Anda di halaman 1dari 20

FARM BUILDING AND FARM STRUCTURE ( Tugas ke 1 )

Di susun Oleh: Siti Alfi Syahri Alin Maya Sari Suci Hasti Vikry Novandi Margaretta Bukit (090308007) (090308010) (090308030) (090308054) (090308057)

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

Bangunan pertanian
Lingkungan dan bangunan pertanian adalah salah satu cabang disiplin ilmu dalam teknik pertanian yang fokus pada pengendalian lingkungan dalam bangunan pertanian untuk pertumbuhan produksi dan mempertahankan mutu hasil pertanian. Pengertian dan definisi dari bangunan pertanian secara fisik adalah semua bangunan dengan berbagai macam tipe dan strukturnya, yang digunakan untuk proses produksi di bidang pertanian dalam arti luas, meliputi bangunan untuk produksi tanaman pertanian (rumah kaca, hidroponik, dan sebagainya), produksi ternak (kandang dan sebagainya), bangunan untuk penyimpanan dan penanganan pasca panen (gudang dan sebagainya), bangunan untuk menyimpan alat dan mesin pertanian, perbengkelan, serta bangunan pertanian lainnya. Dalam suatu bangunan pertanian, perlu diperhatikan aspek-aspek lingkungan mikro dan pengendaliannya yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi dari bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya. Aspek lingkungan tersebut meliputi temperatur, kelembaban, cahaya, kualitas dan aliran udara, bau, hama dan penyakit, dan sebagainya yang mempengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan kualitas dan masa simpan suatu produk hasil pertanian. Dari sudut pandang keteknikan, lingkungan dapat dikendalikan secara tertutup.

Jenis dan bangunan pertanian


Sebagai alat produksi, bangunan pertanian digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau proses produksi pertanian baik pra maupun pasca panen. Berdasarkan fungsinya, maka bangunan pertanian dapat dikelompokkan dalam berbagai macam atau jenis bangunan sebagai berikut:

Bangunan untuk produksi tanaman


Rumah tanaman, salah satu jenis bangunan untuk budidaya pertanian yang paling umum Bangunan untuk produksi tanaman umum disebut greenhouse atau rumah kaca atau rumah tanaman; istilah terakhir muncul sejak pembangunan greenhouse tidak lagi

menggunakan kaca, tetapi juga plastik dan fiberglass dengan alasan teknis maupun ekonomi. Rumah kaca umumnya dibangun di wilayah subtropis dan wilayah dengan empat musim. Bangunan ini dperlukan agar kegiatan bercocok tanam dapat dilakukan ketika temperatur cuaca mematikan bagi tanaman pertanian. Dengan rumah kaca, tanaman yang di dalamnya terlindungi dari temperatur lingkungan serta mendapatkan temperatur yang cukup untuk pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan cahaya matahari masih dapat menembus atap dan dinding rumah kaca, sedangkan panas yang dihasilkan dari elemen-elemen di dalam rumah kaca sulit keluar dan terperangkap di dalam sehingga temperatur di dalam rumah kaca menumpuk dan mengimbangi temperatur dingin di luar sehingga memungkinkan bagi tanaman untuk hidup. Tetapi, efek rumah kaca tidak dapat diterapkan di wilayah tropis karena temperatur yang meningkat akan mematikan tanaman yang didalamnya, mengingat bahwa temperatur lingkungan di wilayah tropis sudah cukup untuk pertumbuhan tanaman. Greenhouse yang dibangun di wilayah tropis umumnya tidak melindungi tanaman dari temperatur udara luar. Hal ini karena konstruksi tembok yang tidak kedap udara dan atap yang berventilasi, memungkinkan udara panas naik dan keluar dari greenhouse. Namun greenhouse ini dapat melindungi tanaman dari hujan dan serangan hama.

Bangunan untuk produksi ternak


Bangunan ternak yang dimaksud adalah bangunan untuk ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Di Indonesia, pada umumnya sudah digunakan dalam skala luas kadang ayam yang dibangun dalam skala besar untuk tujuan komersial, dilengkapi dengan peralatanperalatan mekanis. Usaha ternak sapi belum mampu berkembang sebesar usaha peternakan ayam, karena umumnya usaha ternak sapi masih diusahakan petani baik secara individu maupun berkelompok. Sistem perkandangannya pun masih sederhana dan hanya mampu menampung dua hingga lima ekor sapi. Peternakan besar sudah ada, namun jumlahnya terbatas sehingga masih berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Usaha di bidang peternakan memerlukan fasilitas perkandangan yang baik agar produksinya baik. Untuk itu, diperlukan perancangan dan desain yang baik pula, dan disesuaikan dengan jenis ternak dan skala usaha yang ada. Yang paling utama adalah

kandang tersebut berfungsi dengan baik, menyediakan perlindungan dan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan kenyamanan hewan ternak.

Bangunan untuk penyimpanan hasil pertanian


Penyimpanan bahan hasil pertanian telah dilakukan oleh manusia sejak 8000 tahun sebelum masehi pada saat manusia mulai menanam, sedangkan penyimpanan bahan pangan sudah dimulai sejak manusia melakukan budaya berburu dan mengumpulkan makanan untuk mencegah kelaparan ketika musim yang tidak diinginkan datang. Produk hasil pertanian secara luas, baik berupa hasil pertanian, perikanan, peternakan, maupun kehutanan memerlukan fasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian. Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:

Rumah pengepakan Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam karung (gudang) Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk curah (silo) Bangunan penyimpanan kayu Rumah beku untuk penyimpanan buah-buahan dan sayuran serta hasil peternakan

Gudang adalah suatu bangunan penyimpanan yang memiliki bagian-bagian konstruksi yang terdiri dari atap (penutup), dinding, dan lantai, membentuk suatu ruangan perlindungan yang cukup luas untuk menempatkan atau menyimpan berbagai macam barang atau komoditas. Definisi ini membedakan fasilitas penyimpanan yang lain seperti lumbung, peti, kotak, atau perlengkapan pengemasan lainnya. Gudang secara konstruksi tidak banyak berbeda dengan gedung yang bersifat statis dan memerlukan pondasi untuk memantapkan dan menstabilkan posisi dan kedudukan bangunan tersebut. Penyimpanan hasil tanaman berupa biji-bijian dapat dilakukan secara curah atau karung. Bangunan penyimpan biji-bijian curah umumnya berbentuk lumbung atau silo berupa silinder tegak. Di Indonesia, yang saat ini digunakan adalah lumbung yang

berbentuk rumah panggung persegi. Pada penyimpanan dengan sistem karung, bijibijian dimasukan ke dalam karung dan disimpan di gudang secara berumpuk-tumpuk. Sedangkan penyimpanan buah-buahan, sayur-sayuran, hasil ternak, dan hasil pertanian lainnya yang cepat membusuk akibat serangan mikroba dan jamur, umumnya disimpan di ruangan berpendingin.

Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, dan mesin budidaya pertanian


Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.

Bangunan pertanian lainnya


Dalam usaha tani komersial, biasanya ada banyak jenis bangunan pertanian karena banyaknya kebutuhan, misalnya infrastruktur jalan menuju ladang atau kandang, pagar, bendungan, dan sebagainya.

Pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian


Bangunan pertanian harus mampu mengatasi pengaruh buruk dari lingkungan di luar bangunan. Pengendalian lingkungan di dalam bangunan pertanian meliputi cahaya, temperatur, kelembaban, komposisi gas, dan sebagainya. Untuk mempertahankan temperatur lingkungan di dalam suatu bangunan pertanian, harus ada keseimbangan antara input dan output sumber panas di dalam bangunan tersebut. Panas dapat masuk ke dalam bangunan pertanian dari berbagai sumber, misalnya aliran udara masuk, peralatan mekanis, lampu pencahayaan, aktivitas

manusia, dan panas yang dihasilkan dari tanaman maupun hewan di dalamnya. Sedangkan, panas dapat keluar dari bangunan pertanian melalui udara keluar, konduksi bangunan pertanian, penyerapan panas oleh elemen-elemen dalam bangunan, dan sebagainya. Besarnya kehilangan panas konduksi dari suatu bangunan bergantung pada resistansi aliran panas pada bangunan, luas dinding dan atap, serta perbedaan temperatur antara struktur bangunan dan atmosfer. Nilai konduktivitas panas bahan Bahan Nilai konduktivitas (W/m.K) Udara 0,024 Hidrogen 0,17 Air 0,61 Busa poliuretan 0,026 Polistirena 0,034 Papan gabus 0,043 Kayu 0,115 Salju 0,17-0,52 Gelas 0,34-1,21 Tanah 1,04-1,73 Beton 1,73 Baja 45,00 Aluminium 212,80 Tembaga 385,80

Beberapa Prinsip Kandang Kelinci

Kelinci memiliki habibat hewan liar yang gemar bergerak di alam lepas. Sekalipun kelinci domestik sejak lahir tidak memiliki ikatan dengan padang luas, tetapi

dari sisi habitat tetap memiliki naluri untuk bebas. Oleh karena itu kandang yang lebar akan lebih baik dibanding kandang sempit. Ukuran kandang mula-mula ditetapkan dengan melihat besar-kecilnya kelinci. Kelinci kerdil sedikit berbeda dengan kelinci mini (dwarf), kelinci mini agak berbeda dengan kelinci sedang, dan kelinci sedang pasti jauh berbeda dengan kelinci besar. Ukuran kandang baterai minimal 4 x lipat dari badan kelinci, dan akan lebih baik jika lebih luas. Kandang untuk betina tentu harus lebih besar dengan kandang kelinci jantan karena pada masa kehamilan kelinci betina butuh olahraga, Pada masa menyusui tempatnya dikurangi untuk kotak sarang, dan pada masa pembesaran kelinci sampai 2 bulan anak-anak butuh tempat yang lebih besar. Ukuran 1 x 1,5 meter untuk kelinci sedang dengan anak 6-8 ekor cukup baik. Ukuran 1,5 x 1,5 akan lebih baik. Jarak lantai kandang (tempat kotoran) dengan alas kandang minimal 0,5 meter (setengah meter) sebab kotoran(feses dan kencing) kelinci sangat menyenggat dan hidung kelinci sangat tajam. Kelinci tidak suka dengan bau kotoran. Ini bisa kita lihat dari alam lepas di mana ia akan selalu meninggalkan kotoran,-kecuali kotoran lunak (caesotroph). Selain itu kandang yang sumpek dengan kotoran menumpuk akan mudah mengembangkan penyakit. Pada peralihan musim kelembabapan yang bergerak ekstrem sering menimbulkan masalah; seperti pasteurella multocida (dengan gejala sesak nafas, radang paru, rinitis, dll). Alas kandang untuk kaki kelinci mesti kokoh dan kerenggangan ideal. Jangan sampai membuat kaki kelinci terjepit dan juga sampai sampai banyak mengakibatkan kotoran lunak (caesotroph) jatuh. Kalau caesotroph jatuh, sangat rugi karena gizi kelinci banyak didapat darinya. Akan lebih baik jika memakai alas rapat, dengan menambah alas jerami atau rumput lapangan yang kering. Kelinci akan lebih nyaman beralaskan tanaman kering, tetapi setiap hari atau beberapa hari sekali mesti dibersihkan dan diganti. Sebaiknya tidak membuat kandang bersusun karena menyulitkan kebersihan. Kalaupun harus tetap bersusun cukup dua susun dengan jarak renggang lantai 0,5

meter. Pada kandang bersusun tingkat kebersihan mesti lebih serius dibanding dengan kandang yang tidak bertingkat. Pastikan sirkulasi udara, termasuk sinar matahari pagi masuk dan kebersihan terjaga. Menyampu alas kandang atau lantai kandang adalah kewajiban setiap hari, bahkan setiapkali melihat kotoran mesti cepat-cepat dibersihkan, terutama pada alas kandang tempat berak kelinci. Antiseptik cukup dari sabun cuci. Itu sudah efektif membasmi kuman/bakteri. Rumadi, Purbalingga. (sumber buku: KELINCI: pemeliharaan secara ilmiah, tepat dan terpadu, KELINCI DOMESTIK: Perawatan dan Pengobatan, dan sumbersumber sekunder lain). Baca juga artikel serupa di http://kelinci.wordpress.com/2009/12/28/tips-membuat-kandang-tepat-dan-sehat/

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/17/beberapa-prinsip-kandang-kelinci/

RUMAH KACA
Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita rasakan. Suhu pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat kehidupan di muka bumi ini terancam. Pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi serta pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu penyebab makin panasnya suhu bumi karena tidak seimbangnya kadar karbon dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh mesin-mesin industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain. Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia khususnya di Eropa terus meningkat. Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya semakin tajam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan lingkungan pun juga gencar dilaksanakan. Pengenalan Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk per-fotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau green house effect. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau green house gases. Pengaruh Rumah Kaca Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada

kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan mengabsorpsikan sebagian besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer. Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca. Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncakpuncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik.hangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca. Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.

Sumber : http://lasonearth.wordpress.com/makalah/efek-rumah-kaca-green-house-effect/

TAMBAK

Istilah budidaya perairan (akuakultur) berasal dari bahasa lnggris Aquaculture yang berarti pengusahaan budidaya organisme akuatik termasuk ikan, moluska, krustase dan tumbuhan akuatik. Kegiatan budidaya menyiratkan semacam intervensi dalam proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001). Kegiatan budidaya dapat dilaksanakan di lingkungan air payau, air tawar dan air laut. Pemilihan jenis (spesies) tertentu akan berkaitan langsung dengan lingkungan perairan sebagai habitat dari sposies yang dipelihara.

Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan tambak ini biasanya dihubungkan dengaair payau atau air laut. Kolam yang berisiair tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, walaupun sebenamya masih banyak spesies yand dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang windu. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga udang windu cukup menarik perhatian para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya tambak udang. Para pengusaha di bidang lain yang sebelumnya tidak pernah terjun dalam usaha budidaya tambak udang windu secara beramai-ramai membuka lahan baru tanpa memperhitungkan aturan-aturan yang berkenaan dengan kelestadan lingkungan sehingga meninbulkan masalah. Masalah yang menonjol adalah terjadinya degradasi lingkungan pesisir akibat dari pengelolaan yang tidak benar, Penurunan mutu lingkungan pesisir akibatnya membawa dampak yang sangat serius terhadap produktivitas lahan bahkan sudah sampai pada ancaman terhadap kelangsungan hidup kegiatan budidaya tambak udang. Permasalahan yang dihadapi oleh para petambak udang saat ini sangat kompleks, antara lain penurunan produksi yang disebabkan oleh berbagai penyakit, adanya berbagai pungutan liar di jalan sampai pada harga udang yang tidak stabil. Semuanya ini merupakan dilematis bagi para petambak, pada hal potensi sumberdaya alam pesisir yarig dapat digarap untuk dimanfaatkan sebagai tambak udang masih cukup besar. Timbulnya permasalahan tersebut disebabkan oleh pengelolaan kawasan pesisir yang tidak benar.

Sumber :

http://khuri09.wordpress.com/2009/12/08/pengertian-dan-ruang-lingkuppermasalahan-tambak/

TAMBAK

RUMAH KACA

PETERNAKAN KAMBING

SILO

Silo di Inggris

Silo di Amerika

BARN

An Autumn Barnyard

Stone Barn

Anda mungkin juga menyukai