Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKANAYAM KUB:

KASUS PADA PETERNAK AYAM KUB DI KAB. GORONTALO


Dwi Rohmadi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
Jl. Muh Van Gobel No. 270 Tilongkabila Bone Bolango Gorontalo
dwibptp@gmail.com

ABSTRAK
Ayam buras dapat menjadi sumber ekonomi petani bila ada perubahan penanganan dari sekedar
sebagai sampingan yang dipelihara secara tradisonal menjadi usaha komersial yang dikelola secara
intensif atau semi intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi
usaha pembesaran ayam KUB yang dilakukan Peternak di Kelurahan Tilihuwa Kabupaten Gorontalo.
800 ekor ayam KUB dipelihara secara intensif terkurung selama 3 bulan pada kandang postal. Dari
hasil analisis kegiatan penggemukan ini menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 7.298.332 per periode,
R/C ratio sebesar 1,35, BEP produksi sebanyak 522 ekor ayam, BEP harga jual Rp 26.619 /ekor,. Dari
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggemukan ayam KUB layak untuk dilaksanakan.
Kata kunci : Ayam KUB, intensif, BEP

PENDAHULUAN
Swasembada protein hewani menjadi isu penting dalam penyediaan pangan masyarakat.
Berbagai jenis ternak digenjot untuk menjadi sumber protein hewani tersebut. Ada daging sapi,
daging ayam ras dan ada daging kambing/domba dan ternak lainnya. Dari berbagai jenis ternak itu,
persoalan yang mendasar adalah bagaimana menciptakan produksi dalam waktu cepat, berproduksi
tinggi dan efisien. Satu dari banyak sumber ternak itu adalah ayam buras (ayam kampung) yang
juga bisa menjadi pendamping ayam ras sebagai sumber protein hewani (sinar tani, 2015).
Ayam kampung sering juga disebut ayam bukan ras yang disingkat ayam buras. Secara umum
istilah ayam buras mengacu kepada ayam yang tidak lagi memiliki ras tertentu karena perkawinan
yang liar. Yang dimaksud liar adalah sudah kawin dengan ayam lain yang tak jelas lagi
keturunannya (Nawawi dan Nurrohmah, 2011).
Ayam KUB merupakan galur baru female line ayam hasil pemuliaan berbasis ayam kampung
yang berasal dari beberapa lokasi di Provinsi Jawa Barat dan telah dilepaskan dengan SK Menteri
Pertanian No. 1023/6/2014. Hal ini merupakan kebanggan bagi Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian khususnya peneliti pemuliaan unggas di Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
cq Balai Penelitian Ternak. SK Menteri Pertanian tersebut merupakan pengakuan atas hasil kerja
penelitian pemuliaan untuk pembentukan galur baru ayam KUB dengan sifat yang khas.
Ayam buras memiliki arti penting bagi pembanguan peternakan di Indonesia. Ayam buras
merupakan bahan pangan sumber protein hewani guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
sebagai ternak yang dapat dijadikan usaha sambilan bagi masyarakat, terutama yang tinggal di
pedesaaan (Suprijatna, 2005). Ayam buras dapat menjadi sumber ekonomi petani bila ada
perubahan penanganan dari sekedar sebagai sampingan yang dipelihara secara tradisonal menjadi
usaha komersial yang dikelola secara intensif atau semi intensif (Tambunan dan Silalahi, 2008).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelayakan ekonomi usaha pembesaran ayam KUB
yang dilakukan Peternak di Kelurahan Tilihuwa Kabupaten Gorontalo yang meliputi keuntungan
atau kerugian, Nisbah antara penerimaan kotor dengan jumlah biaya operasional (R/C), Titik
Impas harga penjualan (Rp/ekor), Titik impas tingkat produsi (ekor) dan Tingkat Keuntungan.

MATERI DAN METODE


Pengamatan dilakukan pada tahun 2014 di Peternak Ayam KUB di Kelurahan Tilihuwa

Seminar Nasional Gorontalo


“Membangun Kedaulatan Pangan yang Berkelanjutan” 121
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Anak ayam (DOC) sebanyak 800 ekor tanpa pemisahan
jantan dan betina, yang merupakan hasil tetasan dari ayam KUB.
Pemeliharaan secara intensif terkurung selama 3 bulan pada kandang postal bersekat,
setiap sekat terdiri dari 67 ekor ayam dipanen pada umur 3 bulan selanjutnya dipasarkan sebagai
ayam potong. Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data primer yang meliputi data teknis
maupun ekonomi. Data teknis antara lain kematian, konsumsi pakan dan perkandangan,
sedangkan data ekonomi meliputi harga (DOC, pakan dan peralatan kandang, tenaga kerja).
Analisis data
Kelayakan investasi usaha penggemukan ayam KUB secara finansial diketahui dengan
perhitungan R/C , dengan formula:

Break EvenPoint (BEP) tingkat produksi DOC (ekor)

FC: Biaya tetap; P : Harga jual (Rp/unit produksi)


V : Biaya tidak tetap (Rp /unit produksi)

Break EvenPoint (BEP) tingkat harga DOC (Rp/ekor)

Keuntungan
Z = R –C
Z: Keuntungan; R: Penerimaan kotor; C: Biaya total.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Peternak desa Tilihuwa


Peternak ayam kampung (KUB) desa Tilihuwa saat ini belum mempunyai kelompok khusus
ternak ayam kampung, mereka menjadi anggota Gapoktan Jabal Nur. Berlokasi di Kelurahan
Tilihuwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, peternak yang ada di lokasi ini saat ini sekitar 10
orang dengan kandang individu maupun kandang kelompok. Rintisan usaha penggemukan ayam
kampung telah dimulai sebelum tahun 2013 dengan pemeliharaan yang masih sederhana dan sejak
tahun 2014 telah diintroduksikan pemeliharaan ayam kampung yang intensif dengan beberapa
inovasi teknologi yang di berikan. Introduksi yang menonjol adalah penggunaan jenis ayam unggul
KUB dan formula campuran pakan lokal yang dapat menekan biaya pakan.
Lokasi peternak memiliki beberapa kelebihan, yaitu lokasi yang dekat dengan kota kabupaten,
transportasi dan jalan yang mudah dan baik. Salah satu dari berbagai alasan peternak untuk
memelihara ayam kampung karena pemasaran produk ayam kampung hidup sangat mudah
dan mempunyai harga yang stabil tinggi. Ayam hasil penggemukan di lokasi ini dipasarkan
dirumah makan khusus ayam kampung dan juga diambil oleh pengepul-pengepul ayam kampung
yang ada di kota.
Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan ayam KUB

Seminar Nasional Gorontalo


“Membangun Kedaulatan Pangan yang Berkelanjutan” 122
Penerapan pola pemiliharaan ayam kampung secara intensif dari sebelumnya yang masih semi
intensif membawa konsekuensi pada aspek pengeluaran atau biaya, dikenal adanya biaya tetap
dan tidak tetap. Biaya tetap meliputi penyusutan dan gaji maupun pajak, sedangkan biaya tidak
tetap meliputi (pakan, obat-obatan, bibit). Berdasarkan parameter teknis dan ekonomi yang
diperoleh maka perhitungan laba rugi maupun kriteria kinerja ekonomi dapat dihitung.
Untuk perhitungan digunakan asumsi bahwa selama kegiatan berlangsung maka tidak
terjadiwabah penyakit, dan harga barang (sarana produksi) dan harga jual tidak mengalami
perubahan yang berarti. Data teknis maupun ekonomi yang digunakan dalam perhitungan
merupakan hasil pengamatan di lokasi.
Modal investasi
Modal investasi pada usaha penggemukan ayam KUB di kelurahan Tilihuwa adalah pembuatan
kandang dan pembelian peralatan. Rata-rata investasi untuk pembuatan kandang sebesar Rp
17.000.000,00. Rata-rata investasi pembelian peralatan sebesar Rp 3.825.000,00.

Tabel 1. Biaya Investasi untuk 800 ekor


Usia Teknis Penyusutan/bulan Penyusutan/tahun
Uraian investasi Nilai (Rp.)
(th) (Rp.) (Rp.)
Bangunan Kandang 15.000.000 8 156.250 1.875.000
Gudang pakan dan alat 2.000.000 8 20.833 250.000
Tempat pakan 925.000 5 15.417 185.000
tempat minum 400.000 5 6.667 80.000
Sumur 1.000.000 15 5.556 66.667
brooder (2 buah) 1.000.000 5 16.667 200.000
Instalasi Listrik 500.000 10 4.167 50.000
Total 20.825.000 225.556 2.706.667
Biaya Investasi (Tabel 1) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
mewujudkan sarana produksi yang meliputi berbagai jenis barang yang dibutuhkan sebelum
dilakukan kegiatan sesungguhnya. Biaya investasi dipergunakan untuk pembelian barang yang
penggunaannya di atas 1 tahun. Sehingga dalam perhitungan penyusutannya memperhatikan
kaidah umur barang (umur teknis atau umur ekonomi).
Biaya Operasional
Biaya operasional mencakup DOC, pakan, vaksin, vitamin dan obat-obatan, minyak pemanas
semawar, listrik,dll. Adapun parameter yang dipakai adalah sebagai berikut :
DOC : unsexed
Konsumsi Pakan : 3000 gram/ekor/3bulan
Masa Pemeliharaan : 90 hari maksimal
Mortalitas : 8%
Koofisien ekonomi
Harga DOC : Rp. 7.500/ekor
Harga Ayam Potong : Rp.37.500/ekor
Upah Tenaga Kerja : Rp.500.000/orang/bulan
Harga Pakan starter : Rp. 7.000/kg; Harga Pakan Grower : Rp. 4.000/kg

Berpijakan pada harga bahan baku di lokasi kegiatan maka biaya investasi mencapai Rp
20.825.000, dimana biaya terbesar terletak pada nilai bangunan kandang. Biaya produksi usaha
penggemukan dengan skala 800 ekor pada masa produksi 3 bulan (Tabel 2) mencapai Rp
19.591.668 biaya tersebut terdiri dari masing-masing adalah biaya variabel Rp 17.415.000 atau
88,89% dari total biaya, dan biaya tetap Rp 2.178.668 atau 11,11%.dari total biaya. Proporsi
komponen biaya terhadap total biaya dapat diurutkan dari yang tertinggi adalah komponen biaya
pakan (50,23%), biaya DOC (30,63%), biaya tenaga kerja (7,66) dan biaya penyusutan (3,45%).

Seminar Nasional Gorontalo


“Membangun Kedaulatan Pangan yang Berkelanjutan” 123
Tabel 2. Biaya Investasi
Biaya opreasional/3 bulan Rp. %
DOC (800 x 7.500) 6.000.000 30,63
Pakan starter (0-30hari) = 800 x 0,5 kg x 7.000 2.800.000 14,29
Pakan Grower-final = 800 x 2,5 kg x 4.000 8.000.000 38,93
Vaksinasi 3 pkt x 75.000 225.000 1,15
Vitamin dan Obat-obatan 300.000 1,53
Minyak Solar Untuk brooder (pemanas) 600.000 3,06
Sekam 300.000 1,53
Listrik 150.000 0,77
Total biaya variabel 18.375.000
Penyusutan ( tetap)/3 bln(3 ×225,556) 676.668 3,45
Tenaga kerja (1 orang)(1 ×3 ×500.000) 1.500.000 7,66
Total biaya tetap 2.176.668
Biaya total 20.551.668 100
Penerimaan
Ayam potong (92% ×800 ×37.500) 27.600.000
Kotoran kandang (100 karung ×2500) 250.000
Total 27.850.000
Keuntungan
Keuntungan/3 bulan (27.850.000 – 20.551.668) 7.298.332
R/C = 27.850.000/19.591.668 = 1,355 1,355
BEP produksi = 522 ekor
BEP harga jual = 26.619 Rp/ekor
Keuntungan

Penerimaan kotor sebesar Rp 27.850.000 merupakan gabungan dari hasil penjualan produk
utama yaitu ayam kampung umur 3 bulan sebesar Rp 27.600.000 dengan hasil penjualan
kotoran kandang sebesar Rp 250.000. Berdasarkan jumlah biaya dan jumlah penerimaan maka
dapat diketahui kinerja ekonomi, jika diperoleh angka negatif maka dinyatakan merugi,
sebaliknya jika diperoleh angka positif maka dinyatakan memperoleh laba.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha pengemukan ayam kampung memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 8.258.332/masa produksi. (3 bulan). Nisbah antara penerimaan kotor
dengan biaya (B/C) diperoleh angka 1,42. Titik Impas atau Break Even Point (BEP) produksi
maupun harga jual, ternyata hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik impas produksi
adalah 522 ekor, padahal produksi ayam potong setiap periode mampu menghasilkan
sebanyak 736 ekor, hal ini berarti usaha yang dilakukan dapat dilanjutkan. Hasil perhitungan
Titik impas harga jual diperoleh sebesar Rp 26.619/ekor, padahal harga jual ayam potong
mencapai Rp.27.500/ekor, artinya usaha ayam kampung dapat dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, N.T dan S. Nurrohmah. 2011. Pakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rangkuti F, 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Sartika, T. & S. Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan
Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak Puslitbangnak. Bogor.
Tambunan, R.D. dan Silalahi, M. 2008. Teknologi Budidaya Ayam Buras. Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Wihandoyo. 2009. Potensi, Budidaya dan Peluang Usaha Ayam Kampung. Diktat Kuliah.
Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta

Seminar Nasional Gorontalo


“Membangun Kedaulatan Pangan yang Berkelanjutan” 124

Anda mungkin juga menyukai