MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi”
Disusun oleh :
Kelompok 2
Nama :
Madropik
Kasam
Ru’yat Nurhamidah
Novi Anjasari
Ani Maharani
Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya. Sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi nilai
tugas Mata Kuliah “Pendidikan Anti Korupsi”
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan
baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah
ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini.
Sehingga kritik dan saran yang membangun yang sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................................ 10
3.2 Saran............................................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi di Indonesia saat ini sudah sampai pada titik yang tidak dapat ditolelir. Begitu
mengakat (membudaya) dan sistematis. Kerugian Negara atas menjamurnya praktek
korupsi sudah tidak terhitung lagi. Jika tahun 1993 Soemitro Dojohadikusumo
menyebutkan bahwa kebocoran dana pembangunan antara tahun 1989-1993 sekitar 30
% dan hasil penelitian World Bank bahwa kebocoran dana pembangunan mencapai 45 %,
maka saat ini sepertinya jumlah tersebut sudah meningkat drastic. Hal tersebut
menyebabkan munculnya istilah bahwa korupsi sudah menjadi extra ordinary crime.
Tingkat korupsi di Negara Indonesia sudah teramat parah bahkan menurut hasil
penelitianTransparancy International, selama 5 (lima) tahun berturut-turut mulai Tahun
1995 sampai dengan Tahun 2000, Indonesia selalu menduduki posisi 10 (sepuluh) besar
negara paling korup di dunia. Berdasarkan penelitian Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) Tahun 1997, Indonesia menempati posisi negara terkorup di Asia. Dan
pada Tahun 2001 peringkat Indonesia menjadi negara terkorup ke-2 di Asia setelah
Vietnam.
Padahal perangkat undang-undang yang bekaitan dengan tindak pidana korupsi yang
dugunakan oleh negara sudah termaktub dalam tiga undang yaitu Undang-Undang No.3
tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Undang-Undang No.31 tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, serta Undang-Undang No.20 tahun
2001 tentang perubahan atas Undang-Undang No.31 tahun 1999. Kemudian sejumlah isi
hukum (contents law) atau produk hukum terkait dengan masalah korupsi telah
dimunculkan, setidaknya antara tahun 1999-2005 antara lain, Kepres No.127 tahun 1999
tentang pembentukan komisi KPKN dan sekretariat Jenderal komisi pemeriksaan
kekayaan penyelenggara negara, Kepres No.81 tahun 1999 tentang pembentukan KPKPN,
Tap MPR No.XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
KKN, PP No. 65 tahun 1999 tentang tata cara pemeriksaan kekayaan penyelenggara
negara, PP No. 97 tahun 1999 tentang tata cara pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
tugas dan wewenang komisi pemeriksa, PP No.68 tahun 1999 Tentang tata cara
pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara, PP No.19 tahun
2000 tentang tim gabungan pemberantasan tindak pidana korupsi, Kepres No.73 tahun
2003 tentang pembentukan panitia seleksi calon pimpinan komisi pemberantasan tindak
pidana korupsi, Inpres No.5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan tindak pidana
korupsi, Kepres No.45 tahun 2004 tentang pengalihan organisasi, administrasi dan
finansial sekjen KPKPN ke-komisi pemberantasan tindak pidana korupsi,
1
2
Kepres No.59 tahun 2004 tentang pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, serta Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2005
tentang percepatan pemberantasan korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2. Era Pasca Kemerdekaan
3
Bagaimana sejarah “budaya korupsi” khususnya bisa dijelaskan?
Sebenarnya “Budaya korupsi” yang sudah mendarah daging sejak awal sejarah
Indonesia dimulai seperti telah diuraikan di muka, rupanya kambuh lagi di Era
Pasca Kemerdekaan Indonesia, baik di Era Orde Lama maupun di Era Orde Baru.
Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya adalah masyarakat masih
belum melihat kesungguhan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi.
Ibarat penyakit, sebenarnya sudah ditemukan penyebabnya, namun obat mujarab
untuk penyembuhan belum bisa ditemukan.
Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah
diharuskan mengisi formulir yang disediakan – istilah sekarang : daftar kekayaan
pejabat negara. Dalam perkembangannya kemudian ternyata kewajiban
pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para pejabat. Mereka
berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung kepada
Presiden.
6
2.1.4. Era Reformasi
Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya “korupsi” lebih banyak dilakukan
oleh kalangan elit pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir seluruh
elemen penyelenggara negara sudah terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat
ganas. Di era pemerintahan Orde Baru, korupsi sudah membudaya sekali,
kebenarannya tidak terbantahkan. Orde Baru yang bertujuan meluruskan dan
melakukan koreksi total terhadap ORLA serta melaksanakan Pancasila dan DUD
1945 secara murni dan konsekwen, namun yang terjadi justru Orde Baru lama-
lama rnenjadi Orde Lama juga dan Pancasila maupun UUD 1945 belum pernah
diamalkan secara murni, kecuali secara “konkesuen” alias “kelamaan”.
Kemudian, Presiden BJ Habibie pernah mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut
pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau
lembaga Ombudsman, Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid membentuk
Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman
dan dipimpin Hakim Agung Andi Andojo, Namun di tengah semangat menggebu-
gebu untuk rnemberantas korupsi dari anggota tim, melalui suatu judicial review
Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami
kemunduran dalam upaya. pemberantasan KKN.
Di dalam Undang-Undang Tidak Pidana Korupsi terdapat 3 istilah hukum yang perlu
diperjelas, yaitu istilah tindak pidana korupsi, keuangan negara dan perekonomian
negara.
2.4.1 Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering
berubah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
2.4.2 Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada
kepenting-an umum.
2.4.3 Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-
lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
2.4.4 Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta
dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
2.4.5 Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa
kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada
kelompok masyarakat besar (rakyat).
2.4.6 Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor
di bidangpolitik dan ekonomi-bisnis.
2.4.7 Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya
ja-batan dan hirarki politik kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Korupsi di Indonesia telah ada sejak awal kemerdekaan masa pemerintahan Ir.
Soekarno, terutama masa demokrasi liberal dan mengalami puncaknya pada masa
demokrasi terpimpin yang mengakibatkan lengsernya Ir. Soekarno sebagai presiden dan
digantikan oleh Soeharto.
Bahkan korupsi semakin menjadi momok pada pemegang kekuasaan karena tidak
tanggung-tanggung tiga nama presiden sekaligus diturunkan karena tidak sanggup
memberantas dan menguak kasus korupsi yang merugikan Negara ini.
Yang jadi masalah adalah penuntasan korupsi yang tidak tuntas dan berbelit-belit ini
jika tidak diselesaikan akan mengakibatkan kesenjangan sosial dan kerugian Negara yang
sangat besar.
Yang membuat korupsi sulit dihilangkan menurut Anzar Abdullah adalah :
Budaya upeti, suap atau menyogok yang sudah mendarah daging di Indonesia dan
telah terlaksana secara turun temurun yang sulit dihilangkan.
Penghasilan atau gaji seorang pegawai negeri yang pas-pasan dan kebutuhan
keluarga yang sangat banyak mengakibatkan korupsi menjadi alternative
pemenuhan kebutuhan yang sangat popular bagi para pegawai negeri yang
memegang jabatan.
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis memberikan saran, agar dapat mendalami dan
memahami lagi dalam Materi Pendidikan Anti Korupsi tentang “Perkembangan
Pengaturan Tindak Pidana Korupsi dalam Dinamika Hukum Pidana Indonesia”
DAFTAR10
PUSTAKA
Undang-Undang tenteng Tindak Pidana Korupsi, UU No. 31 tahun 1999. Jo. UU
No. 20 tahun 2001.