Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRODUKSI TERNAK PERAH


‘’ FUNGSI PERKANDANGAN PADA SAPI PERAH ‘’

DISUSUN OLEH

MELINDA OKTAVIANI MANALIP

HERLINA SARAPUNG
GLISERIO KUMOLONTANG
RIO MAMONTO

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan sapi perah di Indonesia masih perlu ditingkatkan ,


mengingat kebutuhan protein hewani dari susu masih belum
terpenuhi permintaan pasar. Bangsa sapi perah yang bisa diusahakan antara lain
Friesian Holstein, Yersey, Ayrshire, Brown swiss, Guersey, dll. Usaha peternakan
sapi perah di Indonesia merupakan usaha utama atau sampingan dengan skala
usaha sekitar 3-5 ekor yang menggunakan teknologi sederhana, pemeliharaannya
didaerah dataran rendah cenderung dataran tinggi didaerah pertanian produktif dan
berpotensi untuk mengusakan sapi perah.

Sapi FH yang mempunyai charakter produktif terhadap


hasil susu menggunakan menejemen yang baik dengan lingkungan yang baik
mencapai 7500 -10 000 kg susu per laktasi. Sapi ini dapat dipelihara baik di tropis
atau sub tropis.

Meskipun kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim tropis lebih


sederhana bila dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga
di negara tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam
hari, panas terik sinar matahari, dan hujan lebat juga mempermudah pemeliharaan.
Bangunan yang sederhana cukup dibangun kandang pedet, sapi dara dan sapi
dewasa untuk menjaga ternak dari binatang predator.

Kompetensi merancang kandang pada akhir-akhir ini sangat dibutuhkan bagi


para petugas dinas peternakan untuk mengembangkan/ membina peternak
diwilayah binaannya dalam meningkatkan usaha sapi perah yang lebih praktis dan
effisien secara menejemen, namun memenuhi kebutuhan kesejahteraan/
keleluasaan ternak untuk berproduksi dan dapat hidup secara produktif lebih
lama. Kandang sapi perah dapat dibangun dalam skala kecil di daerah tropis
dengan pertanian intensif, system pemerahan yang berkesinambungan dan
persediaan pakan ternak untuk mencukupi produksi susu dan pokok hidup sapi.
Pemeliharaan sapi perah secara umum dapat dipelihara secara ektensif yaitu
dengan dipelihara pada padang rumput yang baik dan cukup menghidupi ternak
secara produktif, secara intesif didalam kandang yang cukup leluasa dan
pemeliharaan secara kombinasi yaitu menggunakan gabungan padang rumput
p;ada waktu siang hari, sedangkan malam hari sapi dipelihara didalam kandang.
Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggalnya ternak yang bertujuan
untuk melindungi dari berbagai gangguan.Disamping melindungi dari gangguan,
yang datang dari luar dan tentu saja merugikan seperti hujan, angin, terik matahari,
binatang buas dan lain-lain, kandang juga dibutuhkan untuk memudahkan peternak
dalam melakukan pengelolaan ternaknya. Kandang yang baik harus memberikan
kenyamanan pada ternaknya. Dengan kenyamanan, akan membuat ternak dapat
mencapai produksi yang optimal. Kandang sapi perah rakyat di perdesaan
umumnya menggunakan bangunan yang sudah ada. Misalnya bekas dapur atau
bangunan lain yang sudah tidak lagi digunakan. Hal ini tentu saja dengan kondisi
seadanya sehingga baik lokasi, arah maupun kebersihan kandang tidak memenuhi
persyaratan. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung
dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran.Sedangkan kandang yang bertipe ganda,
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling
bertolak belakang.Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkandangan
Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang
diperuntukkan sebagai sentra kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas
bangunan utama (kandang), bangunan penunjang (kantor, gudang pakan, kandang
isolasi) dan perlengkapan lainnya (Sugeng, 1998).Menurut Siregar (1993) dalam
pembuatan kandang sapi perah diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat
ventilasi, memberikan kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi
kemudahan bagi pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya. Sistem
perkandangan ada dua tipe yaitu stanchion barn dan loose house. Stanchion barn
yaitu sistem perkandangan dimana hewan diikat sehingga gerakannya terbatas
sedangkan loose house yaitu sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan
bergerak dengan batas – batas tertentu (Davis, 1962).
Perkandangan merupakan kompleks tempat tinggal ternak dan pengelola
yang digunakan untuk melakukan kegiatan proses produksi dari sebagian atau
seluruh kehidupannya dengan segala fasilitas dan peralatannya. Kandang adalah
tempat tinggal ternak untuk melakukan kegiatan produksi maupun reproduksi dari
sebagian atau seluruh kehidupannya ( Sudarmono, 1993 ). Pembuatan kandang
sapi perah diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat ventilasi, memberikan
kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi kemudahan bagi pekerja
kandang dalam melakukan pekerjaannya (Siregar, 1990).

Kandang didirikan untuk melindungi ternak dari hujan dan sengatan sinar
matahari yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatannya.
Keseimbangan energi dari hewan sangat dipengaruhi oleh suhu pertukaran di
dalam kandang, kelembaban, makanan, kebasahan, kelembaban lantai kandang dan
ketebalan kulit dari hewan itu sendiri (Sudarmono, 1993).

Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, mudah terjangkau, tidak
membahayakan ternak, tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk. Lokasi
usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan kota
dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan sapi perah
(Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Ditambahkan, hal-hal lain yang perlu
diperhatikan pada kandang sapi perah adalah lantai, selokan, dinding, atap,
ventilasi serta tempat pakan dan minum.Lokasi kandang sebaiknya berada pada
tanah yang datar, tidak becek dan lembab, cukup sinar matahari, ventilasi lancar,
agak jauh dari pemukiman penduduk dan ukurannya sesuai dengan umur ternak
(Setiadi, 1982).

Menurut Siregar (1993), sebaiknya kandang 20-30 cm lebih tinggi dari tanah
sekitarnya, jauh dari keramaian lalu lintas, manusia dan kendaraan. Kandang harus
dibangun dekat sumber air, sebab sapi perah memerlukan air untuk minum,
pembersihan lantai dan memandikan sapi.Kandang sebaiknya diarahkan ke timur
atau membujur ke utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar
matahari pagi yang memadai.Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan lantai
kandang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit (Siregar, 1993).

2.2 Kontruksi Kandang


Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai
sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan
mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya.
Konstruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang
kuat dari ternak, serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Mendesain
konstruksi kandang harus didasarkan agroekosistem silayah setempat, tujuan
pemeliharaan dan status fisiologi ternak. Tipe dan bentuk kandang dibedakan
menjadi berdasarkan status fisiologis ternak. Tipe dan Bentuk kandang dibedakan
berdasarkan status fisiologis dan pola pemeliharaan dibedakan yaitu kandang
pembibitan, pembesaran, kandang beranak/ menyusui, kandang pejantan
(Williamson dan Payne, 1993). Atap kandang bisa berupa genting atau
asbes.Ketinggian atap setinggi 5 meter agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
Dinding kandang berupa semen setinggi 1,5 meter sedangkan bagian atasnya
terbuka. Fungsinya untuk mencegah terpaan angin langsung mengenai sapi.
Sedangkan alas berupa tanah yang dilapisi semen agar mudah dalam
membersihkannya (Syarief dan Harianto, 2011).
Bahan yang digunakan untuk pembuatan atap antara lain asbes, rumbai,
genting dan seng. Keuntungan rumbai dan genting adalah kandang tidak terlalu
panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari.Atap genting dan
rumbai memiliki kelemahan yaitu mudah rusak akibat serangan angin yang besar,
oleh karena itu perlu adanya pengikatan yang kuat pada pembuatan atap.Tetapi bila
menggunakan seng sebaiknya dicat putih pada bagian luarnya dan hitam pada
bagian luarnya agar siang hari tidak terlalu panas (Williamson dan Payne,
1983).Siregar (1993) menyatakan bahwa kemiringan atap dari genting 30–450,
asbes 15–200, welit (daun tebu dan sebagainya) 25–300. Tinggi atap dari genting
4,5 m untuk dataran rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi. Tinggi
plafon emperan berkisar antara 1,75–2,20 m dengan lebar emperan sekitar 1 m.

Lantai kandang dapat dibuat agak miring, dari bahan beton dengan perbandingan 1
bagian semen 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil, atau tanah biasa (Williamson dan
Payne, 1993). Menurut Sudarmono (1993), lantai kandang sebaiknya dibuat dari
bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat menjaga kebersihan dan
kesehatan kandang. Kebersihan kandang sangat diperlukan karena akan
mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang terlalu keras dapat ditutup dengan
jerami agar menjadi tidak begitu keras. Lebih tegas Siregar (1993) menyebutkan
bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan
miring dengan kemiringan kurang lebih 20

Bagian kandang yang penting adalah tempat pakan dan minum. Hendaknya
tempat tersebut dibuat sekuat mungkin dan mudah dibersihkan (Ensminger,1991).
Tempat pakan dapat dibuat memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi
dapat mengambil pakan yang disediakan.Tempat pakan dapat dibuat dengan
kedalaman sekitar 50 cm, dengan luas tempat pakan sekitar 1 m2. Tempat minum
dapat diletakkan pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara
digantung dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai dengan tujuan untuk
menghindari kontaminasi dari makanan dan desakan sapi (Sudarmono, 1993).

Selokan atau drainase lebarnya minimal 30–40 cm. Kedalaman selokan atau
drainase 20–25 cm (Siregar, 1993).Muljana (1985) menyatakan agar air pembersih
kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju bak
penampungan, maka lantai bagian belakang dan disekeliling kandang harus
dilengkapi selokan.Selokan dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm yang
dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan kotoran yang cair, air minum
maupun air untuk memandikan sapi. Blakely dan Bade (1998) mengatakan bahwa
selokan harus cukup lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar
dengan cepat.

2.3 Tipe Kandang Sapi Perah


Kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan
yang merugikan dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh kenyamanan.
Kandang sapi salah satunya dapat kandang barak.Luas kandang barak
diperhitungkan tidak lebih kurang dari 2 m per ekor (Santoso, 2001).Hampir
selama hidupnya sapi perah berada dalam kandang. Hanya kadang- kadang saja
sapi perah dibawa keluar kandang bahkan sapi perah di Indonesia pada umumnya
jarang dikeluarkan dari dalam kandang. Oleh karena itu kandang bagi sapi perah
tidak hanya bersifat sebagai tinggal saja,akan tetepi juga harus dapat memberi
perlindungan dari segala aspek yang mengganggu. Dengan perkataan lain, kandang
harus dapat mengeliminir segala faktor luar yang dapat menimbulkan gangguan
sapi perah yang ada didalamnya.Disamping faktor luar tadi,hal-hal lainnya yang
menyangkut pembuatan kandang perlu pula diperhatikan (Siregar, 1996)
Bentuk kandang sapi perah ada dua macam, yaitu kandang konvensional dan
kandang bebas.Kandang konvensional berarti sapi ditempatkan pada jajaran yang
dibatasi dengan penyekat, sedangkan kandang bebas yaitu kandang yang
ruangannya bebas tanpa penyekat (Williamson dan Payne, 1993).Kandang yang
biasa digunakan yaitu jenis tail to tail atau saling membelakangi dan head to head
atau saling berhadapan (Blakely dan Bade, 1998).

Terdapat dua jenis struktur kandang pemeliharaan sapi perah, yaitu


kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal adalah penempatan sapi
pada satu baris dan biasanya dibuat di peternakan skala kecil. Kandang individu
atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada
bagian depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum),
sedangkan bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran.Sekat pemisah
pada kandang tipe ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan
sampai bagian badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak
Tinggi sekat pemisah sekat sekitar 1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang
ndividu diikat dengan tali tampar pada lantai depan guna menghindari perkelahian
sesamanya. Luas kandang individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu
sekitar panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter (Anonim, 2009). Kandang ganda
adalah penempatan sapi pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling
membelakangi (Syarief dan Harianto, 2011). Kandang dengan jenis ganda adalah
lebih ekonomis mengandangkan ternak lebih dari 16- 20 sapi betina yang sedang
laktasi.Kandang ganda dapat dirancang sehingga sapi dapat menghadap kedepan
kearah pusat tempat makanan atau kebelakang dengan tempat makanan pada
keedua sisi bangunan.Bentuk dan tipe kandang sapi perah pada dasarnya
tergantung pada jumlah sapi perah yang dipelihara, keadaan iklim dan luas lahan
yang dipelihara, selera dari peternak sendiri (Siregar, 1990).

Macam-macam kandang sapi perah antara lain kandang pedet dan kandang
sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi kandang observasi (observasi pens),
kandang individu (individual pans), kandang kelompok (group pens), kandang
pedet berpindah (portable calf pens). Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain
kandang tambat (stanchion bain), pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat
terbatas, sehingga kondisi sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu
kandang bertingkat dan kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan
mengurangi resiko angin topan, mengurangi resiko kebakaran, murah dan
membuatnya, serta mudah perawatannya (Sutarno, 1994) dalam (Rohmad, 2011).

Eday, dkk (1981) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktifitas


ternak antara lain dapat dilakukan dengan peningkatan satu atau beberapa aspek
tatalaksana pemeliharaan seperti kebersihan kandang dan lingkungan, pengaturan
perkawinan, perbaikan makananserta cara pemberiannnya. Dalam teori pemerahan,
hal –hal yang pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan lantai
kandang. Ini dilakukan supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu yang
diperoleh tetap dalam keadaan steril, karena susu mengandung zat yang dapat
dengan mudah menyerap bau yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979).Lantai
kandang yang baik, sangat berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat
kemiringan lantai, kelicinannya, dan kebersihannya.

Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi perah meliputi :palungan yaitu


tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampungan kotoran,
gudang pakan dan peralatan kandang. Disamping itu harus dilengkapi dengan
tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan
dengan pipa ke seluruh kandang. (Santoso, 2002)

III
PEMBAHASAN
Sistem perkandangan di Indonesia pada umumnya masih belum ada acuan
yang jelas terutama mengenai ukuran kandang yang ideal untuk sapi perah. Salah
satu sumber ketentuan pendirian kandang di peternakan adalah SK Dirjenak No.
776/kpts/DJP/ Deptan/1982. Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis
perusahaan peternakan sapi perah dan UU No. 6 Tahun 1967 mengatur tentang
ketentuan.Ketentuan pokok peternakan dan kesehatan hewan yaitu pasal 4 tentang
kewajiban perusahaan peternakan unutuk menyediakan lahan, air dan pakan ternak
, pasal 12 tentang kesimbangan tanah dan pasal 14 perlunya perluasan wilayah
ternak. Beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam pembangunan kandang sapi
perah adalah :

a. Aspek Ekonomi
Dalam membangun kandang ternak harus memperhatikan aspek ekonomis,
yang dimaksud disini adalah kandang yang dibangun tidak terlalu mahal, tetapi
diusahakan semurah mungkin, tetapi masih memenuhi persyaratan teknis. Yaitu
ternak akan betah tinggal didalam kandang dan membuat pertumbuhan ternak yang
normal, sehat sehingga akan memberikan hasil yang optimal. Selain itu, keadaan
ekonomi peternak juga sangat mempengaruhi model atau tipe kandang yang akan
dibangun. Untuk pembangunan kandang biaya sedapat mungkin lebih murah tetapi
dengan bahan-bahan yang cukup kuat dan tahan lama.

b. Aspek Sosial
Usaha peternakan dapat menghasilkan limbah atau kotoran yang baunya
sangat menyengat hidung apabila kotoran tersebut bercampur dengan air kencing,
sisa-sisa pakan dan sisa air minumnya, terlebih-lebih bila kotoran atau limbah
tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, dianjurkan agar kandang
jauh dengan tempat tinggal atau rumah penduduk sekitarnya.Hal ini untuk
mengantisipasi dampak negatif akibat limbah atau kotoran ternak yang kita
usahakan.

c. Aspek Teknis
 Lokasi Kandang
1. Transportasi Mudah
2. Dekat Sumber Air
3. Jauh dari Keramaian
4. Dekat dengan Sumber Pakan
5. Bebas dari Genangan Air
6. Ada Ijin Diri Bangunan
7. Jumlah Atau Populasi Ternak
8. Ketersediaan Bahan Baku
9. Konstruksi
10.Pondasi
11.Lantai Kandang
12.Dinding Kandang
3.1. Model Kandang Tradisional Sapi Perah

Kandang tradisional sapi perah biasanya terdapat pada peternakan individu


dengan populasi 1-10 ekor dengan perlengkapan kandang yang kurang memadai
dan bentuknya yang tunggal atau ganda.Bentuk kandang tipe tunggal biasanya
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran sedangkan tipe
kandang ganda yaitu penempatan sapi dilakukan dua baris dengan tippe head to
head atau tail to tail.Pada kandang tradisional bangunan kandang sederhana, atap
dari rumbia, genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatanya berupa tempat
makan dan minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur
dengan kotoran atau limbah lain.
Menurut Ambo Ako (2012) jenis kandang sapi perah yang dikenal di Indonesia
adalah sebagai berikut:

1. Kandang sapi dewasa (sapi laktasi)


Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan dan
tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm.
Kandang sapi dewasa dapat juga dipakai untuk sapi dara.

2. Kandang pedet
Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang
individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulasi
udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5 m
dan untuk 4 – 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak sapi
yang telah berumur 4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 – 12
minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya
tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan tempat air
minum.

3. Kandang pejantan
Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus.Ukuran lebih
besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat.Bentuk yang paling
baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box.
Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran
halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi
dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar
pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman terbuat
dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7 cm,
disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu,
perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.
Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain.
Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk
keamanan.

4. Kandang kawin
Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar
halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat
berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm,
lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140
cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan
balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 – 60
cm dan dibeton supaya kokoh.

3.2. Model Kandang Modern Sapi Perah.


Pengembangan sistem kandang modern didorong oleh kawanan ternak yang
semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan otomatisasi
dalam cara pemberian pakan dan pemerahan susu. Pemerahan bisa berlangsung
lebih praktis dan cepat dan di ruang terbuka, tidak seperti dalam petak kandang
(stall).Salah satu faktor kunci dalam peternakan modern ialah efisiensi kerja.Ini
menuntut tipe perkandangan yang kompak dan terancang dengan baik. Beberapa
faktor yang akan memengaruhi rancangan itu meliputi ukuran, cara pemerahan,
cara pemberian pakan, tenaga kerja, ruang yang tersedia, dan seterusnya. Kandang
sapi modern berukuran panjang 24 m dan lebar 10 m , dengan 3 buah bejana
terbuat dari pasangan batu bata, masing – masing 2 buah tempat pakan di pinggir,
dan tempat minum disamping. Dengan lantai terbuat dari cor beton bertulang untuk
mempermudah pembersihan kotoran sapi, ukuran kandang sepanjang 24 m dan
lebar 10 m dan dipisahkan oleh bejana air minum. Pintu kandang terbuat dari tiang
dari pipa setebal 80 mm, diberi penguat besi sling untuk perkuatan karena lebar
pintu hampir 5 m , konstruksi pagar mendatar dapat menggunakan pipa diameter
50 mm.

3.3. Model Perkandangan yang Cocok di Indonesia (daerah Tropis)


Kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim tropis lebih sederhana bila
dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di negara
tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam hari, panas
terik sinar matahari, dan hujan lebat juga mempermudah pemeliharaan. Bangunan
yang sederhana cukup dibangun kandang pedet, sapi dara dan sapi dewasa untuk
menjaga ternak dari binatang predator. Kandang sapi perah dapat dibangun dalam
skala kecil di daerah tropis dengan pertanian intensif, sistem pemerahan yang
berkesinambungan dan persediaan pakan ternak untuk mencukupi produksi susu
dan pokok hidup sapi.
Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 – 34oC, dan
kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Hal ini dapat menyebabkan
proses penguapan dari tubuh sapi terhambat sehingga sapi mengalami cekaman
panas. Tingginya suhu dan kelembaban udara tersebut disebabkan oleh radiasi
matahari yang tinggi, sehingga lokasi peternakan sapi perah di Indonesia akan
lebih baik jika berada pada ketinggian di atas 800 m d.p.l. Selain radiasi, produksi
panas hewan yang berupa panas laten dan panas sensible, tinggi, luas, bahan atap
dan bukaan ventilasi yang kurang tepat merupakan penyebab naiknya suhu dan
kelembaban udara dalam kandang sapi perah. Salah satu upaya untuk menurunkan
suhu dan kelembaban udara di dalam kandang yaitu dengan sistem ventilasi agar
terjadi pertukaran udara di dalam dan luar kandang dengan baik sehingga panas
dalam kandang dapat diminimalisir.Pada ventilasi alamiah, pertukaran udara
terjadi jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan bangunan dan angin. Luas
bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam
kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi suhu dan kelambaban udara
dalam kandang .

Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan


distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang yang baik, diperlukan
analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang.Pada ventilasi
alamiah, pertukaran udara terjadi jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan
bangunan dan angin. Luas bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan
distribusi udara dalam kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi suhu
dan kelambaban udara dalam kandang .Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi
(alamiah) yang menghasilkan distribusi suhu dan kelambaban udara dalam
kandang yang baik, diperlukan analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara
dalam kandang. Tipe kandang yang dapat di gunakan di Indonesia :

a. Kandang Terbuka
Kandang Terbuka adalah kandang yang semua sisinya terbuka.
Kelebihan :

a. Biaya pembangunan murah


b. Biaya oprasional murah
c. Tidak ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem
akan terganggu.

Kekurangan :

a. Perlindungan terhadap penyakit kurang baik


b. Perlindungan terhadap factor lingkungan kurang baik

b. Kandang Tertutup

Tujuan membangun kandang tertutup adalah:

1. Untuk menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi yang
baik) yaitu udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan
mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida
dan amonia.
2. Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim
yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara: mengeluarkan panas
dari kandang yang dihasilkan dari tubuh ternak dan lingkungan luar,
menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang
sesuai.
3. Meminimumkan tingkat stress pada ternak.

Kelebihan :

a. Perlindungan ternak terhadap penyakit dapat di maksimalkan.


b. Tenak tidak terpengaruh dengan lingkungan luar

Kekurangan :

a. Biaya pembangunan mahal


b. Biaya oprasional mahal
c. Ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem akan
terganggu.

Anda mungkin juga menyukai