DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa atas rahmat dan karunia
serta kesehatan yang diberikan kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan sebuah
karya ilmiah yang mengambil tema Kimia dan Topik tentang Larutan asam dan larutan basa
dengan indikator alami . Karya ilmiah ini berjudul “Mengetahui Serta Membedakan Antara
Larutan Asam dan Larutan Basa dengan indikator alami” . Tugas ini dikerjakan kelompok
untuk lebih mengetahui dan menambah pengetahuan dalam bidang Kimia, dan tujuan yang
paling utama dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok Bahasa
Indonesia tentang karya ilmiah semester genap.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini,
maka kelompok mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru Pembimbing yaitu Bu Delfi
Samosir s.pd,teman-teman satu kelompok dan teman-teman kelas XI IPA-2 serta
pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan seluruhnya, atas seluruh bantuan kami
ucapkan terimakasih.
Kelompok menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belumlah sempurna masih banyak
kekurangan dan kekhilafan yang didapatkan dari karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan karya
tulis ilmiah ini.
Asam dan basa sudah dikenal sejak lama dan disebut dengan istilah pH (pangkat
Hidrogen). Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam,
marmer, dan berbagai bahan lain). Sedangkan larutan basa terasa lebih pahit dan bersifat
kaustik (licin seperti bersabun). Indikator pH sangat penting keberadaannya untuk
menunjukkan sifat asam dan basa pada suatu larutan. Hingga saat ini sudah banyak
ditemui berbagai bentuk indikator pH dari bahan sintetis. Beberapa jenis indikator pH
diantaranya dalam bentuk larutan dan kertas indikator asam basa. Namun salah satu
bentuk yang praktis dan banyak digunakan karena relatif lebih awet adalah kertas
indikator asam basa yang sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan
perguruan tinggi.
Beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator asambasa alternatif, contohnya
adalah kubis ungu (Brassica oleracea L.) (Erwin,dkk,2015), dan beberapa bunga
berwarna seperti mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) (Nuryanti, 2010 dan
Kusumah, 2016), bunga kana (Canna indica), bunga pukul empat (Mirabillis jalapa),
bunga mawar (Catharantus roseus), dan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) (Marwati,
2010). Hasil ektraksi beberapa tumbuhan tersebut mengalami perubahan warna dalam
titrasi asam-basa, sehingga dapat digunakan sebagai indikator pH.
Proses identifikasi asam-basa pada suatu larutan diperlukan zat atau senyawa kimia
pengikat asam-basa. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap kubis ungu,
kelopak bunga sepatu dan beberapa jenis bunga berwarna lainnya, maka ditemukan zat
atau senyawa kimia yaitu antosianin yang dapat mengidentifikasi asam maupun basa.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa antosianin alami ternyata
cenderung berasal dari pigmen warna merah dan biru-ungu pada suatu tanaman,
contohnya Rhoeo discolor.
Tanaman Rhoeo discolor dikenal dengan sebutan sosongkokan atau sebagian orang
menyebutnya tanaman adam hawa. Berhabitus semak dengan tinggi 40-60 cm. Tanaman
Rhoeo discolor dapat tumbuh dengan mudah meskipun pada kondisi media tanam yang
minim unsur hara, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan tidak membutuhkan
perawatan yang intensif. Namun karena pemanfaatannya yang belum maksimal,
mengakibatkan tanaman ini jumlahnya melimpah, bahkan banyak tumbuh liar di ladang.
Kandungan penting yang ada didalam daun Rhoeo discolor merupakan senyawa
flavonoid berupa antosianin pembentuk warna ungu yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat indikator asam dan basa alami (Sitorus, 2011), dan telah dibuktikan oleh
Padmaningrum (2011), hasil ekstraksi daun Rhoeo discolor dengan pelarut alkohol
mengalami perubahan warna merah mudahijau kekuningan pada titrasi asam-basa. Hal
tersebut membuktikan bahwa hasil ekstraksi daun Rhoeo discolor dapat dijadikan
indikator asam-basa alternatif pengganti indikator sintetis.
Kandungan antosianin pada daun Rhoeo discolor dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi.
Salah satu metode ekstraksi yang sering digunakan untuk ekstraksi antosianin adalah
metode maserasi, dengan cara merendam simplisia menggunakan sebuah pelarut.
Penelitian Suzery (2010), metode ekstraksi yang baik digunakan untuk ekstraksi
antosianin yaitu menggunakan metode maserasi pada suhu ruangan, didukung oleh
penelitian Padmaningrum (2011) untuk daun Rhoeo discolor.
Antosianin tergolong pigmen warna yang disebut flavonoid. Senyawa golongan flavonoid
termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula.
Beberapa pelarut yang bersifat polar antara lain aquades dan beberapa pelarut organik
lain seperti alkohol dan turunannya. Etanol merupakan turunan dari pelarut alkohol yang
biasa digunakan dalam ekstraksi antosianin. Menurut Kusumah (2016), ekstraksi 3
kelopak Rosela dengan pelarut etanol menghasilkan ekstrak yang lebih pekat
dibandingkan dengan pelarut aquades.
Menurut Gustriani (2016), keadaan yang semakin asam pada saat proses ekstraksi apalagi
mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyak dinding sel vakuola yang pecah
sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak. Penelitian Ocviana (2010),
penggunaan pelarut etanol 95% dengan penambahan HCl 1% diperoleh hasil ekstrasi
terbaik, karena HCl merupakan asam kuat sehingga lebih efektif mendegradasi dinding
sel sehingga memudahkan ekstraksi antosianin.
Jenis pelarut dalam proses ekstraksi dapat mempengaruhi kualitas hasil ekstraksi senyawa kimia
yang ada dalam simplisia. Pada pra penelitian, penulis melakukan variasi terhadap jenis
pelarut yakni etanol 95% dan etanol 95% + HCl 1% (1 : 1). Maserasi daun Rhoeo
discolor dilakukan dengan perbandingan bahan dan pelarut (1 : 5) selama 24 jam.
Ekstraksi dengan pelarut etanol 95% menghasilkan ekstrak berwarna hijau pekat,
sedangkan ekstraksi dengan pelarut etanol 95% + HCl 1% menghasilkan ekstrak
berwarna merah pekat. Pembuatan kertas indikator asam basa alternatif, dilakukan
dengan merendam kertas saring dan HVS pada larutan hasil maserasi selama 60 menit.
Hasil perendaman kertas tersebut menunjukkan perubahan warna setelah diujikan pada
larutan asam dan basa. Kertas indikator yang dihasilkan kemudian disimpan hingga masa
penyimpanan 10 hari dan diuji untuk mengetahui stabilitasnya. Berdasarkan hasil pra
penelitian ternyata penggunaan kertas saring dalam pembuatan kertas indikator pH
menunjukkan stabilitas warna yang lebih tahan lama dibandingkan dengan kertas HVS.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berinisiatif untuk mengembangkan ekstrak daun
Rhoeo discolor yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas indikator
asam-basa alternatif dengan variasi perlakuan yaitu membandingkan pelarut etanol 95%
dan etanol 95% + HCl 1% pada proses ekstraksi, serta pengaruh variasi lama
penyimpanan terhadap stabilitas warna yang dihasilkan kertas indikator asam-basa
setelah diuji.
1. Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia
sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan
maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna
yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam kertas putih.
Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkandalam udara terbuka,
sehingga dihasilkan kertas nlakmus biru.kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan
tetap biru , karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi
ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah.
Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus
merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena
lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas
lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan
kembali terbentuk.
2. Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam,
basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah
tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan
dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu
merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan berwarna
hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa
akan berwarna hijau.
1. Memberikan alternatif pengunaan indikator asam basa dari ekstrak bunga dalam
percobaan sains mengenai materi klasifikasi zat di pembelajaran IPA jenjang sekolah
menengah.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan informasi tentang pembuatan kertas indikator
asam basa dari bahan alami.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman penelitian berikutnya.
BAB II
Landasan Teori
Sejak berabad-abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan
sifat larutannya. Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam,
marmer dan berbagai bahan lain), sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat
kaustik (licin, seperti bersabun).Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan
yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante August Arrhenius
(1859-1927) pada tahun 1884.
Pada percobaan pembuatan indikator alami (ekstrakbunga) dimana bunga dicuci dengan air
mengalir agar bersih jugadimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air.
Bunga yang telahdicuci kemudian ditumbuk hingga mendapat ekstraknya.
Setelah itu, dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa.
1.EkstrakBunga Sepatu
Sari bunga ungu sepatu memiliki warna ungu setelah ditetesi larutan asam menjadi
merah dan setelah ditetesi larutan natrium bikarbonat menjadi hijau bening. Hal ini
membuktikan bahwa bunga sepatu sesuai dengan sifat asam ini.
2.EkstrakBunga Bugenvil
Sari bunga bugenvil memiliki warna pink, setelah ditetesi larutan asam menjadi warna
pink dan setelah ditetesi larutan natrium bikarbonat menjadi warna hijau bening. Hal ini
membuktikan bahwa bunga bugenvil sesuai dengan sifat dari asam.
3.Ekstrak Kunyit
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum, sebaiknya peralatan yang digunakan dibersihkan
kembali dan disimpan ditempat semula agar tidak mendatangkan dampak buruk yang
tidak terduga dan pada saat peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diharapkan
tak ada kotoran yang masih melekat pada peralatan tersebut karena akan memperhambat
proses penelitian berikutnya. Kiranya pembaca mengkritik hasil karya ilmiah ini agar
kami dapat mengetahui kesalahan kami.
DAFTAR PUSTAKA