. Pinset anatomis 1
11. Hypavix
12. Gunting
PROSEDUR - Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
KERJA sebelum kegiatan dimulai.
- Susun semua peralatan yang diperlukan di troli
dekat pasien (jangan membuka peralatan steril
dulu).
- Letakkan bengkok di dekat pasien.
- Jaga privasi pasien, dengan menutup tirai yang ada di
sekitar pasien, serta pintu dan jendela, atur
pencahayaan, atur ventilasi.
- Mengatur posisi klien, instruksikan pada klien untuk
tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
- Mencuci tangan secara seksama
- Pasang perlak pengalas
- Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan
lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan pinset
- Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan
mengarah pada balutan. Jika masih terdapat plester
pada kulit, bersihkan dengan kapas alcohol
- Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan
klien
- Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan
memberikan larutan steril /NaCl 0,9%
- Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
- Buang balutan kotor pada bengkok
- Lepas sarung tangan dan buang pada bengkok
- Buka bak instrument steril
- Siapkan larutan yang akan digunakan
- Kenakan sarung tangan steril
- Inspeksi luka (dolor, rubor, kalor, tumor, adanya pus,
bau)
- Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9%
- Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan
pinset steril
- Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
- Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
- Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi
atau tepi luka
- Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau
insisi. Usap dengan cara seperti di atas
- Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan,
gunakan tehnik seperti langkah pembersihan
- Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
- Gunakan plester di atas balutan, fiksasi dengan
Hypavix
- Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
- Bantu klien pada posisi yang nyaman

DAFTAR PUSTAKA
Ardriaansz, G. (2017). persalinan. In Asuhan Persalinan Normal asuhan esensial
bagi ibu bersalin daan bayi baru lahir serta penatalaksanaan komplikasi
segera pascapersalinan dan nifas (lima, p. 37). JNPK-KR.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2383/3/bab%202.pdf
diaksespada 9/6/2021 pukul 09.10
http://eprints.ums.ac.id/10344/3/J210060042.PDF
diaksespada 9/6/2021 pukul 09.12
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-umilatifah-5199-3-
babiip-f.pdf
diaksespada 9/6/2021 pukul 09.15
Sarwono (2012) ilmu kebidanan edisi 4 cetakan 2.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Setiaputri, Ariani Karinta (2021) “Induksi Persalinan”
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/apa-kapan-induksi-persalinan-
proses/

PROPOSAL BEDSIDE TEACHING


PADA PASIEN NY. H P1001 NIFAS SC HARI KE 2 DENGAN
INTERVENSI PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAREA DI
RUANG RAWAT GABUNG RSUD BLAMBANGAN

Disahkan pada tanggal : Juni 2021

Pembimbing Klinik Ketua Kelompok

( ........................................ ) (..........................................)

Mengetahui,
Kepala Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan

(...........................................................)

Anda mungkin juga menyukai