Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum 1 Dasar Genetika Ternak

(KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA


TELUR, KAMBING DAN SAPI)

Oleh

NAMA : Siti Rahmawati


NIM : L1A19024
KELAS :A
KELOMPOK :3
AST PEMBIMBING : Mochammad Yahdiman Madjid
ANGGOTA :
1. Sherina (19023)
2. Wa Ode Khairun N. (19025)
3. Abdul Hajar M. (19027)
4. Achmad F.F.S. (19029)
5. Ade Irwan (19030)
6. Ahmad Sahidin (19031)
7. Ahmat Khosiin (19032)
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN KONSULTASI

No
Hari/tanggal Materi konsultasi Paraf
.

Kendari, Novembver 2020


Menyetujui
Asisten Praktikum

Moch. Yahdiman Madjid


Nim. L1A118024
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Genetika merupakan ilmu dasar dalam Biologi yang dipelajari pada


banyak bidang dsiplin keilmuan lain seperti Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
Kedokteran, Kimia dan juga dipelajari dalam ilmu sosial seperti Psikologi,
hukum serta bidang-bidang disiplin ilmu lainnya yang terkait. Genetika
merupakan salah satu disiplin dalam Biologi yang perekembangannya sangat
pesat sehingga dapat dikelompokkan sebagai genetika Klasik Mendel dan
genetika molekul. Genetika pada awalnya mempelajari bagaimana diturunkannya
sifat makhluk hidup dari satu generasi ke generasi lainnya. Sejarah perkembangan
genetika dapat kita pelajari mulai dari konsep dasar sel, penemuan Mendel, hingga
perkembangan penemuan materi genetik dan genetka molekul, serta aplikasinya
pada teknologi DNA yang sudah sangat popular pada abad Bioteknologi sekarang
ini.
Ada berbagai jenis hewan yang dapat diternak sekaligus dapat kita pelajari
sifat genetiknya mulai dari ternak ruminansia maupun ternak non ruminansia.
Ternak ruminansia merupakan ternak yang memiliki 4 lambung yaitu rumen,
retikulum omasum dan abomasum contohnya sapid an kambing, sedangkan ternak
non ruminansia merupakann ternak yang hanya memiliki satu lambung saja
seperti ayam. Ternak ruminansia seperti sapid an kambing dibedakan lagi menjadi
tipe berdasarkan produktifitasnya seperti tipe perh, tipe pedaging, dan tipe
dwiguna. Pembagian tipe ini ini juga berlaku pada ternak non ruminansia seperti
ayam, yaitu tipe petelur, pedaging dan tipe hias. Semua tipe ini ini tidak terlepas
dari peran gen yang ada pada masing-masing ternak. Berdasarkan penjelasan
diatas maka perlunya kita melakukan pengamatan terhadap sifat kualitatif dan
kuantitatif pada ternak.

Kuantitatif diartikan sebagai masalah yang diteliti lebih umum memiliki


wilayah yang luas tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif lebih
sistematis, terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian. sifat
kuantitatif sangat berhubngan dengan faktor produksi dan tidak nampak oleh mata
telanjang tetapi dapat dinyatakan dalam bentuk angka maupun grafik. Misalnya
pertumbuhan bobot telur, panjang telur, lebar telur, tinggi yolk dan lain-lain

Kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang


berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia maupun binatang. Pada pendekatan ini, prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
yang diamati dan perilaku yang diamati. Berdasarkan genetisnya sifat kualitatif
ditentukan oleh banyak gen. dalam definisi lain sifat kualitatif ditentukan oleh
banyak gen. sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh hanya sepasang gen.
Ribuan sifat-sifat kualitatif yang telah dipelajari pada hean-hewan peternakan.
Banyak diantaranya yang ternyata diatur satu atu pasangan gen yang meliputi
tekstur pada warna kulit dan bobotnya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan praktikum


mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif pada telur, kambing dan sapi.

1.2. Tujuan

Tujuan dalam praktikum sifat kuantitatif dan kualitatif pada telur, kambing
dan sapi adalah sebagai beriku:

1. Untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif telur ayam


2. Untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif kambing
3. Untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif sapi
1.3 Manfaat

Manfaat dalam praktikum sifat kuantitatif dan kualitatif pada telur,


kambing dan sapi adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengethaui sifat kualitatif dan kuantitatif telur ayam


2. Dapat mengetahui sifat kualitatiif dan kuantitatif kambing
3. Dapat mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif sapi

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Kambing merupakan salah satu ternak yang sering dipelihara oleh


masyarakat Indonesia dan memberikan peran cukup besar bagi pendapatan
masyarakat utamanya peternak kecil. Ternak kambing dimanfaatkan sebagai usaha
sampingan atau dapat dijadikan sebagai tabungan karena pemeliharaan dan
pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran, maupun kulitnya) maupun
ternak hidup relative mudah.

Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi
karena menunjang zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
seperti protein dengan asam amino yang lebih lengkap, lemak, vitamin, mineral
serta memiliki daya cerna yang tinggi. kandungan nutrisi dalam ransum, berat
tubuh ayam, dan waktu telur. Kekurangan protein, kalsium, vitamin D dan garam
besi menyebabkan turunnya berat telur (Mariandayani, 2012).

Sapi merupakan salah satu sumber kekayaan dan potensi sumber daya
genetic Indonesia menggemukan bahwa sapi asli Indonesia memiliki keunggulan
terhadap adaptasi lingkungan dan iklim tropic. Ternak ini sangat cocok untuk
dipelihara dan dikembangkan di Indonesia (Syaiful, 2020).

2.2 Sifat Kualitatif dan kuantitatif kambing


Sifat kulitatif merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau
dideskripsikan secara langsung, dan individu-individu dapat diklasifikasikan ke
dalam satu, dua kelompok atau lebih, seperti warna bulu, bentuk tanduk dan
bentuk telinga, sedangkan sifat kuantitatif merupakan sifat yang tidak dapat
dikelompokkan secara langsung melainkan harus dilakukan dengan cara
penimbangan dan pengukuran pada tubuh ternak, seperti bobot badan. Bobot
badan ternak kambing dapat diketahui dengan penimbangan menggunakan alat
timbangan bobot badan. Selain itu, bobot badan tersebut dapat diestimasi dengan
mengukur bagian-bagiam tubuh tertentu dari ternak tersebut. Bagian tubuh ternak
yang sering digunakan untuk mengestimasi bobot badan adalah panjang badan,
lingkar dada, dalam dada dan tinggi pundak dengan menggunakan pita ukur
(Wahyuni dkk., 2016)

2.3 Sifat Kualitatif dan kuantitaif telur

Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberap standar
yang menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Kualitas eksternal
difokuskan padakebersihan kult, bentuk, warna kulita, tekstur permukaan kulitas
dan keutuhan telur. Kualitas telur internal mengacu pada putih telur (albumen).
Kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara,bentuk kuning telur dan kekuatan
kuning telur (Dirgahayu dkk., 2011).

Bobot telur tidak terlepas dari pengaruh bobot kuning telur. Prsentase
kuning telur 0,3%-32% daei bobot telur. Bobot kuning telur dipengaruhi oleh
perkembangan ovarium. Ovarium merupakan tempat resep kuning telur. Apabila
pembetukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil (Tugiyani dkk.,
2013).

2.4 Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Sapi

Sifat-sifat fenotip kualitatif yang diamati yaitu warna pola warna tubuh,
bentuk pertumbuhan tanduk, garis muka dan punggung sapi yang dikelompokkan
menurut lokasi, umur dan jenis kelamin. Pengamatan bentuk tanduk dengan cara
mengamati arah pertubuhannya berawal dari kepala sampai ujung tanduk. Setiap
individu dicatat arah pertumbuhannya dan dibuat sketsa dari pertumbuhan tanduk
tersebut ( Abdullah dkk., 2016).

Data morfologi sapi merupakan salah satu bagian sifat kuantitatif yang
penting untuk diketahui baik dalam upaya pengembangan sapi simental hasil
persilangan di Sumatera Barat maupun sebgai syarat untuk dapat melpas sapi
simental hasil persilangan di Sumatera Barat sebagai galur baru. Profil morfologi
berupa ukuran tubuh sapi selain bermanfaat dalam melengkapi kebutuhan data
morfologi juga dapat dimanfaatkan untuk pendugaan jarak genetic ( Utomo et al
dkk., 2010).

III METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum sifat kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan pada hari selasa 10


November 2020 bertempat di daerah masing-masing.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan daam praktikum pengamatan sifat kualitatif dan


kuantitatif telur, kambing, dan sapi dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Nama Alat Kegunaan
1 Pita meter Untuk mengukur tubuh ternak
2 Timbangan Analitik Untuk menimbang telur
3 Jangka sorong Untuk mengkur panjang dan diameter telur
4 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
5 Camera/ Hp Untuk dokumentasi

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan sifat kualitatif dan
kuantitatif telur, kambing, dan sapi dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan

No Nama Bahan Kegunaan


1 Telur ayam buras Sebagai bahan pengamatan
2 Kmbing Sebagai bahan pengamatan
3 Sapi Sebagai bahan pengamatan

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum dasar genetika ternak


adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengamati sifat kualitatif dan kuantitatif telur
3. Mengamati sifat kualitatif dan kuantitatif kambing
4. Mengamati sifat kualitatifdan kuantitatif sapi
5. Mencatat hasil pengamatan
6. Membuat laporan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Kualitatif dan Kuantitatf Telur

Hasil pengamatan Praktikum Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif


Telur dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Sifat Kualitatif Pada Telur

Sifat Kulitatif Hasil


Warna Coklat
Telur 1 Tekstur Halus
Bentuk Oval
Warna Coklat
Telur 2 Tekstur Halus
Bentuk Oval

Warna Cokl
Telur 3 Tekstur Halus
Bentuk Oval
Warna Krem
Telur 4 Tekstur Halus
Bentuk Oval
Warna Krem
Telur 5 Tekstur Halus
Bentuk Oval

Berdasarkan hasil pengamatan diatas kita dapatkan tekstur dari masing-


masing telur yakni halus, bentuk telur oval dan terdapat dua warna telur yakni
coklat dan krem.

Warna telur bervariasi tergantung dari bibit dan strain ayam yang
dipelihara. Umumnya, telur ayam berwarna putih, krem dan coklat. Warna telur
disebabkan proses pigmentasi ketika telur berada di uterus. Pigmen tersebut
disimpan didalam kerabang telur ( Fadilah dkk.,2013).

Bentuk telur dipengaruhi oleh bibit, strain, umur, faktor lingkungan,


pakan, air dan tingkat kesehatan ayam. Namun secara umum telur memiliki
bentuk bulat, lonjong dan oval. Selain faktor diatas ada beberapa faktor yang
mempengaruhi bentuk telur yaitu besaarya tekanan otot oviduct ketika menekan
keluar, volum putih telur dan ukuran isthimus, keseragaman ukuran tubuh bibit
ayam, siklus berteleur dan keterlambatan bertelur (Fadilah dkk.,2013).

Tabel 4. Sifat Kuantitatif pada telur

Sifat Kuantitatif Hasil


  Panjang  5,39 cm
Telur 1 Lebar  4,49 cm
  Bobot  60 gr
  Indeks  1,35 mm
  Panjang  5,43 cm
Telur 2 Lebar  4,34 cm
  Bobot  55 gr
  Indeks  1,24 mm
  Panjang  5,2 cm
Telur 3 Lebar  4,19 cm
  Bobot  50 gr
  Indeks  11,24 mm
  Panjang  5,43 cm
Telur 4 Lebar  4,39 cm
  Bobot  57 gr
  Indeks  1,33 mm
  Panjang  5,79 cm
Telur 5 Lebar  4,46 cm
  Bobot  63 gr
  Indeks  1,35 cm

Berdasarkan pengamatan praktikum yang telah dilakukan pada tabel 4


diatas diperoleh hasil bobot dari setiap telur berbeda-beda. Panjang telur pertama
5,39 cm, lebar 4,49 cm, bobot 60 gr dan indeks 1,35 mm. Telur kedua memiliki
panjang 5,34 cm, lebar 4,34 cm, bobot 55 gr dan indeks 1,29 mm. Hal ini sesuai
dengan penelitian Dermawan (2010) menyatakan bahwa indeks telur diperoleh
dari perbandingan lebar telur dan panjang telur 70% - 79%. Telur ketiga
didapatkan panjang 5,2 cm, lebar 4,19, bobot 50 gr dan indeks sebesar 1,24. Pada
telur keempat memiliki panjang 5,43 cm, lebar 4,39 cm, bobot 57 gr dan indeks
1,33 mm. Pada telur kelima didaptkan panjang 5,79 cm, lebar 4,46, bobot 63 gr
dan indeks sebesar 1,35 mm.

4.2. Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Sapi

Hasil pengamatan Praktikum Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif


Sapi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Sifat Kualitatif Sapi

Sifat Kualitatif Hasil


Sapi 1 Warna bulu Hitam
Garis punggung Sedang
Warna moncong Hitam
Warna kaus kaki Putih batas tidak tegas
Warna cermin pantat Putih batas tegas
Sapi 2 Warna bulu Hitam
Garis punggung Sedang
Warna moncong Hitam
Warna kaus kaki Putih batas tidak tegas
Warna cermin pantat Putih batas tegas
Sapi 3 Warna bulu Hitam
Garis punggung Sedang
Warna moncong Hitam
Warna kaus kaki Putih batas tidak tegas
Warna cermin pantat Putih batas tegas
Sapi 4 Warna bulu Hitam
Garis punggung Sedang
Warna moncong Hitam
Warna kaus kaki Putih batas tidak tegas
Warna cermin pantat Putih batas tegas
Sapi 5 Warna bulu Hitam
Garis punggung Sedang
Warna moncong Hitam
Warna kaus kaki Putih batas tidak tegas
Warna cermin pantat Putih batas tegas
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan didapatkan warna bulu
pada sapi bali jantan dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Martojo (2012)
yang menyatakan bahwa warna bulu sapi jantan pada sapi bali berwarna coklat
kemerahan dan menjadi hitam pada umur 12-18 bulan dan menjadi semakin hitam
disaat dewasa tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan kami pada garis punggung
sapi kami temukan garis punggung yang sedang. Pengamatan pada kaos kaki sapi
kami temukan warna putih dengan batas tidak tegas. Hal ini sesuai dengan
penelitian Fikar (2010) yang mengatakan ciri khas sapi bali diantaranya rambut
berwarna merah keemasan pada jantan akan menjadi hitam setelah dewasa, dari
lutut ketangkai bawah putih seperti memakai kaus kaki. Pengamatan pada warna
cermin pantat kami temukan warna putih batas tega, hal ini sesuai dengan
pengamatan dari Santi (2012) menyatakan bahawa warna cermin pantat pada sapi
Bali bertanduk jantan dominan memiliki kriteria warna putih dan batas tegas.

Tabel 6. Sifat Kuantitaif Sapi

Sifat Kuantitatif Hasil


Sapi 1 Lingkar dada 160 cm
Panjang badan 120 cm
Tinggi pundak 120 cm
Sapi 2 Lingkar dada 150 cm
Panjang badan 124 cm
Tinggi pundak 120 cm
Sapi 3 Lingkar dada 145cm
Panjang badan 135 cm
Tinggi pundak 126 cm
Sapi 4 Lingkar dada 150 cm
Panjang badan 120 cm
Tinggi pundak 155 cm
Sapi 5 Lingkar dada 151 cm
Panjang badan 120 cm
Tinggi pundak 140 cm

Berdasarkan hasil pengamatan kami ditemukan sifat kuantitatif dari setiap


sapi berbeda-beda, hal ini sesuai dengan pengamatan dari Misrianti (2012)
menyatakan bahwaa sifat-sifat ternak dipengruhi oleh fakor genetik, lingkungan
dan interakasi antar faktor genetic dan linngkungan hal inilah yang menyebabkan
produktivitas ternak bervariasi. Sapi pertama ditemukan lingkar dada 150 cm,
panjang badan 120 cm dan tinggi pundak 120 cm. Lingkar dada 150 cm, panjang
badan 124 cm, dan tinggi pundak sapi kedua sebesar 120cm. Pada sapi ketiga
ditemukan lingkar dada 145 cm, panjang badan 135 cm dan tingggi pundak 126
cm. Sapi keempat ditemukan lingkar dada sebesar 150 cm, panjang badan 120 cm,
tinggi pundak 155 cm. pada sapi kelima ditemukan lingkar dada 151 cm, panjang
badan 120 cm, tinggi pundak 140 cm.

4.3. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kambing

Hasil pengamatan Praktikum Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif


Kambing dapat dilihat pada tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Sifat Kuantitatif Kambing

Sifat Kuantitatif Hasil


Lingkar dada 80cm
Kambing 1 Panjang badan 83 cm
Tinggi pundak 83 cm
Lingkar dada 79 cm
Panjang badan 60 cm
Kambing 2
Tinggi pundak 60 cm
Lingkar dada 69 cm
Panjang badan 61 cm
Tinggi pundak 59 cm
Kambing 3
Lingkar dada 55 cm
Panjang badan 40 cm
Kambing 4
Tinggi pundak 39 cm
Lingkar dada 75 cm
Panjang badan 80 cm
Kambing 5
Tinggi pundak 79 cm

Berdasarkan pengamatan sifat kuantitatifkambing Peranakan Etawa (PE)


ddiperoleh data pada lingkar dada 80 cm, panjang badan 83 cm, tinggi pundak
kambing PE sebesar 83 cm. Pada kambing kedua lingkar dadanya 79 cm,
panjang badan 60 cm, tinggi pundak 60 cm. Kambing ketiga memiliki lingkar
dada sebesar 69 cm, panjang badan 61 cm, dan tinggi pundak 59 cm. Pada
kambing keempat diperoleh lingkar dada sebesar 55 cm, panjang badan 40 cm,
tinggi pundak 39 cm. Pada kambing kelima diperoleh lingkar dada 75 cm, panjang
badan 80 cm, dan tinggi pundak 79 cm. Hasil ini sesusai dengan penagamatan
Soewarto(2020).

Tabel 8. Sifat Kualitatif Kambing

Sifat Kualitatif Hasil


Pola warna bulu Putih Coklat
Kambing 1 Bentuk tanduk Panjang Meruncing Keatas
Bentuk telinga Panjang
Bentuk garis punggung Cekung
Pola warna bulu Putih Coklat
Bentuk tanduk Panjang Meruncing
Kambing 2
Bentuk telinga Panjang
Bentuk garis punggung Cekung
Pola warna bulu Putih Coklat
Bentuk tanduk Panjang Meruncing Keatas
Kambing 3
Bentuk telinga Panjang
Bentuk garis punggung Cekung
Pola warna bulu Putih Coklat
Bentuk tanduk Panjang Meruncing Keatas
Kambing 4
Bentuk telinga Panjang
Bentuk garis punggung Cekung
Kambing 5 Pola warna bulu Putih Coklat
Bentuk tanduk Panjang Meruncing Keatas
Bentuk telinga Panjang
Bentuk garis punggung Cekung

Berdasarkan hasil pengamatan sifat kualitatif diperoleh dari kambing


pertama sampai kambing kelima memiliki sifat kualitatif yang sama yaitu warna
bulu putih coklat (dominan coklat). Hasil ini sesusai dengan hasil pengamatan dari
Wasiati (2018) menyatakan warna bulu bervariasi dari krem sampai hitam, bulu
pada bagian paha belakang, leher dan pundak lebih tebal dan lebih panjang
daripada bagian lainnya, warna putih dengan belang hitam atau belang coklat
cukup dominan. Bentuk tanduk panjang meruncing keatas. Bentuk telinga pada
kambing Peranakan Etawa yaitu panjang, hasil pengamatan ini sesuai dengan
penelitian Surya (2017) menyatakan kambing PE di kabupaten malang memiliki
pola warna puth, ptofil muka cembung, bentuk telinga panjang melipat dan
bertanduk panjang. Bentuk garis puggung pada kambing Peranakan Etawa yaitu
cekung.
V. PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1. Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberap standar
yang menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Kualitas eksternal
difokuskan pada kebersihan kulit, bentuk, warna kulit, tekstur permukaan
kulitas dan keutuhan telur. Kualitas telur internal mengacu pada putih telur
(albumen). Kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara,bentuk kuning
telur dan kekuatan kuning telur.
2. Sifat kulitatif merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau
dideskripsikan secara langsung, dan individu-individu dapat
diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih, seperti warna
bulu, bentuk tanduk dan bentuk telinga, sedangkan sifat kuantitatif
merupakan sifat yang tidak dapat dikelompokkan secara langsung
melainkan harus dilakukan dengan cara penimbangan dan pengukuran
pada tubuh ternak, seperti bobot badan. Bobot badan ternak kambing dapat
diketahui dengan penimbangan menggunakan alat timbangan bobot badan.
Selain itu, bobot badan tersebut dapat diestimasi dengan mengukur bagian-
bagiam tubuh tertentu dari ternak tersebut. Bagian tubuh ternak yang
sering digunakan untuk mengestimasi bobot badan adalah panjang badan,
lingkar dada, dalam dada dan tinggi pundak dengan menggunakan pita
ukur.
3. Sifat-sifat fenotip kualitatif sapi yang diamati yaitu warna pola warna
tubuh, bentuk pertumbuhan tanduk, garis muka dan punggung sapi yang
dikelompokkan menurut lokasi, umur dan jenis kelamin. Pengamatan
bentuk tanduk dengan cara mengamati arah pertubuhannya berawal dari
kepala sampai ujung tanduk. Setiap individu dicatat arah pertumbuhannya
dan dibuat sketsa dari pertumbuhan tanduk tersebut. sedangkan sifat
kuantitatif pada sapi yaitu lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
1.2. Saran

Saran untuk asisten yaitu diharapkan untuk lebih menjelaskan lebih detail
lagi mengenai alat-alat yang digunakan dalam praktikum Genetika Dasar
Ternak dan jumlah bahan yang diamati, serta diharapkan agar lebih sabar
dalam menghadapi praktikan.
Saran untuk praktikan yaitu diharapkan agar saling membantu dalam
pembuatan laporan agar dalam penyusunan laporan berjalan dengan baik dan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. A. (2016). Keragaman fenotipik Sapi Aceh Di Nangroe Aceh


Darusalam. J. Peternakan Ilmu Peternakan. Vol. 28(2).

Dermawan, R. (2010). Penurunan Kualitias Telur Ayam Ras Dengan Intensitas


Warna Coklat Kerabang Berbeda Dengan Selama Penyimpanan. J.
Teknologi Hasil Ternak , Vol. 2(1) : 12-18.

Dirgahayu, F. I. (2016). Perbandingan kualitas Eksternak Telur Ayam Ras Strain


Brown dan Lohman Brown. J.Ilmiah Peternakan Terpadu, Vol. 4 (1): 15-
19.

Kadarsih, S. (2012). Peranan Ukuran Tubuh Terhadap Bobot Badan Sapi Bali Di
Provinsi Bengkulu. J. Penelitian UNIB, Vol. 9(1) : 23-25.

Komariah, U. d. (2010). Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan Bobot


Badan Sapi bali Betina pada Berbagai kelompok Umur. Animal
Agriculture Journal. Vol. 1(1).

Misrianti, R. R. (2012). Keragaman Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Sapi Kuantan


Pada Berbagai Tingkatan Umur Di Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan
Singingi Provinsi Riau. J. Peternakan. , Vol. 15(2): 55-61.

Soekarto, P. E. (2020). Teknologi Hasil Ternak. Bogor: Anggota IKAPI.

Syaiful, F. d. (2020). Indentifikasi Ukuran Tubuh Sapi Bali Dan Simbal (Simental-
Bali) di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pesaman Barat. J. Sains
Peternakan Indonesia, Vol.15(2) :223-226.

Tugayanti, E. d. (2013). Kualitas eksternal Telur ayam Petelur Yang Mendapat


Ransum Dengan Penambahan tepung Ikan fermentasi Menggunakan Isolat
Produser Anthistamin. J. Peternakan, Vol. 3(4): 50-78.

Wasiati, H. d. (2018). Peternakan kambing Peranakan etawa Di Kabupaten Bantul.


J. ABDIMS Unmer Malang, Vol. 3(1) : 8-7.

Link Youtube: https://youtu.be/0yo2GA8LLaM

Anda mungkin juga menyukai