Oleh :
17051334024
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Pangan Fungsional. Laporan ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pangan Fungsional.
Terlepas dari itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
2|Pangan Fungsional
DAFTAR ISI
3|Pangan Fungsional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan
komponen aktifnya di luar kandungan zat gizinya dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan. Merupakan bagian dari diet sehari-hari dan
memiliki sifat sensoris yang dapat diterima.
4|Pangan Fungsional
Kedua sumber PUFA baik susu kedelai maupun alpukat termasuk
mudah untuk didapatkan sehingga muncullah ide untuk membuat suatu
produk berupa muffin berbahan dasar susu kedelai dan buah alpukat.
B. Tujuan
1. Menghasilkan produk inovasi pangan fungsional berupa muffin
dengan bahan dasar susu kedelai dan alpukat.
2. Menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti
sarapan maupun sebagai cemilan atau makanan selingan.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan PUFA
pada susu kedelai dan buah alpukat.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat terkait
PUFA pada susu kedelai dan buah alpukat.
5|Pangan Fungsional
BAB II
DASAR TEORI
A. Kedelai
Kedelai merupakan tanaman subtropis yang multiguna dan sudah
sejak dahulu dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pemenuhan
kebutuhan protein nabati di berbagai negara, termasuk Indonesia (Warisno
dan Dahana, 2010:2). Kedelai merupakan tanaman pangan jenis kacang-
kacangan yang biasa diolah masyarakat menjadi berbagai bentuk pangan
olahan. Menurut Warisno dan Dahana (2010:2), di Indonesia, konsumsi
kacang-kacangan menempati urutan ke-3 setelah padi-padian dan ikan.
Sebagai bahan makanan kedelai banyak mengandung protein, lemak dan
vitamin, sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat julukan gold
from the soil (emas yang muncul dari tanah).
Berdasarkan warna kulitnya, kedelai dapat dibedakan atas kedelai
putih, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Menurut Salim
(2013:12) Kedelai yang umumnya dibudidayakan adalah spesies Glycine
max (biji kedelai berwarna putih kekuningan) dan Glycine soya (biji
kedelai berwarna hitam. Kedelai putih kekuningan umumnya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, dan susu kedelai. Sementara
itu, kedelai hitam lebih banyak digunakan dalam pembuatan kecap.
Kedelai merupakan komoditas multi manfaat dan memiliki
kandungan gizi yang tinggi (Warisno dan Dahana, 2010:6). Sampai saat
ini, kedelai merupakan produk pertanian yang paling potensial sebagai
sumber protein paling murah di dunia. Menurut Sadimin (2007:6), Kedelai
dapat diolah menjadi berbagai bahan makanan yang dapat mengatasi
kekurangan protein. Di antara jenis-jenis tumbuhan kacang-kacangan,
kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat
yang paling baik.
B. Alpukat
Buah Alpukat merupakan salah satu buah yang telah dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia. Dalam buah alpukat terkandung vitamin A, B,
C, dan E serta β-karoten dalam jumlah yang tinggi, bahkan kandungan
potassiumnya lebih tinggi daripada pisang (Bergh, 1992; Ozdemir and
Topuz, 2004). Penelitian di Brazil menyebutkan kandungan lemak daging
buah alpukat tergolong cukup besar yaitu 15,39% dan dengan
kandungannya ini dimungkinkan dibentuk sediaan dalam bentuk minyak
buah alpukat (Bora et al., 2001).
Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung
vitamin A, B, C, dan E serta lemak dalam jumlah yang besar dan nutrien
lain seperti folacin, niacin, besi (Fe), magnesium (Mg), folat, asam
6|Pangan Fungsional
pentotenat, dan potassium (K). Vitamin C, E, dan beta karoten (prekursor
vitamin A) merupakan senyawa antioksidan alami yang mampu
melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Protein buah alpukat juga
terbukti mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh
(Bergh, 1992). Berikut kandungan pada buah alpukat :
7|Pangan Fungsional
C. Muffin
Muffin adalah sejenis cake yang dibuat dalam ukuran personal,
teksturnya padat, agak menggumpal di bagian isinya, dan bentuknya mirip
dengan cupcake. Biasanya muffin disajikan untuk sarapan, atau teman
minum kopi dan teh (Prakoso,2011:1).
Menurut (M.Husin Syarbini, STP, 2014:90), muffin adalah kue
yang berbentuk menyerupai roti atau dikenal dengan quick bread karena
proses pembuatannya yang memang sangat sederhana dan singkat. Jenis
muffin yang berkembang di dunia saat ini merupakan jenis atau tipe
muffin yang berasal dari Inggris dan Amerika. Perbedaan utama muffin
tipe Inggris dan Amerika adalah penggunaan yeast sebagai pengembang.
Muffin tipe Inggris dibuat dengan menggunakan yeast sebagai bahan
pengembang. Sedangkan muffin tipe Amerika adalah jenis muffin yang
terbuat dari adonan cake dengan pengembang yang berasal dari bahan
pengembang kimia, baik berupa baking powder atau soda kue dan tanpa
menggunakan yeast.
Secara umum, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
muffin adalah tepung terigu. Pembuatan muffin lebih praktis dan
sederhana dibandingkan pembuatan cake, sehingga teksturnya tidak
sehalus cake. Muffin memliki rasa yang tidak manis seperti cake pada
umumnya. Umumnya muffin memiliki bentuk yang seragam dengan
ukuran yang personal dan tidak terlalu besar, aroma yang manis, tekstur
yang padat, lembut, lembab, agak menggumpal dibagian isinya, mudah
dibelah, mudah dikunyah. Tekstur muffin yang cenderung menggumpal
karena pengolahannya yang cukup sederhana. Walaupun muffin memiliki
ukuran yang relatif kecil, akan tetapi muffin cukup mengenyangkan untuk
dikonsumsi.
D. Pangan Fungsional
Definisi pangan fungsional menurut Badan POM adalah pangan
yang secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau
lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap memunyai
fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Bahan
pangan fungsional dapat dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau
minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna,
tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Selain itu, bahan
tersebut tidak memberikan kontradiksi dan tidak menimbulkan efek
samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme
zat gizi lainnya (Astawan, 2003). International Life Science Institute of
North America mendefinisikan pangan fungsional sebagai makanan yang
berdasarkan kandungan senyawa atau komponen aktifnya secara fisiologi
8|Pangan Fungsional
dapat memberikan manfaat kesehatan di luar zat gizi dasarnya (Keservani
et al., 2010).
Pangan fungsional dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan
dan minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan,
warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Pangan
fungsional juga tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberi efek
samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme
zat gizi lainnya.
Persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat
dikatakan sebagai pangan fungsional adalah :
1. Harus produk pangan bukan bentuk kapsul, tablet, atau puyer
yang berasal dari bahan alami.
2. Layak dikonsumsi sebagai diet atau menu sehari-hari.
3. Mempunyai fungsi tertentu saat dicerna, serta dapat
memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, membantu
mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga
kondisi dan mental, serta memperlambat penuaan.
4. Kandungan fisik dan kimianya jelas serta mutu dan jumlahnya,
aman untuk dikonsumsi, dan Kandungannya tidak boleh
menurunkan nilai gizinya. (Hariyani, 2013)
9|Pangan Fungsional
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Bahan
B. Alat
1. Timbangan
2. Mangkok
3. Gelas ukur
4. Garpu
5. Sendok
6. Spatula
7. Cup muffin
8. Oven
C. Cara Kerja
10 | P a n g a n F u n g s i o n a l
BAB IV
HASIL
A. Produk
Produk muffin dicetak dalam cup kecil sehingga memudahkan
untuk dimakan dan dapat habis dalam sekali makan sehingga menghindari
membuang sisa makanan yang tidak habis serta tidak terlalu kekenyangan.
11 | P a n g a n F u n g s i o n a l
B. Label dan Kemasan
Kemasan pada produk Soy Avocado Muffin ini menggunakan mika
plastik. Kemasan bertujuan untuk menjaga kualitas produk serta
menghindari adanya kontaminasi.
12 | P a n g a n F u n g s i o n a l
BAB V
A. Simpulan
Produk pangan fungsional berupa inovasi muffin dengan
penambahan bahan dasar yaitu susu kedelai dan buah alpukat sebagai
sumber PUFA (omega-3). Pembuatannya mudah dan tidak memerlukan
waktu lama, serta bahan-bahan yang mudah dicari.
Soy Avocado Muffin ini dapat dikonsumsi saat sarapan atau bisa
dijadikan cemilan atau makanan selingan karena teksturnya yang cukup
padat sehingga cukup mengenyangkan. Dapat dikonsumsi dari mulai anak-
anak hingga dewasa.
B. Saran
Pada percobaan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, sehingga perlu melakukan percobaan lebih lanjut agar
mencapai hasil sesuai keinginan dan menghasilkan muffin dengan kualitas
yang lebih baik serta dapat diterima masyarakat.
13 | P a n g a n F u n g s i o n a l
DAFTAR PUSTAKA
Zulharmita, dkk. 2013. Ekstraksi Asam Lemak dari Daging Buah Alpukat.
Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01595-HM%20Bab2001.pdf
http://media.unpad.ac.id/thesis/240210/2013/240210130047_2_8131.pdf
14 | P a n g a n F u n g s i o n a l
LAMPIRAN
15 | P a n g a n F u n g s i o n a l