c. Materi Pembelajaran :
XX. Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas
Kegiatan produksi tidak lepas dari manajemen produksi, yaitu bagaimana mengelola
input dan sarana produksi untuk digunakan dalam proses produksi yang akhirnya menghasilkan
produksi primer. Pemanfaatan fungsi-fungsi manajemen sangat penting dalam subsistem
produksi primer, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian, serta evaluasi semua diupayakan untuk mendukung kegiatan produksi.
Subsistem Input
Subsistem Subsistem Subsistem
dan Sarana
Produksi Budidaya Pemasaran
Pengolahan
Produksi primer agribisnis adalah sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan,
1
kehutanan, dan perkebunan). Produksi primer pertanian dapat diartikan sebagai hasil proses
kegiatan budidaya yang menghasilkan produk dasar (raw material) agribisnis, baik yang siap
untuk dikonsumsi ataupun harus diolah terlebih dahulu agar dapat dikonsumsi.
Pengelolaan Agribisnis
2
Pola usaha perunggasn ditingkat peternak terdiri atas pola mandiridan pola kemitraan.
Pola kemitraan perunggasan yang berkembang saat ini terdiri atas : Pola Makloon, Pola
Kontrak Harga dan Pola Sewa Kandang.
Pola Mandiri
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sejumlah modal untuk
pembelian DOC, pakan dan obat-obatan.
2. Pemasaran hasil produksi dilakukan langsung ke pasar atau ke bandar ayam.
3. Harga sarana produksi (harga DOC, pakan dan obat-obatan) dan harga ayam panen
berdasarkan harga pasar.
4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah),
namun berpeluang memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila harga ayam
hasil panen tinggi.
5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak.
Pola Makloon
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja.
2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil.
3. Peternak menerima imbalan Rp 650,- per ekor DOC yang dipelihara dari pihak inti dan
memiliki hak atas pupuk kandang dan karung ransum.
4. Prestasi peternak dihargai dengan bonus (mortalitas, FCR dan IP).
5. Peternak tidak menanggung resiko usaha (sakit dan harga murah)
6. Indeks produksi atau indeks performan diukur melalui perhitungan :
1,43 x 98,11
IP x 100 322,52
30 x 1,45
4
Ketentuan Kontrak Harga :
1. Harga DOC : Rp 3.500
2. Harga ransum : Rp 3.000 per kg
3. Harga ayam : Bobot 1,10 – 1,39 = Rp 9.500
Bobot 1,40 – 1,59 = Rp 9.000
Bobot 1,60 – 1,80 = Rp 8.700
4. Biaya Obat-obatan : Rp 250 per ekor
5. Biaya tenaga kerja : Rp 150 per ekor
6. Biaya sewa kandang : Rp 250 per ekor
7. Biaya operasional : Rp 150 per ekor
Catatatan : Bila harga ayam dipasaran lebih rendah dari harga kontrak, maka berlku harga
kontrak. Sebaliknya bila harga dipasaran lebih tinggi dari harga kontrak maka selisih
harganya 10 – 40 % diberikan kepada peternak.
Rp 50.553.500
5
Output :
6
C. Analisis Usaha Pola Kontrak Harga
Input :
Studi Kelayakan
7
8