Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

Perkandangan

Oleh:

Kelas: A

Kel: 01

Anis Wahid Z. 200110080192

Winda Pilawati 200110100001

Naomi Sayidah El Z. 200110100002

M. Taufik Akbar 200110100003

Hadnan Husen Idris 200110100004

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2012
II

TINJAUAN PUSTAKA

Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari

pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya

seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi secara

optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak.

Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan yaitu faktor

biologis, faktor teknis dan ekonomis. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai

berikut:

1. Faktor Biologis

Faktor biologis ternak yang perlu di pertimbangkan adalah sensitifi tas respon

ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhada panas maka perlu

merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini

bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.

2. Faktor Teknis

Kandang ternak perlu dibuat kuat agar dapan memberikan fungsi dengan

baik. Konstruksi, bahan dan tata letak bangunan harus di hitung berdasarkan

perhitungan arisitektur yang sesuai.

3. Faktor Ekonomis

Tujuan pemeliharaan ternak adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak

pemeliharanya. Semua faktor dalam proses pengelolaan ternak juga harus


dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan

jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan yang

tidak terlalu mahal.

Efisiensi penggunaan bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak, dan

merancang kapasitas bangunan dengan baik. Peralatan diperlukan peternak

sebagai wahana kegiatan budidaya ternak dan alat bantu untuk meningkatkan

produktifitas peternak yang berfungsi menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai

wahana kegiatan budidaya peralatan terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan

kesehatan ternak dll. Peralatan peningkat produktifitas terdiri dari mesin pembuatan

pakan, alat transportasi, mesin pemanen hasil ternak dll.

Selama ini petani ini petani dalam membuat kandang belum sampai kepada

pemikiran-pemikiran di atas terutama pada ternak yang diusahakan secara

tradisional. Kendala yang ada di tingkat petani sampai saat ini dalam

pengembangan pertanian khususnya peternakan adalah

 Petani peternak masih berpola tradisional

  Kurang informasi dan tidak mau mencari informasi

 Tidak ada motivasi untuk maju

  Kurangnya pengertian tentang perkandangan bagi keberhasilan   usaha

ternak domba

 Belum faham dan belum menyadari dampak kesehatan bagi peternak dalam

mengelola perkandangan yang baik

 Kelompok tani belum berfungsi optimal

 Belum adanya pemupukan modal di tingkat kelompok


 Terjadinya krisis kepercayaan di tubuh kelompok

 Kebiasaan turun temurun, lamban dalam menerima perubahan.

2.1. Fungsi kandang

Seperti halnya rumah bagi manusia, fungsi kangang adalah sebagai tempat

istirahat yang nyaman, maka bangunan kandang perlu direncanakan sedemikian

rupa sehingga bangunan kandang mampu memenuhi fungsi yang

diharapkan. Menurut Cahyono (1998), secara fungsional, kandang bertujuan untuk:

 Melindungi ternak dari hewan pemangsa (predator)

 Melindungi ternak dari cekaman iklim terutama radiasi matahari yang tinggi,

hujan deras, udara dingin, hembusan angin kencang, dan lain-lain

 Mencegah ternak tidak merusak tanaman lain disekitarnya

 Memfasilitasi ternak untuk tidur dan beristirahat dengan tenang

 Memfasilitasi ternak dalam kegiatan reproduksi

 Memudahkan pemeliharan sehari-hari, contohnya pemberian pakan,

pengawasan terhadap penyakit, dan pemilihan atau seleksi ternak

 Meningkatkan sanitasi areal peternakan dan higienitas bagi ternak dengan

menampung dan memisahkan ternak dari kotorannya, sehingga mudah

dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik (pupuk kandang).

Menurut Jones dan Friday (2008), terdapat tiga fungsi dari sistem

perkandangan berdasarkan tujuan struktural perancangan, yaitu:

 Mengendalikan kalor
 Mengendalikan kelembaban dan

 Mengendalikan bau.

2.2. Persyaratan Teknis Kandang

Kandang domba memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti:

 Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya  

meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana

 Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya

serap   panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah

panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang; sedangkan di

daerah dingin dapat menggunakan atap seng

 Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang 

dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya

pertukaran/sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa

mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak

2.3. Kandang Induk

2.3.1. Kandang induk masa kering

Bentuk kandang induk masa kering atau induk yang sedang tidak bunting

dan induk tersebut siap untuk dikawinkan kembali, maka dibuat dengan

menggunakan bentuk sistem“kandang koloni atau berkelompok”. Kandang koloni

fungsinya sebagai kandang perkawinan bisa dibuat dengan berbagai macam bentuk
Satu ruangan dibuat memanjang tanpa adanya penyekatan dengan diberi

pintu pada masing-masing bagian ujung kandang untuk keluar masuknya

ternakv      Satu ruangan dibuat memanjang dengan dilakukan penyekatan pada

bagian tengah ruangan kandang dengan diberi pintu pada masing-masing bagian

ujung kandang untuk keluar masuknya ternakv    Satu ruangan dibuat memanjang

dengan dilakukan penyekatan menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat

menampung 5-10 ekor ternak dengan ukuran 3x5 meter, dimana pada masing-

masing ruangan sekat kandang tersebut diberi pintu untuk keluar masuknya ternak. 

2.3.2. Kandang induk bunting (bersalin) dan menyusui

Bentuk kandang induk yang sedang bunting lebih dari tiga bulan dan dan

induk yang sedang mengasuh anak atau menyusui dibuat dengan sistem

tipe “kandang tunggal atau individu”. Ukuran kandang bersalin 1 x 1 m sampai 1,5 x

1,5 m.

2.4. Kandang Pejantan

Bentuk kandang pejantan dibuat dengan system tipe “kandang tunggal atau

individu”. Bahan yang digunakan sebaiknya menggunakan kayu yang kuat, pintu

kandang dibuat dengan sistem pintu slot atau bisa dibongkar pasang pada saat

untuk mengeluar masukkan ternak, jarak  antar  selot  20-30

cm.  Ukuran  kandang  pejantan  1 x 1 m sampai 1,5 x 1,5 m.


2.5. Kandang Sapihan

Bentuk kandang sapihan baik jantan maupun betina dibuat dengan bentuk

tipe “kandang tunggal atau individu” dan “kandang koloni atau berkelompok” dengan

dilakukan penyekatan menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat

menampung 5-10 ekor ternak.

2.6. Kandang Penggemukkan

Bentuk kandang penggemukan dibuat dengan sistem tipe “kandang tunggal

atau individu” dengan ukuran antara 50 x 50 cm sampai 75 x 75 cm.

2.7. Kandang Karantina

Bentuk kandang karantina dibuat dengan bentuk tipe “kandang tunggal atau

individu” dan “kandang koloni atau berkelompok”. Fungsi kandang karantina ini

digunakan sebagai tempat penampungan sementara ternak-ternak yang sakit,

ternak yang baru datang dan ternak yang diafkir, dimana semua ternak yang ada

dikarantina ini akan diberi perlakuan khusus sesuai kondisinya (SP).

Umumnya, kandang ternak di Indonesia diarahkan untuk mengefisienkan

investasi peternakan, baik secara teknis maupun ekonomis. Kondisi tersebut salah

satunya dicirikan dengan bentuk konstruksi kandang yang sederhana dan tersusun

dari material kontruksi dengan beban finansial yang rendah, mudah diperoleh, dan

memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi. Saat ini, material kayu masih menjadi

alternatif utama dalam pemilihan material, baik konstruksi permukiman, pertanian,

peternakan, perkebunan, dan perindustrian skala kecil (Deptan, 2006).


Material kayu dengan massa jenis yang rendah, memberikan keuntungan

lain, dimana tingkat kesulitan perancangan menjadi berkurang, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga kerja. Terdapat pertimbangan lain

terhadap aplikasi bangunan kandang yang mengarah pada karakteristik iklim di

Indonesia, yang identik dengan iklim tropis lembab, yang dicirikan dengan dua jenis

musim. Kondisi tersebut perlu dijadikan pertimbangan terhadap aplikasi bangunan

kandang untuk meningkatkan efektifitas peredaman cekaman iklim. Karakteristik

iklim tropis lembab dicirikan dengan intensitas radiasi matahari, suhu, dan

kelembaban udara yang tinggi. Menurut Soegijanto (1999), karakteristik iklim tropis

lembab yang lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Suhu udara rata-rata maksimum antara 27 ºC dan 32 ºC, sedangkan suhu

udara rata-rata minimum antara 20 ºC dan 23 ºC. Perubahan suhu udara

diurnal mencapai 8 ºC, sedangkan perubahan suhu udara annualnya relatif

kecil

2. Kelembaban relatif rata-rata antara 75% dan 80%.

3. Curah hujan berkisar antara 1.000 dan 5.000 mm/tahun

4. Umumnya, kondisi langit pada zona khatulistiwa memiliki intensitas awan

yang tinggi dengan jumlah awan antara 60% dan 90%

5. Luminasi langit untuk jenis langit yang seluruhnya tertutupi awan tipis

mencapai lebih dari 7.000 kandela/m2, sedangkan untuk jenis langit yang

seluruhnya tertutup awan tebal sekitar 850 kandela/m2

6. Radiasi matahari harian rata-rata mencapai 400 W/m2, dengan perbedaan

setiap bulannya yang relatif kecil

7. Kecepatan angin rata-rata adalah rendah, sekitar 2 sampai 4 m/s.


Kandang ternak di Indonesia umumnya menerapkan sistem ventilasi alami,

yang mengandalkan proses fisik yang terjadi di lingkungan luar, khususnya melalui

pergerakan angin dan perbedaan suhu, dengan tujuan untuk memenuhi sirkulasi

dan distribusi udara di dalam kandang. Dengan menerapkan sistem ventilasi alami,

maka resiko kecelakaan pada ternak menjadi berkurang (Yusop, 2006).

Namun, pada kenyataannya, penerapan sistem ventilasi alami membutuhkan

pertimbangan yang teliti dan selektif, terutama pada variabel-variabel iklim yang

berhubungan dengan sistem ventilasi alami.

Fluktuasi iklim di sekitar kandang merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi efektivitas sistem ventilasi alami. Fluktuasi iklim juga dapat

menyebabkan cekaman panas saat siang hari dan cekaman dingin, mulai sore

sampai menjelang pagi hari. Metode pengendalian iklim yang mengandalkan proses

fisik di lingkungan luar, identik dengan metode pengendalian pasif. Metode

pengendalian pasif tidak selalu dapat mengubah iklim yang diharapkan sepanjang

hari, dikarenakan adanya keterbatasan sifat-sifat material konstruksi kandang,

terutama sifat termofisika material (Soegijanto, 1999).

Tabel 1 Perbedaan Antara Kandang Pengendalian Aktif dan Pengendalian Pasif

No. Parameter Bentuk Pengendalian

Aktif Pasif

1. Prinsip pengendalian Mekanik Termofisik

2. Tingkat kesulitan perancangan Sedang à berat Ringan


3. Pengaruh lingkungan sekitar Relatif rendah Tinggi

4. Karakteristik rekayasa iklim mikro Konstan Fluktuatif

5. Pertambahan berat badan ternak Ideal Ideal

6. Resiko kecelakaan Sedang à tinggi Ringan

7. Kesesuaian terhadap iklim tropis Sangat baik Baik

8. Konsumsi energi listrik Sedang à tinggi Sangat rendah

9. Frekuensi pemeliharaan kandang Sedang à tinggi Sangat rendah

10. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Sedang à tinggi Sangat rendah

11. Beban investasi Sedang à tinggi Sangat rendah

12. Aplikasi terhadap peternak Indonesia Sulit Mudah

Sumber : Soegijanto (1999)

Kandang dengan metode pengendalian iklim secara pasif, memberikan

toleransi dengan berinteraksi melalui proses-proses fisika lingkungan, dalam upaya

pengubahan iklim mikro di dalam kandang. Pengubahan iklim mikro di dalam

bangunan sejalan dengan fluktuasi di lingkungan luar bangunan, dengan intensitas

yang berbeda pada parameter iklim mikro yang spesifik. Fluktuasi iklim di lingkungan

luar dapat memengaruhi iklim mikro di dalam kandang, serta sistem metabolisme

ternak, dalam kaitannya terhadap konsep termonetral.

Menurut Cahyono (1998), klasifikasi kandang berdasarkan tipe atap ditujukan

untuk pola sirkulasi udara di dalam kandang, sedangkan klasifikasi kandang

berdasarkan tipe lantai ditujukan untuk efektivitas sanitasi dan higienitas kandang
(Gambar 3). Klasifikasi kandang berdasarkan orientasi arah perancangan dinding

(vertikal, horizontal, ataupun diagonal), pada dasarnya tidak memberikan

perbedaaan nyata terhadap karakteristik pengubahan iklim mikro. Namun, adanya

rongga udara pada dinding dapat memengaruhi ventilasi di dalam kandang, dimana

rongga udara dapat berfungsi sebagai ventilator, yang memungkinkan terjadinya

sirkulasi udara melalui rongga tersebut (Bartali, 1999).

2.8. Tipe dan Model Kandang

Pada hakekatnya tipe dan model kandang untuk ternak domba yang umum

dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Tipe Kandang Panggung

Kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya

dibuat sistim panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai

penampung kotoran yang terkumpul di bawah lantai. Kolong dibuat berlubang atau

digali lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing

tidak berceceran.

Alas kandang domba sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang sudah

diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Celah lantai panggung dibuat kurang

lebih 1,50 - 2 cm, agar kotoran dapat jatuh ke bawah, tetapi kaki domba tidak

sampai terperosok. Kandang panggung yang terawat baik domba akan terlihat

bersih dan sehat-sehat.


Dinding kandang yang rapat sebaiknya dibuat setinggi 70 - 80 cm (ukuran

tinggi penyekat) agar ternak domba di dalam kandang terhindar dari angin kencang.

Selanjutnya di atas ketinggian 70 - 80 cm, dinding dibuat bercelah agar udara dapat

masuk bebas dan sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.

Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 – 70 cm. Tinggi ruang

utama dari alas sampai atap kurang lebih 2 meter.  Pada kandang dobel, palung

pakan dibuat di tengah kandang, sehingga meski tinggi panggung 2 meter, petani

peternak akan lebih mudah memberikan pakan dan minum lewat jalan di atas lantai

tengah. Ukuran alas palung pakan 25 – 40 cm, lebar bagian atas 40 – 50 cm, tinggi

atau dalam palung 30 – 40 cm.

Lubang untuk masuk kepala domba mencapai pakan antara 20 – 25 cm.

Palung pakan harus dibuat rapat, agar bahan pakan yang diberikan tidak tercecer

keluar.

Kandang panggung bersekat secara individu untuk tujuan penggemukan,

biasanya yang digemukkan adalah pejantan. Tujuan disekat-sekat dengan ukuran

50 cm x 120 cm per ekor yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Hal ini

dimaksudkan untuk menjamin kesehatan ternak serta membatasi domba bergerak

secara leluasa.
Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status fisiologis

ternak dan umur (bulan) ternak.

No. Status Fisiologis Ternak Umur Ukuran

(bulan) (Ekor/cm2)

1. Jantan dewasa > 12 100 cm x 120 cm

2. Betina dewasa > 12 100 cm x 100 cm

3. Induk menyusui + jumlah anak > 12 100 cm x 100 cm + jumlah anak x

(0 – 3 bulan/ekor) (50 cm x 100 cm)

4. Anak Sapihan 3-7 50 cm x 100 cm

5. Jantan/betina muda 7 - 12 75 cm x 100 cm

6. Jantan bakalan untuk + 12 50 cm x 120 cm

penggemukan

2. Tipe kandang Lemprak.

Kandang tipe lemprak merupakan kandang yang umum digunakan untuk

usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu,

tetapi ternak beralaskan kotoran dan sisa-sisa pakan hijauan. Kandang juga tidak

dilengkapi dengan palung pakan, dalam menyajikan pakan hanya diserakkan  di

atas lantai. Pemberian pakan umumnya berlebihan, sehingga didapat hasil kotoran

yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah 3 - 6 bulan kemudian.


DAFTAR PUSTAKA

Bartali, El Houssine, Aad Jongebruer, David Moffitt,and Frederick Wheaton. 1999.

CIGRHandbook of Agricultural EngineeringVolume II : Animal Production

andAquacultural Engineering. American Societyof Agricultural Engineers. US

Cahyono, B., 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan Bobotdan

Analisis Kelayakan Usaha. Penerbit Kanisius Yogyakarta

Jones, Don D, and William H. Friday. 2008.Extension Agricultural

Engineers.Cooperative Extension Service. PurdueUniversity. West Lafayette.

Indiana. US

Soegijanto. 1999. Bangunan di Indonesia Dengan Iklim Tropis lembab Ditinjau

DariAspek Fisika Bangunan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai