Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya
hanya beberapa milimetersaja, bahkan ada yang tingginya hanya beberapa milimeter saja.
Hampir semua tumbuhan lumut sudah merupakan tumbuhan darat (terrestrial), walaupun
kebanyakan dari tumbuhan ini masih menyukai tempat-tempat yang basah. Pada
tumbuhan lumut kita mengenal adanya pergiliran keturunan (metagenesis), yaitu antara
keturunan yang bersifat haploid biasa disebut keturunan gametofit (tumbuhan yang
menghasilkan gamet), sedangkan yang diploid disebut sporofit (tumbuhan yang
menghasilkan spora).
Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun
tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh,
sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah
merupakan tumbuhan heterospor.

B. RUMUSAN MASALAH
- Divisi bryophitha, pengertian bryophita, beserta kelas, family, dan spesies yang digunakan
dalam obat-obatan?
-- Divisi pterodophyta, pengertian pterodophyta beserta kelas, family, dan spesies yang
digunakan dalam obat-obatan?

C. TUJUAN
 Untuk mengetahui lebih jauh tentang Bryophyta dan Pteridophyta serta peranannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Dan juga divisi dari Bryophyta dan Pteridophyta.
BAB II

BRYOPHYTA (LUMUT)

            Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya
hanya beberapa milimetersaja, bahkan ada yang tingginya hanya beberapa milimeter saja.
Hampir semua tumbuhan lumut sudah merupakan tumbuhan darat (terrestrial), walaupun
kebanyakan dari tumbuhan ini masih menyukai tempat-tempat yang basah. Pada tumbuhan lumut
kita mengenal adanya pergiliran keturunan (metagenesis), yaitu antara keturunan yang bersifat
haploid biasa disebut keturunan gametofit (tumbuhan yang menghasilkan gamet), sedangkan
yang diploid disebut sporofit (tumbuhan yang menghasilkan spora).

A. Ciri-ciri Umum Bryophyta

            Ciri-ciri tubuh lumut sebagai berikut :

1.      Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa

2.      Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu
sel lapis sel. Sel-sel daun kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun
seperti jala. Diantaranya terdapat sel-sel mati yang besar-besar dengan penebalan dinding
dalamnya berbentuk spiral. Sel-sel yang mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan
cadangan makanan.

3.      Hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar.

4.      Rizoid tampak seperti rambut atau benang-benang. Berfungsi sebagai akar untuk
melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan). Rizoid
terdiri dari satu deret sel yang memanjang kadang-kadang dengan sekat yang tidak sempurna.

5.      Gametangium terdiri atas anteredium dan arkegonium


6.      Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memilki jaringan pengangkut

7.      Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung


secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma

8.      Struktur sporofit (sporangium) tubuhnya terdiri dari :

·         Vaginula, kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium

·         Seta atau tangkai

·         Apofisis, ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta
dengan kotak spora

·         Kaliptra

·         Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spor.

B. Klasifikasi Bryophyta

          Berdasarkan morfologi dan sifat hidupnya, lumut dikelompokkan atas lumut hati,


lumut tanduk, dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing kelompok tersebut menempati
tingkatan takson yang sama. Akan tetapi, penempatannya dalam sistem taksonomi mengalami
perkembangan.

1.      Lumut hati

Lumut hati merupakan tumbuhan kecil yang berbentuk lembaran. Lumut hati tidak
memiliki akar, batang, dan daun sebenarnya sehingga mereka disebut juga tumbuhan talus.
Struktur talus pada lumut hati dikenal dengan istilah lobus. Salah satu jenis lumut hati yang
terkenal adalah Marchantia. Setiap lobus lumut tersebut memiliki ukuran panjang sekitar 1 cm
atau lebih. Permukaan atas lobus licin, sedangkan permukaan bawahnya terdapat sejumlah rizoid
yang tertanam ke dalam tanah.

Marchantia bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksualnya dengan


pembentukan tunas (gemma). Gemma dihasilkan dari bagian dorsal talus. Reproduksi seksual
dilakukan dengan melibatkan arkegonium dan arteridium. Ateridium yang sudah matang akan
mengeluarkan spermetozoid berflagel. Kemudian, melalui perantaraan air spermatozoid
berenang menuju sel telur yang dihasilkan oleh arkegonium hingga terjadi pembuahan,
membentuk zigot. Zigot berkembang dan tumbuh menjadi talus atau lumut baru. Contoh lumut
hati adalah Marchantia polymorpha dan Marchantia geminata.
2.   Lumut Tanduk

Lumut tanduk dapat ditemukan di sepanjang pinggir sungai, danau, atau selokan. Struktur
tubuhnya hampir serupa dengan lumut hati. Itulah sebabnya sebagian ahli mengelompokkan nya
kedalam lumut hati. Lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan. Salah satu spesies
lumut tanduk adalah Anthoceros sporophytes.

3.   Lumut Sejati

Ciri-ciri lumut sejati yaitu :

·         Banyak ditemukan di daerah yang lembab dan teduh

·         Dapat ditemukan di daerah kutub, tropis, atau gurun

·         Merupakan tumbuhan kecil yang memiliki batang semu tegak dengan lembaran
daun yang tersusun spiral

·         Memiliki kutikula dan stomata, sehingga dapat mencegah hilangnya air dari dalam
sel nya

Reproduksi lumut sejati dapat secara aseksual dan seksual. Kebanyakan reproduksi
aseksual dilakukan dengan cara Fragmentasi. Bagian dari tumbuhan tersebut dapat tumbuh
menghasilkan tunas atau kuncup yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan
baru.

            Lumut sejati juga mengalami pergiliran keturunan dari fase gametofit ke fase
sporofit yang berlangsung secara bergantian. Pada fase gametofit (generatif), lumut
menghasilkan gametangium yang berupa anteredium dan arkegonium. Anteridium menghasilkan
spermatozoid, sedangkan arkegonium menghasilkan sel telur. Hasil peleburan kedua sel kelamin
akan membentuk zigot. Selanjutnya, zigot akan tumbuh menjadi sporogonium (fase sporofit)
yang tetap menempel pada lumut (fase gametofit).

            Beberapa contoh spesies lumut sejati yaitu Sphagnum fimbriatum, Sphagnum


squarrosum, Polytrichum commune, Funaria hygrometrica, Pogonatum circhatum, Mniodendron
divaricatum, dan Aerobryopsis longisima.
PTERYDOPHYTA (TANAMAN PAKU)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun


tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh,
sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah
merupakan tumbuhan heterospor.

Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang
menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet
(gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot
yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini terbentuk individu
yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Spora inilah
yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk protalium melalui
perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophyinae (paku
purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).

A. Ciri-ciri Pterydophyta
Pterydophyta memiliki ciri-ciri struktur sebagai berikut :

1)      Batang Pterydophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-


cabang kesamping yang bukan keluar dari ketiak daun.

2)      Daun-daun pada Pterydophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki


sifat-sifat yang sesuai dengan daun Spermatophyta.

3)      Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan
berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus
berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh
kesamping dari batang. Dengan demikian embrio Pterydophyta bersifat unipolar, akar yang
keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang.
Akar memiliki kaliptra.

4)      Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan kambium belum ada.

5)      Dalam akar, batang, dan daun terdapat jaringan pengangkut, yang terdiri
atas xylem dan floem.
6)      Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk
pada daun, kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai
sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.

7)      Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan


sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk
spora. Masing-masing membelah reduksi menghasilkan 4 spora haploid yang dapat
bergandengan tetraeder.

8)      Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna memberi makan
pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat disekeliling jaringan sporogen.

9)      Spora memiliki tiga lapis dinding. Berturut-turut dari luar ke dalam


yaitu : perisporium, eksosporium, dan endosporium.

B. Klasifikasi Pterydophyta

Tumbuhan paku dibedakan atas 4 divisi yaitu :

1)      Divisi Psilotophyta

Anggota divisi ini tidak memiliki daun atau akar sejati. Fungsi akar digantikan oleh
rizoid. Psilotophyta memiliki sporangium yang terletak pada ujung-ujung cabangnya.
Psilotophyta merupakan kelompok tumbuhan paku yang sudah hampir punah. Salah satu jenis
divisi Psilotophyta yang masih ada hingga sekarang ini adalah Psilotum.

2)      Divisi Lycopodophyta

Jumlah anggota divisi Lycopodophyta mencapai sekitar 1.000 spesies. Mereka memiliki
daun berupa mikrofil yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium yang
muncul dari ketiak daun dan berkumpul membentuk  strobilus (bentuk seperti pentungan kayu).
Kebanyakan hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai epifit. Contoh anggota divisi ini
adalah Lycopodium dan Selaginella.

3)      Divisi Equisetophyta

Jumlah anggota divisi ini hanya terdapat sekitar 15 spesies. Biasa tumbuh subur di
tempat-tempat yang lembap. Daun berukuran menengah, bersisik, dan tersusun melingkar pada
setiap buku. Salah satu contoh dari divisi ini adalah Equisetum.

4)      Divisi Pteridophyta
Divisi Pteridophyta meliputi tumbuhan paku menurut pengertian kita sehari-hari. Mereka
memiliki makrofil yang dilengkapi dengan tulang daun dan daging daun (mesofil). Tinggi
tumbuhan paku ini bervariasi mulai dari yang pendek dan tampak seperti lumut hingga tinggi
menjulang seperti pohon. Anggota divisi ini ada yang tingginya mencapai 6 kaki. Beberapa
contoh dari Pteridophyta adalah paku tiang (Alsophilla glauca), paku resam (Gleichenia linearis),
suplir (Adiantum cueatum), dan semanggi (Marsilea crenata).
BAB III. KESIMPULAN

Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil,


tubuhnya hanya beberapa milimetersaja, bahkan ada yang tingginya hanya
beberapa milimeter saja. Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel
yang terdiri dari selulosa. Pada lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan
tidak ada pertumbuhan membesar, gametangium terdiri
atas anteredium dan arkegonium. Proses pengangkutan air dan zat mineral di
dalam tubuh berlangsung secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma. Struktur
tubuhnya masih sederhana, belum memilki jaringan pengangkut. Rizoid tampak
seperti rambut atau benang-benang.

Reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit.


Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, yaitu : anteridium dan
arkegonium. Bryophyta dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu, lumut hati,
lumut sejati, dan lumut tanduk. Lumut memiliki kemampuan menyerap air dalam
jumlah yang besar sehingga sering digunakan di kebun untuk memperbaiki
kemampuan tanah dalam menyerap air, Sphagnum yang telah di bersihkan dapat
diolah menjadi bahan pengganti kapas, dan Marchantia polymorpha dijadikan
sebagai obat hepatitis (radang hati).

Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah,


karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem
pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama
adalah spora. Tumbuhan paku mengalami metagenesis antara denarasi sporofit dan
gametofitnya. Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi tiga divisi yaitu
Psilotophyta, Pteridophyta, dan Lycopodophyta. Tumbuhan paku dapat berupa
homospora (menghasilkan satu macam spora berukuran sama), hetrospora
(menghasilkan dua macam spora dengan ukuran berbeda), dan paku peralihan
antara homospora dan heterospora (menghasilkan spora berukuran sama, tetapi
sebagian spora ada yang jantan dan ada yang betina). Tumbuhan paku dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan, sebagai tanaman hias, sebagai sayuran, dan
sebagai pupuk hijau dalam lahan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai